Stories

BAHASA INDONESIA PUDAR DI KALANGAN GEN Z? BELAJAR BAHASA BAKU YANG TIDAK KAKU BARENG IVAN LANIN

Ngobrol bareng Ivan Lanin tentang kiprahnya meluaskan berbahasa Indonesia yang baku di kalangan Gen Z. Simak selengkapnya di sini.

title

FROYONION.COMSiapa yang tidak mengenal Ivan Lanin atau karib disapa Uda Ivan? Pria berdarah Minang ini dikenal sebagai wikipediawan pencinta bahasa Indonesia atas kiprahnya secara sukarela mengenalkan bahasa baku dan padanan istilah asing di media sosial.

Di tengah tren mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan istilah asing, keberadaan bahasa Indonesia seolah pudar. Lihatlah di lini masa media sosial. Banyak istilah asing yang berseliweran sampai-sampai timbul ‘bahasa Jaksel’ untuk menyebutkan fenomena ini.

Contohnya adalah kalimat, “Literally, gue nggak bisa tidur karena besok ujian bahasa Indonesia,” atau yang satu ini, “Teman-teman, let me know kalau ada yang perlu ditanyakan, ya.” Kalian tentu pernah mendengar kalimat itu, ‘kan?

Ketika Tim Froyonion.com berkesempatan untuk menanyakan mengapa anak muda di kelompok Gen Z lebih menyukai penggunaaan bahasa yang campur aduk, ternyata ada alasan menarik yang ditanggapi langsung oleh Uda Ivan.

“Secara singkat, jawabannya adalah paparan (eksposur), status, dan kebutuhan. Gen Z terpapar dengan bahasa gaul dan bahasa Inggris melalui pergaulan dan berbagai kanal media sosial. Penggunaan kedua bahasa itu membuat mereka merasa status sosial mereka meningkat karena mengikuti tren dan sesuai dengan lingkungan,” kata Uda Ivan melalui wawancara daring, Minggu (24/9/2023).

Uda Ivan menjelaskan bahwa Gen Z akan fokus mempelajari bahasa Indonesia secara formal ketika mereka menghadapi tuntutan tugas akhir kuliah atau berada di fase masuk dunia kerja.

“Mereka juga belum perlu menertibkan bahasa mereka karena belum mendapat tuntutan untuk itu. Tuntutan berbahasa Indonesia formal baru muncul ketika mereka membuat karya ilmiah kesarjanaan dan masuk dunia kerja,” imbuhnya.

Bagaimana cara mempelajari bahasa Indonesia yang baku dan asyik? Mari kita kupas tuntas dan mengenal lebih jauh sosok Uda Ivan di tulisan ini. Baca sampai tuntas, ya!

BACA JUGA: ALASAN KENAPA KITA NGGAK BOLEH NGEREMEHIN PELAJARAN BAHASA INDONESIA

MENGENAL IVAN LANIN, MANTAN PROGRAMMER YANG TERJUN DI DUNIA KEBAHASAAN

Pemilik nama lengkap Ivan Razela Lanin ini lahir di Jakarta dari keluarga perantau Minang asal Nagari Balingka, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat. Tercatat, ia mendapatkan gelar sarjana di jurusan Teknik Kimia Insititut Teknologi Bandung pada 1999 dan Magister Teknologi Informasi di Universitas Indonesia pada 2009.

Uda Ivan memulai karier sebagai programmer dan menjadi konsultan manajemen. Ketertarikannya mempelajari bahasa Indonesia muncul tidak sengaja saat menemukan Wikipedia Bahasa Indonesia di tahun 2006. Kala itu ia sedang mencari informasi pajak penghasilan sebagai bahan rujukan untuk membuat software yang dibuatnya.

Meski berasal dari latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang tidak berhubungan langsung dengan bahasa Indonesia, Uda Ivan punya segenggam cita-cita untuk berkontribusi di Wikipedia Bahasa Indonesia agar kelak menjadi sumber rujukan tepercaya bagi masyarakat dan khususnya untuk anaknya, Arka.

“Peristiwa yang mengubah hidup saya terjadi pada 2006 saat saya menemukan Wikipedia Bahasa Indonesia (WPID). Saat itu, saya tertarik untuk berkontribusi di sana. Saya ingin anak saya, Arka, yang saat itu belum berusia dua tahun dapat menggunakan WPID sebagai sumber rujukan yang cukup tepercaya ketika dia besar nanti,” tulisnya.

Karya pertama ia buat adalah menyunting artikel tentang pajak di Wikipedia Bahasa Indonesia. Semenjak itu, ia giat mempelajari bahasa Indonesia dengan modal bacaan yang tersebar di internet, membeli buku modul bahasa Indonesia, bergabung di komunitas pegiat kebahasaan, dan menulis di blog pribadi. Semua yang dilakukan membuatnya tersadar terkait kemampuan berbahasa Indonesia yang dimilikinya.

“Praktik menulis di WPID menyadarkan saya bahwa banyak kaidah bahasa Indonesia yang belum saya ketahui atau lupakan. Saya mempelajari kembali kaidah-kaidah itu dengan membaca tulisan di internet, membeli buku kebahasaan, dan bergabung dengan berbagai komunitas daring yang berfokus pada kebahasaan. Pengetahuan itu saya salurkan juga melalui tulisan-tulisan di blog pada 2007,” terangnya.

Perjuangannya memperdalam bahasa Indonesia lantas membuahkan hasil. Ia jadi lebih tahu tentang tata bahasa, ejaan, dan memadankan istilah hingga berkesempatan menjadi editor bahasa Indonesia untuk mesin pencarian ternama, Google.

“Salah satu komunitas yang saya ikuti adalah milis penerjemah Bahtera. Selain tata bahasa dan ejaan, saya belajar ilmu terminologi atau peristilahan di milis ini. Saya menjadi terbiasa memadankan istilah. Salah seorang anggota milis Bahtera kemudian mengajak saya untuk bekerja bersamanya sebagai editor bahasa Indonesia untuk Google pada 2009. Pengalaman sebagai editor itu sangat memperkaya ilmu kebahasaan saya,” imbuh Uda Ivan.

BELAJAR BERBAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR: DIMULAI DARI MEDIA SOSIAL

Gaya belajar 10 tahun lalu tentu berbeda dengan zaman sekarang. Begitu pun ketika kita menarik contoh dari gaya belajar Gen Z masa kini yang lebih suka mencari bahan rujukan dari internet. Salah seorang yang menerapkan cara ini ialah Uda Ivan di media sosial pribadinya.

Walaupun 16 tahun yang lalu ekosistem media sosial masih amat sederhana, Uda Ivan paham apa yang ia lakukan. Sejak tahun 2007, ia mulai membuat akun Twitter dan di 2010 ia aktif membuat postingan yang alih-alih bikin status dan curhatan tidak jelas, ia memanfaatkan Twitter untuk belajar menulis bahasa Indonesia secara formal.

“Saya sudah melakukan itu sejak pertama kali bergabung di Twitter pada 2007. Pada 2010, saya memutuskan untuk menggunakan Twitter untuk belajar menulis bahasa ragam formal dan saya merasa konten kebahasaan lebih baik daripada konten omelan tidak jelas,” ungakpnya.

Kreativitasnya dalam berbagi terkait wawasan bahasa Indonesia semakin beragam. Seperti halnya di media sosial Instagram. Konten yang ia buat umumnya membahas topik seputar tata bahasa, padanan istilah, ejaan, dan lain sebagainya melalui visualiasi dan mengangkat tren yang hangat dibicarakan warganet.

Uda Ivan memberikan tips bagaimana belajar bahasa Indonesia yang baku tapi tidak kaku. Selain memanfaatkan media sosial, satu hal yang dapat kalian lakukan adalah membaca karya sastra atau fiksi dan memahami teknik-teknik untuk mempelajari bahasa Indonesia.

“Berangkat dari pengalaman saya saat mempelajari kembali bahasa Indonesia, kita perlu banyak membaca karya sastra atau fiksi dan mempelajari teknik-teknik melenturkan bahasa yang digunakan dalam karya itu. Teknik-teknik itu ialah, antara lain, penceritaan (storytelling), rima, dan metafora. Berbagai teknik yang digunakan dalam karya sastra dapat diterapkan dalam karya nonfiksi sehingga karya nonfiksi pun dapat menjadi tidak kaku,” kenang Uda Ivan.

Terakhir, ada alasan penting mengapa mempelajari bahasa Indonesia itu penting. Selain meningkatkan kemampuan menyampaikan pendapat baik secara lisan atau tulisan, kita akan terhindar dari kesenjangan pengetahuan kadiah berbahasa yang lebih banyak menggunakan bahasa nonformal.

“Ragam bahasa yang kita pakai sehari-hari pada umumnya adalah ragam bahasa nonformal yang tidak memiliki aturan ketat dan berbeda jauh dengan ragam bahasa formal. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting untuk mengisi kesenjangan pengetahuan kaidah bahasa penutur asli bahasa Indonesia,” kata pria yang kini mendirikan di Narabahasa.

KESIMPULAN: GUNAKANLAH BAHASA INDONESIA SESUAI KONTEKS

Bukan hanya Gen Z. Sebagai warga negara yang baik, kita perlu menjaga dan menggunakan bahasa Indonesia sesuai konteksnya. Artinya, ketika kita berkomunikasi, penyampaian pesan akan sampai dengan efektif dan efisien. Inilah yang selalu disampaikan oleh Uda Ivan.

“Penggunaan bahasa yang baik sesuai dengan konteks dan benar sesuai dengan kaidah membuat kita dapat menyampaikan pesan dengan efektif dan efisien serta meningkatkan citra kita. Keterampilan berbahasa juga sangat membantu dalam dunia kerja,” tambah Uda Ivan.

“Bahasa itu sanggup mempersatukan berbagai suku bangsa di Indonesia dan melancarkan komunikasi 270 juta lebih penduduk Indonesia. Bahasa itu juga menjadi identitas kita sebagai sebuah bangsa,” pungkasnya.

Jadi, mulai saat ini jangan malu untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik, dan juga benar. Selamat belajar! (*/)

BACA JUGA: KIPER BARU MADURA UNITED ASAL KOREA SELATAN ANTUSIAS BELAJAR BAHASA INDONESIA

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Lukman Hakim

Penulis lepas yang menuangkan ide secara bebas tapi tetap berasas