Stories

ANGKAT TOPI UNTUK PEDAGANG KELILING

“Nggak usah malu sama kerjaan sendiri. Toh kerjaan saya halal, saya nggak nyuri, nggak merugikan orang juga. Yang penting usaha dan enjoy aja hidup ini” -Pak Agus, pedagang kopi keliling

title

FROYONION.COM – Jam 1 siang biasanya jadi jam-jam rawan ngantuk. Nggak cuma buat anak sekolahan yang matanya udah 5 watt menunggu bel pulang sekolah, para driver ojek online juga harus bertahan di tengah godaan buat goleran sambil kipas-kipas demi menyambung hidup. 

Kalau lagi di masa-masa kritis begini, Pak Agus nggak pernah telat buat kasih pertolongan pertama pakai kopi hitam racikannya. Pak Agus adalah seorang pedagang kopi keliling yang biasa menjajakan dagangannya di daerah Kebayoran Square, Bintaro. Biasanya profesi ini di kota-kota besar dikenal sebagai ‘Starling’, alias ‘Starbucks Keliling’. 

Dengan motor Suzuki Smash kesayangannya yang udah nemenin dia sejak tahun 1993, bapak beranak satu ini nggak pernah lelah buat nawarin dagangannya ke orang-orang yang butuh asupan gula. 

Mulai dari jam 7 pagi hingga 7 malam, Pak Agus mengendarai motor beserta gerobak yang diletakkan di jok motornya. Diisi penuh sama rentengan minuman kemasan, dua termos air panas dan satu berisi es batu, aneka gelas plastik, dan sedotan, motor itu dan segala isinya jadi aset penting buat Pak Agus. 

Awalnya Pak Agus kerja jadi driver ojol. Tapi karena pemasukannya nggak menentu banget, akhirnya ia nekat berdagang minuman keliling aja. Nggak terasa rutinitas ini udah dijalani Pak Agus selama lebih dari satu tahun.

“Tadinya saya sama, ojek online juga. Cuma sejak pandemi, pemasukannya jadi nggak nentu. Bisa kerasa banget berkurangnya. Akhirnya saya coba buat jualan ini (sambil nunjuk gerobaknya), ternyata untungnya jauh lebih stabil,” jelasnya. 

Ia juga menjelaskan kalau dalam satu hari, ia bisa menjual 120 gelas per hari. Tapi itu kalau lagi rame banget. Kalau lagi sepi, paling cuma 30 gelas. 

“Kalau lagi rame mah bisa dua termos abis. Satu termos tuh bisa 15 gelas, saya bisa isi ulang sampai empat kali. Jadi ya kalau lagi rame bisa seratus lebih lah. Cuma ya kalau sepi 30 juga udah syukur.”

Selain pendapatan yang nggak pasti setiap harinya, Pak Agus juga sering kewalahan kalau lagi hujan. Karena gerobaknya belum dilengkapi sama payung, jadi kalau hujan Pak Agus harus nyari tempat buat berteduh. 

“Yah kalau hujan saya harus buru-buru pindah. Paling saya ngemper aja di pinggir, atau numpang ke tukang bakso itu, soalnya dia ada terpal. Jadi kadang saya numpang dulu ke situ,” katanya sambil menunjuk tukang bakso di sebelahnya. 

Menahan dingin dan rasa tidak nyaman sama hujan yang suka tiba-tiba kayaknya udah biasa banget buat Pak Agus. Baginya yang penting masih bisa jualan dan bawa uang untuk makan sekeluarga, lebih penting dibanding kenyamanan dirinya sendiri.

Hambatan yang dialami Pak Agus ternyata nggak berhenti sampai situ aja. Ia juga menceritakan pengalamannya saat diusir oleh petugas keamanan setempat dan dilarang berjualan di daerah tersebut. 

“Dulu saya juga jualan di perumahan situ (menunjuk gerbang salah satu perumahan elite di Bintaro). Tapi saya pernah diusir sama satpam komplek. Yang mereka lupa, saya kan juga manusia yang punya perasaan. Nggak perlu sampai memperlakukan kami (para pedagang starling) kayak anjing, kalau ditegur kami juga pergi kok,” ceritanya saat ditanya pengalaman pahit selama berjualan. 

Padahal kalau dipikir-pikir, apapun profesi seseorang, pada dasarnya semuanya juga sama-sama manusia. Kadang ada yang suka lupa, merasa dirinya lebih tinggi dibanding manusia lain hanya karena pekerjaan. Hal seperti ini bener-bener dihindari oleh Pak Agus. 

Katanya,”Pekerjaan bergengsi kalau bikin lupa diri ya buat apa? Kerja di kantor tapi ujungnya nggak bahagia juga buat apa?”

KERJA, KERJA, KERJA, TAPI EMANG LU BAHAGIA?

Nggak disangka-sangka, perkataan Pak Agus tadi kayak nampar gue (dan mungkin juga kalian yang lagi baca). 

Dulu waktu masih zaman sekolah dan kuliah, rasanya lulus dan dapet kerjaan jadi cita-cita semua orang. Pengen kerja, punya duit sendiri, beli barang yang selama ini nggak bisa dibeli, banyak deh wishlist yang pengen disegerakan. 

Waktu udah terjun di dunia kerja, Senin sampai Jumat rasanya berlalu gitu aja. Nggak jarang orang yang ngerasa waktu 24 jam sehari udah nggak cukup. Jadi nggak heran kalau menurut data survey yang dilakukan Savvy Sleeper pada tahun 2019, Kota Jakarta menduduki peringkat ke enam sebagai kota dengan pekerja yang mengalami stres. 

Tapi emang stres masih diperlukan supaya kinerja bisa tetep bagus. Karena kalau dilansir dari The American Institute of Stress, tingkat stres yang seimbang ternyata justru dapat meningkatkan motivasi untuk bekerja dan bisa lebih semangat. Jadi nggak selamanya stres itu buruk. Bisa berdampak buruk kalau udah berlebihan dan kita nggak paham cara menanganinya. 

Dari obrolan sama Pak Agus, dia berpesan kalau dalam bekerja lebih baik dibawa enjoy aja. Jangan sampai kepikiran terus sampai bikin pusing dan lupa sama hal-hal lain. Apalagi sampai lupa sama sekitar dan cuma fokus sama uang. 

“Saya nggak pernah ngerasa susah jualan kopi gini. Bahagia aja jalaninnya. Yang penting halal dan tetep jaga iman. Inshallah biaya hidup bisa tercukupi,” pesannya saat ditanya kiat-kiat buat terus bahagia.

DISEBUT STARBUCKS KELILING TAPI BELUM PERNAH NYOBAIN STARBUCKS

Sebutan starling emang udah mulai terkenal, khususnya buat ngejulukin pedagang kopi keliling di ibukota macam Pak Agus. Tapi ternyata Pak Agus sendiri baru tahu soal sebutan itu. 

“Hah starling? Tarling kali, Takbiran Keliling. Kalau itu saya tahu,” guraunya. 

Walaupun punya sebutan begitu, ternyata Pak Agus belum pernah merasakan produk kopi dari salah satu perusahaan kopi global asal Amerika Serikat ini. 

“Saya sih belum pernah. Minum kopi bikinan sendiri aja, dah. Hahaha”

Saat ditawari untuk mencicipi Starbucks, Pak Agus pun menerima dengan rendah hati. Katanya, kalau ada yang memberi akan selalu diterima selama ikhlas.  

Akhirnya pada Rabu, 16 Juni 2021, Pak Agus resmi sudah mencicipi minuman yang selama ini dikaitkan dengan profesinya. 

Enak, katanya. Mungkin juga kesempatan berharga buat dia. Secangkir kopi yang sama namun dijajakan di tempat berbeda dan punya nasib yang beda juga. 

Dari Pak  Agus kita belajar kalau bukan masalah se-fancy apa hidup lo, tapi gimana caranya lo bisa tetep bersyukur atas apa yang lo punya. Respect buat Pak Agus! (*/Grace)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Sehari-hari menulis dan mengajukan pertanyaan random ke orang-orang. Di akhir pekan sibuk menyelami seni tarik suara dan keliling Jakarta.