Tips

TIPS MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG BAIK MENURUT NEUROSAINTIS

Para peneliti yakin jika seseorang mengambil sebuah keputusan akan lebih berhasil apabila mendengarkan sisi emosional mereka daripada bersandar pada penalaran logis. Apa iya?

title

FROYONION.COM – Sebagaimana pandangan umum, proses pengambilan sebuah keputusan sangat dipengaruhi oleh penalaran logis manusia. Berpikir matang dan menganalisa berbagai variabel demi mendapatkan hasil yang terbaik. 

Proses pengambilan keputusan seperti ini, berada tepatnya pada bagian otak yang bernama “Lobus Frontal” yang masih menjadi bagian dari neokorteks.

Mengutip dari Warstek, disebut neo karena merupakan bagian terbaru dari korteks serebral. Pada bagian neokorteks inilah terjadi fungsi berpikir yang menjadikan manusia sebagai manusia. 

Lebih lanjut disanalah tempat terjadinya proses berpikir secara sadar, pusat kognitif manusia, memori dan pembelajaran..

Namun nyatanya dari banyaknya penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa emosi seseorang berperan penting ketika mereka dalam kondisi mengambil sebuah keputusan. Apa maksudnya?

Studi demi studi tentang cara kerja bagian dalam otak manusia sampai pada kesimpulan yang sama, bahwa bagian otak manusia yang lebih dalam dan lebih primitif  jauh lebih baik dalam pengambilan keputusan daripada neokorteks logis. Dikutip dari Harvard Business Review”.

Banyak wilayah atau bagian dari otak yang menjadi dasar bagi mood/emosi/suasana hati manusia, terkubur jauh di dalam bagian otak yang paling primordial. Artinya ialah mereka dianggap sebagai salah satu yang pertama kali berkembang pada spesies manusia. 

Atau lebih jelasnya, bagian otak yang menjadi dasar dari dari emosional manusia merupakan bagian otak paling primitif dalam konteks  sejarah evolusi manusia,

Apa yang ditemukan oleh para neurosaintis ketika mempelajari proses pengambilan keputusan adalah bahwa orang yang telah merusak bagian otak yang bertanggung jawab atas logika tidak mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang baik. 

Sementara itu, mereka yang telah merusak bagian otak yang menangani emosi tidak dapat mengambil keputusan sama sekali. 

EMOSI LEBIH DARI ITU

Elemen emosi pada manusia bukan hanya sekedar tentang bahagia, takut, atau marah saja. Banyak orang yang memahami bahwa emosi itu lebih seperti rasa bahagia yang memuncak, kemarahan berlebih atau pengekspresian emosi yang ekstrem.

Padahal emosi juga tentang emosi juga merupakan ketenangan, kepuasan, dan kedamaian.

Jadi asumsinya adalah, jika emosi merupakan kunci pengambilan keputusan yang baik, maka yang kita butuhkan adalah lebih bersandar pada emosi kita.

Oleh karenanya, untuk membuat keputusan yang baik, kita hanya perlu mengurangi bobot logika saja. Karena bukan peningkatan emosi yang mendorong keputusan yang lebih baik, melainkan penurunan ketergantungan kita pada logika.

Jadi apa masalahnya dengan logika manusia?

Sebenarnya logika kita memiliki kecenderungan untuk bertindak lebih kejam dan antipati. Ia lebih cenderung menarik kita ke arah apa yang dikatakan norma, budaya, juga persepsi masyarakat tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang dikatakan untuk membuat kita bahagia. 

Dengan kata lain, logika manusia sering condong ke arah pemakluman budaya.

Hal ini lah yang menjelaskan mengapa banyak orang rela mengejar karir di perusahaan yang mungkin tidak mereka minati. Atau mengapa barang branded lebih sering dikonsumsi oleh keluarga kelas menengah, 

Karena hal ini, sejatinya logika tidak selalu logis. Bukan berarti tentang logika yang error melainkan tentang pengaruh eksternal yang menekan cara berpikir kita dalam proses pengambilan keputusan.

PILIHLAH APA YANG MEMBAWA KETENANGAN

Dalam mengambil sebuah keputusan dan demi mendapatkan hasil yang baik, pilihlah opsi yang memberi kalian lebih banyak ketenangan, kepuasan, juga rasa damai.

Hal ini bukan serta merta kalian mengambil jalur yang mudah, melainkan berorientasi mengambil jalur yang tepat. 

Karena belum tentu pilihan yang kalian anggap lebih menenangkan atau memuaskan belum tentu orang lain akan beranggapan sama. 

Misalnya adalah ketika seseorang lebih merasa aman untuk bekerja pada perusahaan lama yang berjalan stagnan. Namun akan sangat mengerikan bagi pengusaha atau pekerja yang berorientasi pada inovasi, pertumbuhan ataupun perubahan.

Tentunya emosi kalian mengetahui bahwa kalian akan merasa lebih baik ketika melakukan hal yang benar. Misalnya membayar hutang ke seorang kawan dibanding harus menundanya dan menanggung beban tersebut hingga bulan-bulan berikutnya.

Ada banyak hal yang terdengar bagus namun nyatanya tidak terasa menyenangkan. Nah emosi ini bisa menjadi barometer untuk mengetahui apa yang tepat bagi diri kita. 

Ketika seseorang terbujuk oleh logikanya hal yang biasanya terjadi ialah ia semakin terasa jauh pada hal yang dia tuju. Untuk itulah alangkah baiknya untuk sedikit memberi ruang pada naluri kita untuk bertindak sebagaimana naluri dan insting yang merupakan konsep alamiah sekaligus primitive bagi umat manusia.

Jadi untuk mendapatkan hasil yang maksimal ketika mengambil sebuah keputusan dengarlah apa yang orang bilang sebagai “isi hati” kita. Daripada berkutat pada berpikir terlalu jauh, yang nantinya malah lebih sering menuju penyesalan. 

Bukankah dalam konsep mengambil keputusan ialah mendapatkan hasil yang terbaik? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Khalid Asmadi

Seorang mahasiswa di jurusan Ilmu Komunikasi, katanya sih suka baca buku filsafat, cuma ga pinter pinter amat. Pengen jago ngegambar biar bisa bikin anime.