Sports

TEPIS ISTILAH ‘KUTUKAN TUAN RUMAH’, INDONESIA BERHASIL RAIH DUA GELAR DI DAIHATSU INDONESIA MASTERS

Menjadi tuan rumah sebuah turnamen olahraga memang memberikan tekanan tersendiri bagi para atlet. Tapi kali ini, kutukan tuan rumah nggak berlaku buat atlet bulutangkis Indonesia!

title

FROYONION.COMIstilah “kutukan tuan rumah” kerap kali menghantui atlet bulutangkis di dunia tiap kali turnamen World Tour digelar di negaranya, tak terkecuali Indonesia. Bagaimana tidak, rata-rata jika suatu negara menjadi tuan rumah turnamen World Tour digelar, hampir tidak menyisakan satupun perwakilannya di partai final. 

Contoh untuk awal tahun ini aja, Malaysia dan India menjadi salah dua korbannya. Di ajang Malaysia Open yang digelar pada 10-15 Januari lalu nggak menyisakan perwakilannya di partai perempat final. Begitu pula di India Open, seluruh perwakilannya gugur sebelum mencapai partai final.

Kenapa sih istilah ini bisa muncul?

Bermain di kandang sendiri memang merupakan suatu kebanggaan yang bisa dirasain oleh atlet. Jangankan atlet, gue aja yang tampil sebagai peserta lomba di sekolah sendiri aja dulu bangga banget, (nggak ada yang nanya).

Akan tetapi, tampil sebagai tuan rumah punya tekanan tersendiri, kebanggaan tersebut bisa perbalik menjadi tekanan apabila atlet memberikan penampilan yang kurang maksimal. Namanya atlet, kan nggak selalu berada di performa terbaik mereka. Kerap kali faktor cedera atau psikologis membuat perfoma mereka menjadi turun. Akan ada perasaan bersalah kalo sampai bikin pendukung kecewa. 

Untungnya kutukan tersebut kali ini nggak berlaku di Indonesia Masters. Badminton Lovers Indonesia kali ini bisa full senyum, soalnya dua dari tiga perwakilan Indonesia di partai final berhasil keluar sebagai juara sekaligus mematahkan stigma “tuan rumah selalu kalah”.

Yaa, walaupun di partai perempat final, kita sempet banyak kehilangan wakil juga di waktu yang bersamaan. Bayangin aja, Gregoria Mariska Tunjung, Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjadja, dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia bertanding secara bersamaan di court 1-3 pada match 4 dan ketiganya kalah dengan rubber game. Ditambah lagi dengan kekalahan ganda putra andalan Indonesia saat ini, Fajar/Rian di partai selanjutnya. Tambah nyesek nggak tuh?

Indonesia berhasil mendapat dua gelar tersebut lewat Jonatan Christie, dan ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. Serta satu gelar runner-up lewat Chico Aura Dwi Wardoyo.

Jonatan Christie atau yang akrab disapa Jojo berhasil mengalahkan rekan senegaranya Chico dengan dua gim langsung yakni 21-15, dan 21-13. Indonesia Masters 2023 kali ini merupakan gelar Super 500 perdana bagi Jojo. Dengan raihan ini, pekan depan Jojo bakal menduduki world ranking 2 yang merupakan ranking tertinggi sepanjang kariernya. Di sisi lain, Chico gagal mempertahankan gelar Super 500 keduanya setelah juara di ajang Malaysia Masters tahun lalu. 

Gelar kedua dipersembahkan oleh Leo/Daniel yang mengalahkan wakil China, He Ji Ting/Zhou Hao Dong dengan skor 21-17, dan 21-16. Leo/Daniel mampu membuktikan diri sebagai pemain yang mampu bersaing dengan pasangan-pasangan ganda top dunia. 

Pekan depan, tim Indonesia akan kembali bertanding di ajang Thailand Masters sebagai akhir dari World Tour edisi Asia Tenggara. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Annisa Paramadina Rahmi

Mahasiswa nyambi freelancer