
Konsep “keluar dari zona nyaman” udah digembor-gemborin banyak orang seolah itu cuma satu-satunya cara buat ngembangin kualitas diri. Padahal masih ada cara lainnya juga lho, Civs!
FROYONION.COM - Sebagian besar orang mungkin percaya bahwa keluar dari zona nyaman adalah satu-satunya solusi untuk mendewasakan dan mengembangkan diri ke arah yang lebih baik. Namun, belakangan ini saya mendapat pencerahan baru bahwa sebenarnya hal itu ternyata bukan satu-satunya solusi.
Selama ini kita selalu dikenalkan dengan persepsi bahwa, "kalo pengen jadi pribadi yang lebih dewasa dan menjadi lebih baik, maka harus keluar dari zona nyaman". Hal itu bertujuan untuk mengetahui betapa kerasnya dunia, yang selama ini mungkin tidak kamu sadari. Supaya bisa belajar darinya, dan juga agar kamu bisa bertahan di dalamnya.
Namun, pada kenyataannya konsep “keluar zona nyaman” cuma jadi “bangkai” di kepala. Alias cuma jadi sebatas konsep yang tidak kamu jalani. Atau cuma jadi tips ampuh yang sekedar kamu pahami dalam rangka menjadi pribadi yang bertumbuh.
Beratnya untuk keluar, keengganan untuk terjun ke zona yang selama ini tidak kamu kenal, menjadi faktor penyebab konsep "keluar zona nyaman" membusuk di kepala. Sebagian orang mungkin mengira bahwa keengganan itu bersifat kekanak-kanakan dan pengecut. Tidak apa-apa kalau memang di luar sana ada sebagian orang beropini seperti itu. Bebas mau beropini apapun. Akan tetapi, yang mesti semua orang tau, keberanian setiap orang punya kapasitasnya masing-masing.
Ada yang santai dan tidak perlu berpikir lama buat keluar dari zona nyaman. Ada juga yang harus mikir lebih lama dan mempertimbangkan berbagai hal untuk mempersiapkan diri saat akan keluar dari zona nyaman.
Setiap orang punya bahan bakarnya masing-masing. Setiap orang juga punya kecepatannya masing-masing dalam berproses. Tidak seharusnya disamaratakan. Ada orang yang setiap kali berproses, memiliki kecepatan 100 km/h. Ada juga orang saat dia berproses hanya memiliki kecepatan 10 km/h. Tidak ada salahnya berapapun kecepatannya, yang terpenting adalah sampai pada tujuan. Hal itu juga bukan sesuatu yang harus dikompetisikan.
Ketika keluar dari zona nyaman menjadi salah satu momok bagi sebagian orang, pertanyaannya, apakah ada opsi lain untuk bertumbuh, selain harus keluar dari zona nyaman?
“Wah pengecut lu, nggak berani keluar dari zona nyaman. Gimana mau keluar kalo masuk aja belum? Justru saya hidup mencari kenyamanan. Kalo ternyata hidup udah nyaman, kenapa harus keluar?”
Di dalam proses bertumbuh dan mencari ilmu, saya tidak sengaja menemukan opini yang bikin saya berpikir beberapa saat untuk mencernanya. Pernyataan itu keluar dari seorang PNS yang sekarang kerja sampingan jadi content creator. (Corona bikin semua orang putar otak, sih).
Opini di atas keluar dari mulut Ferry Irwandi ketika ditanya soal zona nyaman, di salah satu interview. Secara umum Ia mengaku sebagai warga sipil biasa yang haus akan ilmu. Di content YouTube-nya pun Ia selalu menyampaikan beberapa perspektif berbeda, yang mungkin selama ini belum kebanyakan orang tau.
Kerendahan hati selama berbincang di salah satu podcast tersebut, seakan mengisyaratkan banyaknya ilmu yang Ia miliki. Iaa selalu menganggap dirinya masih sebatas manusia biasa dan warga sipil pada umumnya, yang nggak tau apa-apa.
Dengan menerapkan pola pikir semacam itu, Ia berharap agar dirinya selalu terus belajar dan mencari hal baru di dunia ini, yang masih belum banyak diketahui oleh dirinya. Dari situ saya tidak heran kalau pernyataan yang ada di atas tadi, bisa keluar dari mulutnya.
Sejak pertama kali menyimak, pernyataan itu selalu tertanam di kepala saya. Seakan hal itu menyadarkan saya pada realita yang sebenarnya, yang selama ini tidak saya sadari. Lalu, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru: “Keluar dari zona nyaman itu apa sih?”, “Sebetulnya yang selama ini orang cari dalam hidup itu apa?” “Ketidaknyamanan kah, atau kenyamanan?”
Kalau yang dicari adalah kenyamanan, lantas kenapa orang-orang mesti banget keluar dari kenyamanan itu? Alasannya pasti untuk bertumbuh dan menjadi lebih baik. Hal yang selanjutnya saya pikirkan adalah, apa ada cara lain yang harus dilakukan, selain harus keluar dari zona kenyamanan kita? Pada saat ingin berkembang dan bertumbuh.
Di beberapa keadaan, perspektif itu secara pribadi membuat saya tertarik. Kemudian saya berusaha untuk memikirkan hal itu lebih jauh dan lebih dalam lagi. Mungkin gagasan baru semacam, “jangan keluar dari zona nyaman” atau "keluar dari zona nyaman bukan satu-satunya solusi", sudah menjadi hal yang harus dipertimbangkan sebagai pilihan untuk bertumbuh. Perspektif baru ini diperuntukkan bagi orang-orang yang merasa insecure saat berproses.
Setelah saya coba pahami lebih dalam, apa yang diutarakan oleh Ferry Irwandi tadi, membuat saya menjadi berpikir keras dan bertanya-tanya kembali. Keluar zona nyaman memang membuat kita jadi berkembang, tapi kenapa kita tidak terus berkembang sekaligus nyaman? Emangnya tidak bisa? Mungkin ada juga zona-zona nyaman yang membuat kita terus bertumbuh.
Kalau gagasan "keluar dari zona nyaman" diubah menjadi “memperluas atau memperlebar zona nyaman”, apakah bisa berjalan dengan baik? Misalnya dalam konteks orang introvert yang pengen belajar menulis. Alih-alih keluar dari zona nyaman dengan mengikuti komunitas menulis, dia memilih untuk menambah intensitas menulis, yang tadinya cuma satu jam menjadi lima sampai enam jam.
Kamu mungkin mengira, hal ini hanya sekedar persoalan kata-kata atau diksi saja. Kalau kamu coba pahami dengan seksama, hal itu tidak sebatas diksi. Semua ini berakar pada mindset yang kamu tanamkan. Mindset semacam ini, jika kamu sadari akan lebih terasa enjoy dan rileks.
Kita masih bisa terus bertumbuh sambil nyaman dan terus berproses. Tanpa harus merasa tertekan, terbebani, tidak enjoy, stres, bahkan depresi, yang ujung-ujungnya malah membuat kamu berhenti untuk bertumbuh menjadi lebih baru dari yang lalu.
Bayangkan jika dari awal kamu memandang sebuah perubahan dengan mindset zona nyaman yang diperluas, maka kamu mungkin akan lebih merasa enak, rileks, dan enjoy menjalankannya.
Berbeda ketika kamu berpikir bahwa sebuah perubahan dengan keharusan untuk keluar dari zona nyaman. Hal itu mungkin akan membuat kamu merasa terbebani di awal. Beban-beban di awal itu yang kemungkinan akan mengikis sedikit demi sedikit rasa optimisme dan motivasi yang kamu miliki dalam berkembang dan bertumbuh.
Sebetulnya terserah masing-masing orang memandang kedua gagasan itu seperti apa. Entah itu ada yang memandang mindset “keluar zona nyaman” sebagai solusi paling jitu untuk bertumbuh, atau sebaliknya. Yang lebih menganggap “memperluas zona nyaman” adalah langkah awal yang tepat untuk mulai berproses menuju perubahan pribadi yang lebih baru dari yang lalu; tentunya yang akan bermuara pada hasil akhir menjadi lebih dewasa dan lebih baik.
Intinya, saat kamu punya tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik, pasti akan ada jalan yang menyertai. Setakut apapun kamu untuk keluar dari zona nyaman, ketika kamu bertekad pasti akan ada solusi lain yang bisa kamu manfaatkan, yang berpeluang membuat kamu menjadi lebih baik dan dewasa.
Di dunia ini tidak sesederhana apa yang selama ini kamu kira, dan kamu mungkin sedikitnya sadar juga akan hal itu. Semakin kamu bertekad pada sesuatu, pasti akan didekatkan pada hal-hal yang kamu tekadkan itu.
Misalnya ketika kamu bertekad bahwa hari ini ingin belajar bisnis atau semacamnya, pasti akan ada jalan yang terbuka dan berbagai solusi datang menghampiri. Perlahan hal itu akan mengantarkanmu pada harapan yang selama ini kamu idamkan. Perlahan tapi pasti kamu akan bisa bisnis. Begitu pula tentang tekad yang kamu miliki untuk terus berkembang. Saat punya tekad yang kuat itu, pasti ada solusi lain yang menghampiri. Mungkin solusi itu yang sekarang sedang kamu baca.
Keputusan ada pada diri sendiri. Hanya meratapi kenyataan hidup saja tidak bisa mengantarkanmu pada harapan yang selama ini kamu idam-idamkan. Kamu harus bertumbuh, berkembang, dan menjadi dewasa. Perluaslah zona nyaman, kalau selama ini keharusan untuk keluar zona nyaman membuat kamu enggan berkembang, atau hanya membuat kamu stuck pada rencana. Sehingga rencana itu membusuk di kepala.
Saran saya, memperluas zona nyaman kamu jadikan sebagai langkah awal. Pada akhirnya kamu pelan-pelan harus mengenal zona luar yang selama ini belum kamu ketahui. Hal itu agar kamu semakin jauh lebih baik. Sudah saatnya kamu melek, menatap masa depan yang lebih baik dan lebih bijak. Dan sudah saatnya juga kamu mencoba opsi ini. Kalau kata Sisca kohl, “selamat mencoba”, hehe. (*/)