Tips

TANGKAL MISINFORMASI PEMILU, GOOGLE DAN YOUTUBE GANDENG PEMERINTAH LEWAT #YUKPAHAMIPEMILU

Google dan YouTube berkomitmen memberikan informasi yang kredibel jelang Pemilu 2024 agar masyarakat terhindar dari misinformasi. Selengkapnya, cari tahu di sini.

title

FROYONION.COMMasyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang dilaksanakan serentak pada 14 Februari - 15 Februari 2024 di dalam negeri dan di luar negeri. Namun, tahukah kalian jika fenomena misinformasi akan mengancam kelancaran pemilu?

Misinformasi atau disinformasi adalah cara untuk penyampaian informasi yang salah atau dengan sengaja membingungkan orang lain. Sesuai definisinya, misinformasi berkaitan dengan black campaignatau kampanye hitam yang membuat suatu isu, gosip, atau berita yang ditujukan untuk menyerang lawan politik di dalam pemilu.

Menanggapi hal tersebut, Moonshot, perusahaan mitra Google yang berfokus mengatasi masalah sosial terkait bahaya yang mengancam di internet, menunjukkan 3 taktik misinformasi yang kerap terjadi di Indonesia: (1) manipulasi emosi, (2) distorsi konteks, (3) taktik untuk menjatuhkan nama baik.

Instalasi seni Yuk Pahami Pemilu
Instalasi seni yang memuat bagaimana misinformasi terjadi dan cara menangkalnya (Foto: Dok. Pribadi Penulis)

Selaras dengan dampak misinformasi yang menyesatkan masyarakat, Google dan YouTube berkomitmen untuk menghubungkan pemilih dengan informasi berkualitas yang tepat waktu, serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait cara mendeteksi misinformasi sebagai cara mempersiapkan diri menghadapi pemilu melalui acara #YukPahamiPemilu.

“Ini adalah inisiatif Google dan YouTube karena kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi yang kredibel dan membuat keputusan yang matang sebelum melaksanakan Pemilu,” ucap Muriel Makarim, Head of Brand and Reputation Marketing, Google Indonesia saat ditemui oleh Froyonion.com, Rabu (20/9/2023).

Budi Arie Setiadi, Menteri Komunikasi dan Informatika RI juga merespon terselenggaranya acara #YukPahamiPemilu yang sesuai dengan misi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dalam menciptakan ruang online yang sehat demi menciptakan pemilu yang damai.

“Kami sangat mengapresiasi kemitraan Google dan YouTube hingga saat ini dalam memerangi misinformasi dan memastikan lingkungan online yang inklusif dan aman untuk seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.  Inisiatif #YukPahamiPemilu yang diumumkan hari ini, selaras dengan misi kami untuk menciptakan ruang online sehat dan pemilu damai yang betul-betul merayakan demokrasi di negara ini dan secara bersamaan menjadi contoh di panggung global,” tuturnya.

#YukPahamiPemilu
KiKa: Danny Ardianto, Muriel Makarim, Putri Alam, Budi Arie Setiadi, Santi Indra Astuti, Gautama Adi Kusuma dan Juli R. Binu dalam acara #YukPahamiPemilu (Foto oleh Google dan YouTube)

Acara yang digelar di Chubb Square, Thamrin Nine, Jl. MH Thamrin No. 10 Jakarta Pusat ini turut menggandeng pemerintah, lembaga think thank, LSM, hingga media, seperti Komisi Pemilihan Umum RI (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum RI (BAWASLU), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Safer Internet Lab, Cek Fakta, Narasi Media, Vindes Corp, Think Policy, dan What Is Up, Indonesia?.

Lantas, bagaimana langkah lanjut Google dan YouTube dalam menangani misinformasi menjelang pemilu di Indonesia, serta peran Gen Z sebagai pemilih muda untuk turut menangkal misinformasi? Baca artikel ini sampai selesai.

BACA JUGA: PLATFORM ‘BIJAK MEMILIH’ KAWAL ANAK MUDA MEMILIH PEMIMPIN YANG TEPAT DI PEMILU 2024

MISINFORMASI BISA MENURUNKAN KUALITAS KAMPANYE PEMILU

Muriel Makarim, Head of Brand and Reputation Marketing di Google Indonesia
Muriel Makarim, Head of Brand and Reputation Marketing di Google Indonesia (Foto oleh Google dan YouTube)

Seperti yang diungkapkan Moonshot bahwa misinformasi khususnya menjelang pemilu dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah dan proses demokrasi saat pemiludiselenggarakan. Bukan mustahil, jika kondisi ini akan menurunkan kualitas kampanye pemilu.

Untuk itu, sebelum Pemilu 2024 terlaksana, Google Indonesia dan Jigsaw bermitra dengan KPU, BAWASLU, Moonshot, Safer Internet Lab, Cek Fakta, Narasi Media, dan Vindes Corp dalam waktu dekat akan meluncurkan kampanye prebunking yang bertajuk #RecheckSebelumKegocek untuk membantu masyarakat Indonesia melawan misinformasi.

Sementara itu, YouTube berkolaborasi dengan Think Policy dan What is Up, Indonesia? juga akan meningatkan masyarakat Indonesia tentang taktik-taktik yang perlu dipahami untuk menghadapi misinformasi melalui kampanye #HitPause atau #PauseDulu.

“Melawan misinformasi sangatlah penting bagi Google dan hal itu memerlukan kerja sama masyarakat secara keseluruhan untuk menanganinya. Kita akan terus membangun kemitraan yang bermanfaat dengan media, pihak berwajib yang bersangkutan, asosiasi independen, dan kelompok komunitas untuk membantu masyarakat mengakses informasi yang tepat agar dapat membuat pilihan yang mantap di pemilu mendatang,” tambah Muriel.

Dalam menangkal misinformasi, Google dan YouTube telah membuat 4 langkah untuk membantu masyarakat dalam mengambil keputusan yang terinformasi sebagai berikut:

1. MENYAJIKAN INFORMASI TERPERCAYA DI GOOGLE DAN YOUTUBE

Kedua platform ini akan mengedepankan informasi pemilu yang kredibel dan memudahkan masyarakat dalam memilih. Misalnya, mengarahkan pemilih dari pencarian Google dan beranda YouTube ke sumber terpercaya yang berasal dari situs KPU untuk menyajikan informasi lengkap tentang pemilu.

2. MEMBUAT KEBIJAKAN UNTUK MELAWAN MISINFORMASI

Selanjutnya, Google dan YouTube meluncurkan kebijakan melawan misinformasi untuk mewujudkan ekosistem internet yang aman dan dapat diandalkan oleh penonton, kreator, dan mitra yang ada di Indonesia yang meliputi pedoman tentang konten yang diperbolehkan, kebijakan melalui kombinasi teknologi dan pakar informasi, dan pusat informasi sebagai sarana mempelajari seluruh kebijakan yang dibuat oleh Google dan YouTube.

3. MEMBEKALI PEMILIH DENGAN LITERASI MEDIA DIGITAL UNTUK MENGHINDARI MISINFORMASI

Berbagai pakar di ekosistem, seperti lembaga think thank hingga LSM berkolaborasi dengan Google dan YouTube untuk memberi pemilih keterampilan literasi media agar mampu mendeteksi dan mengevaluasi misinformasi. Di antaranya adalah kampanye #RecheckSebelumKegocek dan #PauseDulu. Di samping itu, Google.org telah memberi hibah US$2,5 juta untuk mendukung MAFINDO dalam upaya menangkal informasi di kalangan anak muda dan lansia.

4. MEMBERDAYAKAN MITRA EKOSISTEM AGAR SIAP MENGHADAPI PEMILU

Terakhir, Google dan YouTube melanjutkan kolaborasi dengan pakar industri dan ekosistem berita. Hal tersebut tercermin dari beberapa inisiatif, mulai dari Cek Fakta, Safer Internet Lab, dan Pelatihan Mitra YouTube untuk turut mencegah persebaran misinformasi dan menciptakan konten yang bertanggung jawab serta aman dikonsumsi oleh masyarakat.

PERAN GEN Z UNTUK TURUT MELAWAN MISINFORMASI SELAMA PEMILU

Santi Indra Astuti, Perwakilan MAFINDO dan program Tular Nalar
Santi Indra Astuti, Perwakilan MAFINDO dan program Tular Nalar (Foto oleh Google dan YouTube)

Dari total 204.807.222 Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dihimpun oleh KPU, Generasi Z atau disingkat Gen Z yang lahir pada 1998-2012 menjadi kelompok pemilih terbesar ke-3 setelah Generasi Milenial (66,8 juta), dan Generasi X (57,5 juta), serta menjadi salah satu mayoritas pemilih pada Pemilu 2024.

Keberadaan Gen Z di tanah air diprediksi menjadi penentu kesuksesan Pemilu 2024. Terlebih penguasaan yang lebih matang dalam mengakses informasi dan media digital, menjadi suatu keunggulan yang dimiliki oleh Gen Z. Namun, bukan serta merta Gen Z tidak terpengaruh oleh maraknya misinformasi selama pemilu. Akses informasi yang bisa diakses secara bebas, turut membuka peluang meluapnya misinformasi di kalangan Gen Z.

Santi Indra Astuti, Perwakilan MAFINDO dan program Tular Nalar bercerita kepada Froyonion.com saat ditemui di acara #YukPahamiPemilu. Menurutnya, tak ada cara terampuh selain mengajak anak muda di kelompok usia Gen Z sebagai harapan untuk melawan misinformasi.

“Kita percaya bahwa Gen Z punya kemampuan penuh dalam menguasai teknologi. Dan kita juga sadar kalau Gen Z juga sudah enek banget sama misinformasi yang tersebar. Jadi, saya mewakili MAFINDO dan Tular Nalar berpesan, please, jangan tinggalkan orang tua di sekitar kalian. Dengan segala macam dramanya, please, tetap stay bersama mereka. Kalau bukan peran Gen Z yang bisa kasih tahu, ya, siapa lagi?” ucapnya.

Sembari merangkul pengguna media digital di kalangan orang tua atau lansia, Gen Z juga diharapkan dapat senantiasa mengirimkan pesan atau konten positif untuk mengemas gegap gempita pemiludengan cara yang kreatif dan tidak terlalu kaku.

“Tetaplah Gen Z happy-happy di media sosial, sambil mengirimkan pesan atau konten yang positif. Karena kita sebagai kalangan orang tua, belajar banget dari Gen Z tentang bagaimana mengemas pesan atau konten melalui cara-cara yang menarik dan cara berpikir Gen Z supaya kalau ketemu sesuatu itu nggak panik duluan,” kenangnya.

“Jadi, tips ampuhnya adalah tetap merangkul semuanya. Karena kalau orang tua–kita tinggalkan, mereka nggak ada kesempatan untuk masuk ke ruang digital, begitu. Dan tetap fokus untuk mengatasi celah-celah informasi yang menyesatkan,” pungkas perempuan yang karib disapa Teh Santi ini. (*/)

BACA JUGA: JELANG PEMILU 2024, INI TIPS BUAT ANAK MUDA YANG BAKAL MENCOBLOS PERTAMA KALI

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Lukman Hakim

Penulis lepas yang menuangkan ide secara bebas tapi tetap berasas