Tips

6 TIPS JADI TERDEPAN BUAT PARA ‘CONTENT CREATORS’ DARI AKTIVIS BRAND TIKA GILANG

Dunia content creators dan branding emang nggak bisa terpisahkan. Di tulisan ini lo bisa baca kiat-kiat khusus dari aktivis branding Tika Gilang supaya sebagai content creators lo bisa unik dan terdepan.

title

Buat lo yang minat atau udah terjun ke dunia content creators, ada beberapa kiat yang patut disimak dari Tika Gilang, seorang aktivis brand dari Indonesia yang kini sedang belajar ilmu branding di Inggris.

Apa aja kiat-kiatnya supaya content creators bisa terus berkembang dan nggak sekadar pengikut tren? Kita simak bareng-bareng di bawah ini, Civs.

Kiat pertama agar content creators bisa berkembang terus ialah menghindari sindrom FOMO alias Fear of Missing Out. Sindrom satu ini pasti kita udah ketahui. Itulah kenapa kita jadi sering kepo karena takut dicap nggak gaul atau kudet (kurang update). FOMO boleh aja karena kita juga harus tau apa yang sedang terjadi di sekitar kita tapi jangan sampai berlebihan dan merasa nggak keren atau nggak cool kalau belum ikutan tren di TikTok atau Instagram. 

Nah, begitu kita nggak takut ketinggalan tren, kita bisa punya lebih banyak waktu untuk melakukan riset hingga matang. Riset inilah tip kedua yang penting untuk dilakukan supaya nggak cuma bisa survive tapi brand bisa berkembang.

“Orang Indonesia biasanya udah segan ama kata ‘riset’. Padahal nggak serumit yang diasumsikan. Kita perlu untuk mengamati dan menemukan jawaban dari pertanyaan:’Apa yang belum dibuat? Apa yang belum orang banyak bicarakan?’” tukasnya. Meski demikian kita juga perlu sadar bahwa nggak ada yang 100% baru di muka bumi ini.  

Ketiga, be passionate. Jika seseorang bisa mengerjakan sesuatu dengan passion, biasanya pekerjaannya ada soul-nya. 

Keempatbelajarlah menulis karena banyak content creator yang saat ini menulis dan menyusun pesannya dengan asal-asalan di media sosial. 

Misalnya aja caption atau alur pemikirannya terkesan loncat-loncat sehingga agak susah dipahami. Padahal dengan belajar menulis yang baik, kita bisa tahu bagaimana mengemas dan menyampaikan pesan dengan lebih efektif dan sederhana. Dengan begitu, para pengikut atau audience juga lebih mudah memahami. 

Kelima, lakukanlah dengan sepenuh hati. Sebuah pertanyaan yang kita mesti tanyakan sebelum membuat konten apapun adalah: “Konten ini bakal buat apa dan siapa?”

Jika konten memang dibuat untuk hiburan, perlu juga dicermati apakah candaan itu masih dalam batas wajar atau nggak. Karena ada yang lupa bahwa bercanda itu juga jangan sampai membuat orang lain sakit hati atau melukai secara fisik.

Kiat keenam, jangan lekas puas dan menyerah. Ini penting karena semakin kita dikenal sebagai content creators, makin sering kita bakal menemukan orang yang meniru dan menjiplak karya kita padahal itu sudah dibuat dengan kerja keras, riset dan biaya yang nggak murah.

Tika mencontohkan bagaimana dirinya menulis sebuah topik lalu menayangkannya di internet dan di hari berikutnya ada orang lain yang membahas topik yang sama juga dengan inti pembahasan yang mirip tapi agak ‘dipoles’ dikit supaya nggak dicap plagiat.

Sebagai content creators, kita pasti ngerasa kesal tapi di tengah perjalanan kita bakal menjumpai hal-hal kayak gini dan harus siap.

Gimana menyikapi orang yang meniru karya kita atau bahkan menjiplak? 

Nggak ada untungnya bikin keributan tapi kita harus tetap tegur pihak tersebut, kata Tika. Cuma menegurnya nggak langsung di depan umum atau koar-koar di media sosial ya. Tapi ditegur lewat japri atau DM atau ketemuan langsung supaya clear

“Jangan menegur orang di depan publik apalagi di medsos secara terbuka. Kita hidup bukan untuk cari musuh. Tegur secara pribadi dulu,” nasihatnya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Akhlis

Editor in-chief website yang lagi lo baca