Sports

THE DADDIES YANG DISEGANI TIONGKOK

The Daddies melakukan serangkain tur mereka di China. Berbekal prestasi dan pencapaian selama bermain badminton, Hendra Ahsan memiliki banyak fans dan sangat disegani oleh pebulu tangkis asal negeri tirai bambu. Mereka berhasil keluar sebagai runner up dalam seri kompetisi China Badminton Super League 2023.

title

FROYONION.COM - Pebulutangkis ganda putra Indonesia, Ahsan dan Hendra sepertinya menolak untuk tua. Makin ke sini mereka makin ke sana. Yap, bukannya malah kendor, Bapack-Bapack ini konsisten menunjukan eksistensinya di arena badminton dunia.

Seusai tampil dalam Indonesia Master  2023, The Daddies (sapaan akrab Hendra-Ahsan) terbang menunjukan tajinya di China Badminton Super League 2023 (CBSL). Kompetisi bulu tangkis  lokal yang mempertemukan pebulutangkis profesional China ini adalah ajang yang bukan main-main. Disana, The Daddies lagi-lagi menegaskan skill mengayunkan raket mereka.

Walau turun dalam kelas yang berbeda, Hendra Ahsan memang ga main-main sih. Sesekali gua lihat mereka mengeluarkan senyum. Mungkin maksudnya agar ga terlalu tegang. Hasilnya mereka keluar sebagai runner-up bersama Club China Ruichang. 

Sumber Foto Tangkapan Layar Instagram @hendrasansan
Sumber Foto Tangkapan Layar Instagram @hendrasansan

THE DADDIES TOUR KE CHINA

Sebelum berjibaku di arena CBSL, Hendra-Ahsan sebelumnya telah memulai tur mereka ke berbagai kota di China. Bang Ahsan dalam akun instagram resminya sempat mengunggah sebuah foto yang mengatakan dirinya akan sedang berada di China.

Bismillah. Carilah rezeki sampai ke negeri China, BarakAllah,” tulis Ahsan dalam unggahan tersebut. Petikkan captionnya diupload pada tanggal 4 Februari 2023. Pada foto tersebut nampak ada Ko Hendra disertai sesosok wanita cantik.

Beberapa kota yang mereka kunjungi diantaranya Guangzhou, Zhuhai, Hangzhou Nanjing, Shanghai, Shenzen dan Hainan. Dalam perjalanannya, mereka tidak hanya berjumpa dengan fans atau sekedar foto-foto. The Daddies juga sempat unjuk raket untuk melakukan latih tanding di hadapan para badminton lovers yang ada di setiap kota tersebut.

Kunjungan mereka ini adalah bentuk kerja sama dengan sponsor resmi The Daddies, Victor. Perusahaan yang bermarkas di China ini ingin mengenalkan lebih banyak lagi minat bermain badminton di hadapan generasi muda China. Oleh karena itu, tidak salah bila mereka mengundang The Daddies sebagai promotor produk mereka di dunia bulu tangkis khususnya Asia. 

CHINA BADMINTON SUPER LEAGUE 2023

Seperti yang gua bilang di atas, China Badminton Super League (CBSL) adalah kompetisi lokal yang diadain di China. FYI, awalnya kompetisi ini hanya dibuka untuk pebulu tangkis lokal. Namun pada 2023 ini, CBSL merubah aturan mereka dan mempersilahkan pebulu tangkis luar China untuk ikut bermain. 

Dari Indonesia, terbilang hanya The Daddies yang turut serta. Entah apa yang menjadi alasan mengapa hanya The Daddies satu-satunya yang diundang bermain. Namun kalau menurut gua Civs, Hendra/Ahsan ini masih tetap konsisten menunjukan kemampuan mereka di lapangan hingga hari ini. 

Hendra dan Ahsan kemudian bergabung dalam Club China Ruichang. Dalam club ini ada juga beberapa nama pebulu tangkis hebat lainnya yang berasal dari negeri tirai bambu seperti He bing Jiao, Li Xuan/Li Wen Mei, hingga Li Shi Feng.

Sebagai kompetisi di tingkat lokal atau yang sering disebut Tarkam di Indonesia, CBSL punya skema aturan permainan yang beda dari biasanya. Kompetisi ini ga ngikutin aturan yang diterapin di event badminton berdasarkan standar Badminton World Federation (BWF)

Agak unik sih menurut gua. Jadi Sobat Civs, kalau misalnya pada open tournament bulu tangkis menggunakan perhitungan point 21 sebagai angka finis, maka tidak dengan CBSL. Waktu gua nonton di TV, CBSL hanya mematok angka 11 sebagai poin finis. Selain itu, total game yang dimainkan dalam satu partai sebanyak lima kali permainan. 

Selanjutnya untuk game penentu kemenangan, jika dalam keadaan seri/imbang. Misal dalam pertandingan bulu tangkis ada tiga game yang harus dimainkan. Jika lu udah menang 2-0, jelas lu pemenangnya. Tetapi jika seri, maka kemenangan akan dilanjutkan  ke rubber game.  

Pada CBSL tidak demikian. Total game yang harus dimainkan sebanyak 5 kali. Selisihnya harus dua angka Civs. Peserta harus mengungguli lawannya sebanyak 2 game. Misal  1-3, 2-4, atau 5-3. Jarak dua angka kemenangan ini  untuk memastikan bahwa setiap peserta bisa saja saling membalikkan keadaan. Lumayan seru sih…

Selain itu, CBSL memiliki format pertandingan beregu yang sama seperti Piala Sudirman. Masing-masing klub badminton memiliki pemain bulu tangkis yang bisa turun dalam kelas yang berbeda. Klub ini kemudian akan disebar dalam berbagai grup untuk mengikuti fase knockout, semifinal dan final.

DISEGANI TIONGKOK DAN TARGET SELANJUTNYA

Tampilnya The Daddies dalam seri CBSL tentu bukan hanya karena faktor undangan dari endorsement sponsorship mereka. Namun ada beberapa alasan lain yang membuat mereka untuk turut serta dalam pertandingan ini. 

Pada perjalanannya, Hendra dan Ahsan yang notabene adalah pebulu tangkis Indonesia diam-diam telah menjadi idola dan motivasi bagi sejumlah atlet muda China. Prestasi mereka sebelum berduet bersama memang bukan kaleng-kaleng lagi, khususnya ketika tampil di hadapan publik China. 

Kita tentu tidak lupa dengan dengan pencapain Ko Hendra sewaktu bertempur dalam perebutan medali emas di Olimpiade China pada tahun 2008. Kala itu, Ko Hendra dipasangkan dengan almarhum Markis Kido. Tak main-main, mereka sukses mempersembahkan medali emas bagi Indonesia.

Berhadapan dengan  pasangan RRC, Cai Yun/Fu Haifeng melalui pertarungan sengit 3 set dengan skor 12-21, 21-11, 21-16, Kido dan Hendra keluar sebagai pemenang. Pencapaian ini menurut gua sangat fenomenal karena pada saat itu Cai Yun/Fu Haifeng juga dalam performa terbaik mereka dengan status peringkat 1 dunia dalam kelas Ganda Putra versi BWF. 

Nama besar Cai Yun/Fu Haifeng sebagai tim tuan rumah sangat dijagokan kala itu untuk menyabet emas. Sungguh jauh berbeda dengan Kido-Hendra yang dianggap belum pada titik maksimal mereka. Pada faktanya, semua ekspektasi itu pupus berkat impresifnya penampilan Kido/Hendra. 

Tidak jauh berbeda dengan tandemnya, Ahsan. Pebulu tangkis asal Palembang ini juga memiliki karier yang sangat gemilang sebelum berpasangan dengan Hendra. Beberapa kali menjuarai Super Series maupun World Champion, Ahsan berhasil mencuri perhatian bulu tangkis dunia.

Sejauh ini, prestasi yang dituangkan keduanya khususnya ketika tampil di hadapan publik Tiongkok terbilang sudah sangat memuaskan. The Daddies sudah mengumpulkan tiga kali Badminton World Championship. Pertama, kejuaraan dunia 2013 berlangsung di Guangzhou, China, Hendra/Ahsan mengalahkan ganda Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen dengan 21-13,23-21. 

Kedua, Kejuaran dunia 2015 berlangsung di Istora Senayan Jakarta mengalahkan ganda China Qiu Zihan/Liu Xiaolong dengan 21-17,21-14. Ketiga, Kejuaraan dunia 2019 di Basel Swiss. Hendra/Ahsan mengalahkan ganda Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi dengan 25-23,9-21,21-15.

Belum lagi berbagai Turnamen Super Series yang mengantarkan mereka merajai berbagai podium kelas dunia. Atas dasar pencapain itulah mengapa Hendra Ahsan sangat diidolakan dan disegani oleh pebulu tangkis negara tirai bambu tersebut. Mereka juga banyak menjadikan keduanya sebagai role model skill bermain bulu tangkis. 

Beberapa wonderkid dari China yang kini juga memiliki nama besar seperti pasangan ganda putra Wang Chang/Liang Wei Keng, Lee Yang/Wang Chi-lin yang baru saja menyabet Emas Olimpiade Tokyo 2020 dan Liu Yuchen pebulutangkis ganda putra China  juga sangat mengidolakan permainan Hendra/Ahsan. Mereka berharap bisa memiliki kualitas permainan layaknya sang bintang.

The Daddies yang disegani sekaligus menjadi idola pebulutangkis muda dunia tentu boleh sangat berbangga diri. Penampilan yang berkualitas disertai dengan sikap rendah hati dan menjadi biasa-biasa saja di luar lapangan adalah nilai/karakter yang membuat mereka semakin dicinta. 

Kini, target selanjutnya yang akan diburu oleh Hendra/Ahsan adalah Emas Olimpiade. Walau Hendra sudah lebih dulu memilikinya, namun keduanya masih memiliki tekad yang sama. Menarik untuk melihat aski-aski mereka di lapangan badminton selanjutnya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Sony Ruben

Freelancer sekaligus mahasiswa Hukum di UT. Sedikit menulis dan banyak jalan-jalan…