
Pada Kelas Menulis batch 6 di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta, Agus Mulyadi memberikan rumus-rumus menulis yang menyenangkan. Salah dua rumusnya adalah dengan selalu membiasakan menulis dan tekun membaca. Untuk selengkapnya bisa kalian baca di tulisan ini.
FROYONION.COM - Kalo ada yang bilang, "Enak ya jadi penulis, tinggal ketik doang", sepertinya orang itu lagi kerasukan dan butuh di-ruqyah. Karena memang menulis itu tidak mudah. Kegiatan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Para penulis, baik yang pemula atau sudah pro, selalu bergulat dengan kata-kalimat yang ada didepannya. Mereka selalu berproses dan melewati jalan panjang. Dari mulai mencari ide, menyusun kerangka, mencari data, mewawancarai narasumber kalau dibutuhkan, self-editing, dan kepelikan-kepelikan lainnya.
Berhubung menulis bukan perkara yang mudah, Agus Mulyadi memberikan kiat-kiat serta rumus dari pengetahuan dan pengalamannya selama menjadi penulis. Kiat-kiat ini diberikan secara detail sewaktu dia mengisi acara Kelas Menulis menjelang berbuka puasa di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta pada Minggu, 26 Maret 2023 lalu.
Disclaimer, tulisan ini dipersembahkan untuk orang-orang yang masih merasa pemula dalam jagat tulis-menulis. Bagi kalian yang merasa sudah lincah, membaca tulisan ini bisa jadi sia-sia. Tapi jika kalian merasa masih newbie, kalian berada di jalan yang benar.
Kembali ke judul tulisan, salah satu rumus konkret yang diberikan oleh Agus Mulyadi agar tulisan menjadi bagus adalah dengan membiasakannya. Benar, mantan Pemimpin Redaksi Mojok.Co itu tidak bisa memungkiri bahwa semakin banyak jam terbang yang penulis lakukan, maka semakin bagus pula tulisan yang dibuatnya. Percuma kita tahu rumus menulis, kita rutin mengikuti kelas-kelas menulis, tapi setelah itu tidak mempraktekkannya. Sia-sia sudah!! Maka dari itu jadikanlah menulis sebagai habit.
“Salah satu tips menulis, ya, dengan membiasakannya. Walau ketika kita melakukan hal itu, kita bisa jadi penulis, bisa juga tidak. Tapi dengan menulis secara rutin, kita akan merasa tulisan kita selalu bertumbuh,” terang penulis buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih itu.
Lalu banyak di antara penulis-penulis pemula yang mungkin masih bingung ketika mau menulis harus dimulai dari mana dulu. Selalu buntu untuk menciptakan suatu ide menulis. Untuk hal ini, Agus Mulyadi memberikan tips agar menulis sesuatu yang sifatnya sederhana dan ringan. Hal-hal ini bisa didapat melalui pengalaman masing-masing individu. Pengalaman itu bisa berangkat dari hal-hal yang sifatnya personal maupun kegelisahan-kegelisahan yang kita alami.
Platform media sosial juga bisa dimanfaatkan sebagai ajang untuk belajar menulis. Dari mulai menulis caption panjang di Instagram, membuat thread di Twitter, maupun postingan di Facebook. Jangankan tulisan panjang, menurut Agus Mulyadi menulis pendek di sosial media juga akan sangat berguna. Karena layaknya kekuatan tulisan pada umumnya, bahwa tulisan bisa menjadi pengingat di masa depan maupun untuk ajang mengeluarkan kegelisahan-kegelisahan semata. Pun tak menutup kemungkinan suatu tulisan pendek turut memberikan impact kedepannya.
Seperti contoh, Agus Mulyadi pernah menulis tweet tentang keinginan menonton konser yang tidak akan terlaksana. “Dulu sy pernah pengin banget nonton konser Cranberries. Tapi saat itu, sy putuskan ga jadi nonton. Duitnya buat beli komputer. Sekarang, punya uang berapa pun, saya tak akan pernah bisa nonton Dolores O'Riordan nyanyi. Kadang tiket konser lebih berharga ketimbang aset apa pun,” begitulah tweet yang dibuat pada 05 Desember 2019 melalui akun Twitter @AgusMagelangan.
“Tweet itu viral. Bahkan sewaktu saya mengisi acara di Surabaya, saya didatengin orang terus dia bilang terima kasih karena berkat tweet itu orang itu berani menabung untuk menonton K-POP di Jakarta,” katanya.
Tentu alangkah senangnya kalau tulisan yang terkesan sederhana itu justru memberikan dampak kepada orang lain. Maka dari itu, kata Agus, jangan malu untuk menggunakan platform media sosial sebagai ajang untuk menulis. Jangan ragu menulis hal-hal yang singkat dan terlihat sederhana. Karena perubahan besar kerap kali dipicu oleh hal-hal kecil.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, bagaimana cara kita menulis untuk kebutuhan profesional bukan hanya untuk medsos, di upload di media, misalnya? Nah pria kelahiran 03 Agustus 1991 ini memberikan gambaran bahwa ada beberapa hal yang menjadikan suatu tulisan berkarakter. Ia mengatakan bahwa penulis yang baik adalah mereka yang otentik.
“Saya selalu bilang ke teman-teman, bahwa nulis itu yang paling penting adalah otentik. Karena tulisan otentik itu hanya kalian sendiri yang punya, orang lain tidak.Tulisan otentik bisa berangkat dari pengalaman personal. Hal-hal semacam itu layak untuk ditulis.
Tidak berhenti di situ saja, untuk menulis kita perlu memberikan sudut pandang yang beda dari yang lain. Sudut pandang bukan masalah benar atau salah, tapi lebih ke arah seseorang dalam melihat sesuatu.
“Seperti contoh ada suatu premis, “lampu rumah saat ditinggal pergi kalian akan memilih dihidupkan atau dimatikan?” Dua-duanya kan benar. Kalo yang pertama lampu rumah harus dimatikan supaya hemat listrik. Sedangkan yang kedua lampu rumah harus tetap dihidupkan supaya seolah-olah rumah itu masih ada penghuninya dan meminimalisir pencuri masuk. Nah argumen itu bisa dibentuk dengan pengalaman-pengalaman personal,” imbuh Agus.
Pun jika kalian ingin meniru gaya penulisan Agus Mulyadi, kalian bisa menyelipkan humor pada tulisan. Humor itu cukup penting supaya tulisan tidak kaku. Dan tentunya pembaca akan senang ketika membacanya. “Saya selalu menyelipkan humor-humor pada tulisan, bahkan sejak paragraf pertama.”
Bila perlu, pemakaian diksi yang terkesan “hiperbola” maupun pengandaian-pengandaian turut berperan penting bagi tulisan. Diksi yang demikian itulah bisa menghasilkan emosi lebih sastrawi bagi para pembaca.
“Saya punya temen yang kerja di Kompas, dia tidak pernah menulis “gelandang yang kasar itu……” tapi dia menuliskan “gelandang bertahan yang mengincar tulang kering….”. Prie GS juga sama. Beliau tidak pernah menuliskan “wajahku tidak ganteng”, tapi beliau menuliskan “wajahku tidak impresif,” begitu kata Agus.
Di akhir pembicaraan, Agus Mulyadi memberikan 3 tips praktis untuk orang-orang yang mau menekuni dunia tulis-menulis. Tiga tips tersebut, di antaranya adalah mencatat kosa kata yang menarik. Karena bagi Agus, sebenarnya banyak kosakata yang sebenarnya menarik cuma kita tidak menggunakannya. Padahal kosa kata itu bisa kita pakai pada tulisan kita.
“Saya itu kalo membaca tulisan terus melihat ada kosa kata menarik akan saya catat di note HP. Karena dengan kosa kata yang unik/menarik akan membuat tulisan kita demikian,” tambahnya.
Selain itu, yang kedua, ia menyarankan agar kita follow akun-akun trivia. Akun-akun yang memberikan informasi umum untuk diketahui. Nah dengan begitu ketika membacanya kita akan mendapatkan insight baru untuk memperkaya pengetahuan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan tulisan.
Terakhir, Agus memberikan tips agar kita selalu mempertekun untuk membaca buku, terutama buku-buku yang berisikan kumpulan tulisan. “Buku-buku semacam itu bisa anda baca dan menemukan pengetahuan baru tanpa harus menyelesaikan seluruh buku. Karena walau hanya membaca satu-dua judul, kalian akan mendapatkan perspektif baru dari penulisnya,” tutupnya. (*/)