Stories

MENONTON DRAKOR ‘STARTUP’ MEMBAWA AMBISI KIA UNTUK MEMPELAJARI MACHINE LEARNING

Kedua mata Kia berbinar setelah menyelesaikan drama korea berjudul ‘Startup’. Ia amat bersemangat mempelajari machine learning setelah menonton drakor tersebut dengan mengikuti program Bangkit.

title

FROYONION.COM - Dzakiyyah Rosyadi atau yang biasa dipanggil Kia memutuskan untuk mengikuti program Bangkit setelah menonton drama Korea berjudul Startup. Mahasiswi Universitas Brawijaya ini tidak ragu mempelajari hal baru di luar jurusan kuliahnya yaitu Manajemen.

Kia mengikuti program Bangkit 2021. Dia mempelajari banyak hal terutama yang berkaitan dengan machine learning. Mudahnya, machine learning bisa disebut juga sebagai algoritma dalam sebuah aplikasi.

Selama 6 bulan mengikuti program bangkit, Kia sembari menjalani kuliahnya di jurusan Manajemen Universitas Brawijaya. Ambisinya yang kuat tidak membuatnya mudah lelah dalam menuntaskan dua kegiatan tersebut.

“Aku membayangkan dengan mengikuti program Bangkit, aku bakal berkumpul sama orang-orang dengan passion yang sama dan terinspirasi,” ucap Kia. “Bangkit menginspirasiku untuk jadi lebih baik dan mendorongku untuk mengejar mimpi.”

Lantaran masih dalam masa pandemi, Kia hanya bisa mempelajari machine learning lewat kursus dan kelas online yang tersedia. Seluruh peserta nantinya juga akan mengikuti tes di akhir.

“Alasan awalnya [mengikuti program Bangkit] simpel. Saat itu sedang gencar drama Korea berjudul Startup. Aku pun jadi tertarik gabung,” ujar Kia. “Setelah mencobanya sendiri, dari yang aku tonton dan aku coba, ternyata vibes-nya sama.” 

Kia merasakan sendiri bagaimana struggling and happy as a team dalam program Bangkit. Sensasi tersebut ia rasakan juga ketika sebelumnya menonton drama Korea Startup.

“Aku tertarik dengan karakter utama Seo Dal-mi yang berperan sebagai project manager pada film tersebut,” terang Kia. “Aku merasa karena aku memiliki background [kuliah] Manajemen, aku pun ingin memiliki tim dan menjadi project manager.”

Pada sebulan terakhir, Kia dipercayai oleh timnya sebagai project manager di penghujung program Bangkit. “Sebulan terakhir jadi momen paling seru. Kami dikasih kesempatan buat diskusi bersama mentor dari Gojek dan membuat aplikasi,” ucap Kia.

Hal yang membuatnya merasa amat bahagia adalah aplikasi buatan Kia dan tim berhasil mendapat menjadi Top 50 aplikasi terbaik dari sebanyak 400 tim yang ada. Saking bersemangatnya, Kia dan tim berpikir “apa kita bikin startup dari hasil program Bangkit ini aja ya?” 

Kia bercerita bahwa lingkungan yang suportif membantunya dapat mengikuti program Bangkit dengan baik. Peserta lainnya pun dengan baik hati membantunya mempelajari machine learning yang topik tersebut perlu Kia pelajari dari dasar.

Setelah lulus program Bangkit dan menyelesaikan studinya di Malang, Kia sempat menjadi intern di berbagai perusahaan ternama seperti Zenius, Danone, dan Unilever. 

Kini Kia berencana untuk lanjut berkuliah magister di luar negeri guna mempelajari data analytic. Kia mengaku bercita-cita ingin menjadi business analyst.

Program Bangkit 2021 sendiri merupakan seleksi ketat dari sebanyak 40.000 pendaftar yang diterima hanyalah 4.000. Pada tahun ini, program Bangkit akan dibuat menjadi 2 batch. Pada batch pertama, telah terseleksi sebanyak 5.000 dari 67.000 pendaftar.

“Saat ini perkembangan ekonomi digital di Indonesia berkembang secara positif. Ini mendorong terciptanya sektor high-skilled jobs yang terbuka luas bagi generasi muda Indonesia. Kami yakin para lulusan Bangkit bisa maju menjadi talenta berkaliber tinggi yang dicari industri,” ujar Randy Jusuf, Managing Director Google Indonesia.

Tidak hanya mempelajari hard skill yang bersifat teknis, program Bangkit juga mengajarkan kepada seluruh peserta mengenai soft skill di dunia kerja, cara membuat CV, juga cara memperkenalkan diri dalam hitungan detik.

Program Bangkit adalah bagian dari inisiatif Grow with Google untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa. Program ini sangat selektif dalam mempersiapkan siswa-siswi terbaik Indonesia untuk pekerjaan yang paling banyak diminati di Indonesia. 

Peserta yang mendaftar ke program ini tidak hanya akan mendapatkan kompetensi dan sertifikasi secara global, tetapi mereka juga akan mempelajari soft skill seperti berpikir kritis dan manajemen waktu. Dengan semua kelas diajarkan dalam bahasa Inggris, siswa belajar bagaimana beradaptasi dengan lingkungan belajar baru sebagai persiapan untuk lingkungan kerja profesional. 

Siapa sangka berawal dari menonton drama Korea Startup membawa mempelajari machine learning sejauh ini. Ambisinya yang kuat dalam meraih cita-cita patut diacungi jempol dan ditiru oeh anak muda Indonesia. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung