Stories

MEMAKNAI KEMBALI ARTI LIBURAN DAN JALAN-JALAN BERSAMA REMADJA LAPUK

Liburan atau jalan-jalan seringkali diasosiasikan dengan mengunjungi tempat-tempat populer atau berbelanja. Namun Remadja Lapuk, yang terdiri dari Kimi dan Alaska sebagai dua perempuan muda yang hobi berkelana, melihat segalanya lebih dekat. Siapa sangka, bahagia itu adalah menyusuri gang kecil di Hegarmanah atau menunggu matahari terbenam di pinggir danau di Dalat.

title

FROYONION.COM - Sebagai anak muda, seringkali kita dikaitkan dengan jiwa yang muda pula. Jiwa yang penuh semangat mencari pengalaman, mata yang berbinar setiap melihat hal-hal baru, kaki yang kuat berjalan jauh menelusuri tempat-tempat baru, dan punggung tegak mengisyaratkan tubuh yang kuat. 

Sayangnya, kebanyakan anak muda kini matanya lebih banyak tertuju ke layar gadget, kaki yang dipakai lari hanya waktu mengejar KRL di jam-jam sibuk, dan punggung yang hampir encok setiap hari karena jarang olahraga. 

Berusaha menggaungkan kembali pentingnya anak muda menghidupkan kembali jiwa mudanya lewat liburan dan jalan-jalan, kali ini Froyonion  berbincang dengan Kimi dan Alaska dari Remadja Lapuk. Berikut perbincangan kami:


Sejak kapan kalian berteman? 

Kimi & Alaska: Dari SMA sih. Berarti kira-kira udah 7 tahun kami berteman. 

Sejak kapan Remadja Lapuk ada?

A: Dua tahun lalu, tepatnya November 2021. 

Kenapa kalian memutuskan untuk membuat akun Remadja Lapuk?

K: Jadi masa-masa itu kan lagi nganggur dan belum dapet kerjaan, khususnya aku sih, kalau Alaska waktu itu udah kerja full time. Terus dari dulu kalau aku dan Alaska lagi pergi bareng memang suka bikin Instagram story. Ternyata banyak orang yang suka. Akhirnya kita bikin akun Remadja Lapuk deh supaya ada kegiatan untuk mengisi waktu luang. 

Dari mana asal muasal nama ‘Remadja Lapuk’?

A: Sebelumnya namanya bukan itu sih. Tapi tiba-tiba waktu nongkrong Kimi bilang kalau nama pilihan kita yang pertama itu terlalu inside joke. Udah deh jadinya nama kita sekarang Remadja Lapuk. Sebenarnya kita berdua nggak pernah bener-bener ngobrolin sih artinya apa. Tapi kalau menurut aku karena kita berdua umurnya masih tergolong remaja akhir. Terus karena setiap jalan-jalan kita gampang capek, jadi kami ambil kata ‘lapuk’ untuk menggambarkan itu. 

Apa tujuan awal kalian membuat Remadja Lapuk? 

A: Kimi tuh cita-citanya mau masuk Hitam Putih, hahaha.

K: Hahaha, Tonight Show deng. Tapi awalnya memang motivasi kami untuk seru-seruan aja. Kalau Instagram @remadjalapuk di-scroll ke bawah, ada satu konten yang isinya bilang kalau kami mendedikasikan Remadja Lapuk untuk seluruh kalangan masyarakat yang mencari hal-hal asik di kehidupan biasa yang terasa menjemukan. 

Biasanya bagaimana cara kalian menyusun itinerary?

A: Sebenarnya kami bagi tugas ya antara aku dan Kimi. Biasanya aku minta Kimi untuk cari tempat-tempat makan yang bisa kami kunjungi di tempat tujuan nanti. Walaupun awalnya saran-saran tempat dari Kimi ternyata udah umum,  tapi sekarang udah lumayan oke karena dia jadi nyari-nyari rekomendasi di media sosial. Hahaha jadi udah ada kemajuan deh. 

K: Tapi selain itu biasanya aku juga bantuin Alaska untuk ngasih ide alur perjalanan kita enaknya gimana. Misal dari kota A ke kota B ternyata jauh, jadi kita ke kota C dulu. Supaya kita jalannya juga enak dan nggak ‘lompat-lompat’. Kalau urusan tempat itu Alaska jagonya, tapi kalau soal printilan kayak pesan travel, sewa portable wifi, dan bawa obat biasanya aku yang mengingatkan. 

Sampai saat ini kalian sudah bepergian ke mana saja? 

A: Kalau di dalam negeri sih ke Jakarta, Yogyakarta. Kalau luar negeri ke Thailand dan yang terakhir ke Vietnam selama 17 hari. Di Thailand kami ke Phuket, Chiang Mai, dan Bangkok. Di Vietnam kami ke Dalat, Da Nang, Hội An, dan Hanoi. 

Dari sekian banyak tempat yang kalian kunjungi, apakah ada satu tempat yang punya cerita paling berkesan? 

A: Semua tempat yang sudah kami kunjungi punya kesannya masing-masing. Sekalipun tempatnya terkesan kurang asyik, kalau dijelajahi sama teman kayak Kimi pasti akan seru-seru aja. Mungkin satu tempat yang ternyata kurang seru itu Phuket, karena ke mana-mana jauh dan tempatnya terlalu ‘keturis-turisan’. 

Apakah ada kejadian lucu yang kalian alami saat jalan-jalan?

A: Ada! Jadi kami ke Mosaic Wall di Hanoi, Vietnam. Tempatnya bagus, tapi waktu jalan kok bau pesing ya? 

K: Ternyata waktu kita lihat, emang ada bapak-bapak lagi kencing. Kami mikirnya, ya udah lah toh pemandangan ini sering ditemui di Indonesia. Tapi waktu lihat ke arah lain, kok ada ibu-ibu buka celana? Hahaha!

A: Padahal sebelumnya aku nggak terlalu nyium. Tapi waktu ibu-ibu itu buka celana, langsung kecium bau hangseur (bahasa Sunda pesing) hahahahaha

Mana yang lebih penting saat jalan-jalan, ‘destinasi’-nya atau ‘berangkat sama siapa’-nya? 

K: Kalau aku lebih ke ‘berangkat sama siapa’-nya karena mau ke mana pun aku nggak masalah dan pasti akan seru-seru aja kalau dijalani sama orang yang tepat. Kalau destinasinya juga bagus, tentunya akan membuat semuanya jadi lebih asyik. Beruntungnya, aku dan Alaska punya selera yang cukup sama dalam berbagai hal. Misalkan, dulu Alaska nggak terlalu suka live music. Tapi karena aku suka, lama-lama dia juga jadi suka. Sama juga halnya dengan aku yang dulu nggak terlalu suka pasar malam, sekarang jadi suka dan enjoy banget karena Alaska suka. 

A: Kalau menurutku dua-duanya penting. Tapi aku setuju juga sama Kimi. Destinasi jadi bukan PR buat kami karena kami tipe-tipe orang yang bisa terhibur hanya dengan melihat kehidupan warga lokal saja

Filosofi jalan-jalan kalian tampaknya cukup berbeda dengan kebanyakan orang yang mencari berbagai atraksi turis atau fokus berbelanja. Mengapa bisa seperti itu? 

A: Mungkin karena kami pengen membaur dengan warga lokal. Tempat-tempat yang kami tuju pun bukan tempat yang biasa dikunjungi turis. Misalkan saat ke Thailand kami jarang sekali mengunjungi temple yang selalu ada di check list-nya turis asing. Kami lebih tertarik melihat kehidupan sehari-hari warga, rumahnya seperti apa, mereka makan apa, mereka nongkrong di mana, ngobrolin apa, dan sebagainya. 

K: Itu juga karena hiburan kami yang cukup sederhana. Misalnya saat di Vietnam, kami sudah merasa senang dengan hanya melihat ibu-ibu lagi duduk. Itu aja menurut kami seru. Kalau soal belanja, kebetulan aku dan Alaska bukan tipe orang yang suka belanja sih. Termasuk oleh-oleh, kami juga bukan tipe yang beli banyak oleh-oleh untuk banyak orang. Paling hanya untuk keluarga dan orang-orang terdekat aja. 

Coba lengkapi kalimat ini. Antara turis dan traveller, Remadja Lapuk ingin disebut sebagai..

K&A: Traveller! Soalnya lebih keren, hehehe.

Selanjutnya Remadja Lapuk akan ke mana lagi?

K; Kalau lokal pengen ke Bali, Lombok, Malang, Yogyakarta, Solo, dan masih banyak lagi. Kalau Asia pengen ke Taiwan. Kalau yang jauh banget pengen keliling Eropa dan khususnya ke Islandia!

A: Itu karena kami abis nonton film The Secret Life of Walter Mitty. Bagus banget filmnya dan bikin kita pengen mengunjungi lebih banyak neighborhood di luar sana. 

Pesan apa yang ingin kalian sampaikan kepada para pembaca? 

K: Untuk para Kawan Lapuk, pasti setiap kita punya tujuan masing-masing. Entah itu bekerja segiat-giatnya, jadi kaya, meraih financial freedom, atau mungkin berkeliling dunia seperti mimpi kami. Nggak ada patokan tentang apa yang benar dan salah. Tapi kalau udah capek dan butuh sesuatu yang baru, jangan lupa jalan-jalan dan having fun. 

A: Dan sebenernya nggak perlu pergi jauh-jauh. Kayak aku jalan-jalan keliling Bandung naik motor sama Kimi juga udah seneng. 

K: Coba aja cari hal-hal sederhana yang bikin bahagia. 

Terakhir, apa playlist lagu andalan kalian selama berkelana? 

K: Sebenernya selera musik kami nggak selalu sama, tapi ini 5 lagu yang paling sering menemani waktu kami saat jalan-jalan. 

A: Setiap dengerin lagu-lagu ini, rasanya kami ingin berpetualang lagi, lagi, dan lagi! 

(*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.