Tips

4 KESALAHAN KOMUNIKASI TERTULIS YANG PERLU DIHINDARI

Miscommunication adalah salah menafsirkan pesan. Dalam berkomunikasi termasuk secara tertulis, hal ini memang bisa terjadi. Nah, hindari kesalahan-kesalahan ini agar miscommunication dalam komunikasi tertulis tak terjadi.

title

FROYONION.COM Saat ini, WhatsApp dan aplikasi messaging online lainnya begitu populer. Masyarakat, khususnya generasi muda, sudah tak asing lagi dengan aplikasi tersebut.  Apalagi smartphone pun sudah semakin memasyarakat. Ditinjau dari sudut pandang ilmu komunikasi, berkomunikasi menggunakan whatsapp atau aplikasi messaging online lainnya termasuk ke dalam berkomunikasi secara tertulis.  

Nah, saya mencatat ada 4 kesalahan komunikasi tertulis yang perlu dihindari. Kesalahan ini seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan ini rawan mengakibatkan miscommunication. Kita tentunya tak ingin hal ini terjadi.  Berikut 4 kesalahan komunikasi tertulis yang perlu dihindari

PERTAMA: MENULIS PESAN SECARA AMBIGU 

Ambigu artinya bermakna lebih dari satu. Dalam menulis pesan, wajib menghindari menulis pesan yang ambigu. Sebabnya, pesan yang kita sampaikan akan salah dipahami oleh orang yang menerimanya. Umpamakan, kamu menjenguk seorang tetangga kamu berada di rumah sakit. Tetangga kamu bernama Pak Deden. Karena menderita sakit kronis sejak lama, Pak Deden meninggal dunia. Kamu lalu mengirim pesan ke Pak RT seperti ini  “Bapak Pak Deden meninggal” untuk menginformasikan kabar tersebut.

Nah, pesan tersebut sebenarnya ambigu. Sebabnya, siapa yang sesungguhnya meninggal: Bapaknya Pak Deden atau Pak Deden? Tujuan dari pesan yang kita sampaikan yaitu mengabarkan bahwa Pak Deden meninggal. Kata Bapak digunakan untuk sapaan. Namun, bisa saja orang menafsirkan Bapak Pak Deden yang meninggal. Untuk menghindari munculnya ambigu, gunakan tanda baca koma. Pesan menjadi “Bapak, Pak Deden meninggal.” Setelah diberi tanda baca koma, pesan ini menjadi jelas: Pak Deden yang meninggal, bukan Bapak Pak Deden yang meninggal. Dengan demikian, untuk menghindari munculnya ambigu, ada baiknya membaca pesan secara cermat sebelum mengirimkannya. 

KEDUA: TAK BERHATI-HATI MENYINGKAT KATA

Dalam menulis pesan, kita memang bisa menyingkat kata. Dengan menyingkatnya, jari-jari kita tak akan cepat lelah. Namun,  kita pun perlu berhati-hati menyingkatnya agar tak memunculkan miscommunication. Misalnya, kamu pulang dari apotek. Di apotek, kamu mengambil obat kekasihmu. Lalu, kamu mengirimkan pesan ke kekasihmu tentang obat tersebut. Kamu menulis “Obatnya diminum se x  sehari.” 

Nah,  kata “se x” yang kamu tulis kependekan dari sekali. Namun, bisa saja kekasihmu menafsirkanya sebagai sex. Bisa saja, kekasihmu menafsirkan pesan tersebut seperti ini: setelah minum obat, kamu mengajaknya melakukan hubungan seksual selama sehari. Lalu, kekasihmu marah kepadamu. Baginya, melakukan hubungan seksual di luar pernikahan adalah hal tercela. Padahal, tujuan kamu bukan begitu.

Perlu diketahui, dalam kondisi rusuh atau sibuk, kita biasanya tak akan fokus menulis pesan.  Karenanya, bisa saja kita menulis pesan yang ambigu. Dengan demikian, kita sebaiknya menulis pesan dalam kondisi psikis yang tenang.

KETIGA: TAK MEMPERHATIKAN KONTEKS PESAN

Umpamakan, kamu menerima pesan whatsapp dari tante kamu. Isinya menceritakan anaknya yang juga sepupu kamu sedang mencari pekerjaan. Lalu, kamu sibuk mencarikannya pekerjaan. Kamu pun bertanya kepada teman-teman kamu yang bekerja sebagai HRD untuk mengetahui apakah ada lowongan pekerjaan. Kamu pun membantu mencarikannya pekerjaan dengan cara mencarinya di media online.

Ternyata, sepupu kamu sebenarnya tidak terlalu membutuhkan pekerjaan. Ia hanya mencari pekerjaan untuk mengisi waktu luang saja. Bila ada pekerjaan yang sesuai, akan diambil. Bila tak ada, tak apa-apa. Bila pun tak bekerja, penghasilan suaminya sudah cukup untuk menghidupinya.

Nah, dari Ilustrasi cerita di atas, apa yang sebenarnya salah? Kamu salah menafsirkan pesan yang disampaikan oleh tante. Kamu mengira sepupu kamu sangat membutuhkan pekerjaan. Padahal, sepupu kamu mencari pekerjaan hanya untuk mengisi waktu luang saja. Bila tak mendapatkan pekerjaan pun tak apa-apa. Dari titik ini, sangat penting untuk memperhatikan konteks pesan untuk mengetahui tujuan sebenarnya dari pesan yang disampaikan. Untuk mengetahui konteksnya, kita bisa bertanya.

Perlu diketahui, kelemahan komunikasi tertulis yaitu tak bisa menggunakan bahasa nonverbal.  Karena tak bisa menggunakan bahasa nonverbal, kita terkadang tak tahu konteks sebenarnya dari pesan yang disampaikan. Bila tante kamu bertemu dengan kamu dan berkata bahwa anaknya membutuhkan pekerjaan, kita bisa membaca bahasa nonverbalnya untuk mengetahui konteks pesan dari hal yang disampaikannya. 

Bila nada bicaranya agak serius, berarti sepupu kamu memang membutuhkan pekerjaan. Bila nada bicaranya santai apalagi sambil tertawa-tawa, sepupu kamu tak terlalu membutuhkan pekerjaan. Nada bicara dan tertawa termasuk dalam bahasa nonverbal. Dalam komunikasi tatap muka, biasanya orang akan menceritakan lebih detail sehingga kita bisa menangkap konteks pesan.

KEEMPAT: TAK MELIHAT KONTEKS PESAN BILA ADA PESAN YANG TERASA KURANG PANTAS

Umpamakan, kita menerima  kekasihmu mengirim pesan seperti ini “Saya suka kucing. Kamu anjing?” Nah, sepintas dengan mencermati pesan tersebut, kekasihmu menyebut kamu dengan sebutan anjing. Pada titik inilah, kamu perlu mengutamakan positive thinking. Apakah mungkin kekasihmu sampai berkata sekasar itu? Lalu, mengklarifikasi maksud dari pesan tersebut kepada pengirim pesan untuk mengetahui konteksnya. Ternyata maksud dari pesannya yang disampaikan olehnya itu memastikan bahwa kamu itu senang dengan hewan anjing. Kamu memang menyukai hewan anjing.   Kalimat ini berkorelasi dengan kalimat sebelumnya..

Dari titik ini, bila menerima pesan yang terasa kurang pantas, kita memang perlu menghindari emosi dan mengutamakan positif thinking. Lalu, meminta klarifikasi maksud pesan tersebut dari pengirim pesan. Dengan menerapkan cara ini, menghindari kita bertindak emosional karena miscommunication atau salah memahami pesan. Beda halnya dalam komunikasi tatap. Kesalahpahaman tersebut tak akan terjadi Sebabnya, dalam proses komunikasi, ada bahasa nonverbal. Tak mungkin menyebut “Kamu anjing ya?” dengan wajah yang tersenyum manis

Demikian, 4 kesalahan komunikasi tertulis yang perlu untuk kita hindari. Dengan menghindari kesalahan tersebut, menghindari miscommunication. Perlu diketahui juga, miscommunication terkadang bisa berujung menjadi hal yang tak kita inginkan. Misalnya, baku hantam atau berdebat sengit. Kita tentunya tak menginginkan hal ini terjadi. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rahadian

Sarjana hubungan internasional yang kecanduan menulis artikel dan berbisnis kreatif.