Sports

MENGENAL PENCAK DOR, OLAHRAGA TRADISI PENCAK SILAT DARI KEDIRI

Ada olahraga tradisi unik yang hanya dapat disaksikan di daerah Kediri, Jawa Timur. Iya, olahraga itu bernama “pencak dor”. Seperti apa sih olahraga pencak dor itu? Simak penjelasannya.

title

FROYONION.COM - Hampir dua dekade yang lalu, film Fight Club yang diadaptasi dari novel Chuck Palahniuk yang menggambarkan tarung bebas sebagai sarana eskapisme dari warga kelas pekerja di Amerika Serikat untuk lepas sejenak dari tekanan kapitalisme. 

Enam dekade sebelumnya, KH Muhammad Abdullah Maksum Jauhar, atau yang akrab disebut Gus Maksum, mewujudkan tarung bebas semacam itu yang diikuti santri-santri seantero Jawa Timur. 

Pencak Dor sendiri merupakan ajang pertarungan bebas yang lahir dari lingkungan pondok pesantren. Gus Maksum, sang pencetus olahraga tarung bebas ini, menamakan ajang itu dengan nama Pencak Dor. 

Kata pencak dor berasal dari "pencak" berarti silat, atau bertarung, sementara "dor" berarti jidor, sebuah kendang kecil sebagai musik pengiring. 

Sepanjang pertandingan, Shalawat Badar yang diiringi oleh seni musik jidor tidak pernah berhenti dilantunkan. Selain untuk meredam emosi, shalawat juga berfungsi untuk menegaskan identitas pondok pesantren Lirboyo yang merupakan asal dari bela diri tersebut.

Beladiri ini bermula sebagai sarana latih tanding pencak silat antarsantri di pondok pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Namun, kemudian berubah menjadi arena pertandingan bergengsi bagi para pendekar dari berbagai klub atau perguruan beladiri di Jatim. Biasanya tak ada hadiah dalam pertarungan itu.

Pada umumnya, pertandingan pencak dor sendiri diadakan untuk menutup kegiatan santri sebelum memasuki masa tenang di bulan Ramadhan. Biasanya,  sebelum masuk bulan suci Ramadhan, sebagian besar santri akan pulang ke rumah masing-masing untuk menunaikan ibadah puasa bersama keluarga. Berbagai persiapan akan dilakukan para santri di lapangan pondok. Salah satunya membangun arena pertandingan yang terbuat dari bambu. Arena itu dibangun cukup tinggi agar pertarungan pencak dor bisa disaksikan oleh masyarakat banyak.

Ada beragam motivasi yang mendorong para petarung untuk terjun dalam gelanggang pencak dor, mulai dari mengasah kemampuan pencak, melestarikan budaya, menjaga prestige, menjalin silaturahmi hingga mendapatkan penghasilan. Meskipun terkesan brutal, sebenarnya pencak dor tetap memiliki nilai-nilai dan fungsi yang membuat pagelaran ini tetap bertahan hingga sekarang.

Pertandingan pencak dor biasanya digelar malam hari selepas Isya dan digelar selama 5-6 jam. Durasi ini cukup fleksibel tergantung pada jumlah peserta yang mengikuti pertandingan. 

Siapa pun dengan disiplin bela diri apapun diperbolehkan mengikuti pagelaran ini. Pencak dor biasanya dibuka oleh sambutan penyelenggara yang dalam hal ini adalah Paguyuban Pelestari Pencak Dor, disusul dengan sambutan penyelenggara lainnya apabila Pencak Dor dihelat di luar Pondok Pesantren Lirboyo. Setelah itu, sholawat yang diiringi musik jidor mulai dimainkan sekaligus pertanda bahwa pertandingan akan dimulai.

Para partisipan yang ingin bertarung menunggu di luar genjot (panggung/arena) sembari menunggu giliran. Namun sering kali, mereka yang tidak sabar langsung naik ke atas genjot dan berkerumun di pojok sambil menunggu giliran bertanding. Mereka mencari lawan tanding dengan saling mendatangi peserta dari pojok lain dan bersalaman sebagai tanda setuju diajak berduel. Setelah itu, pertarungan dimulai. 

Pertarungan ini didampingi oleh dua orang wasit yang bertindak sebagai pemisah dan pengatur jalannya pertandingan. Peran wasit, yang merupakan pendekar senior ini, sangat vital dalam acara pencak dor ini, karena sering kali pertarungan lepas kendali. Mereka harus sigap memisah atau mengatur jalannya pertandingan yang berlangsung selama (maksimal) 4 sampai 5 menit tersebut.

Meskipun tidak ada siapa yang menang maupun yang kalah dalam pertarungan pencak dor ini, jalannya pertandingan terasa sangat menarik, seru dan mendebarkan. Meskipun ini merupakan ajang tarung bebas, pendekar yang berlaga di pertarungan pencak dor ini masih terikat dengan beberapa peraturan dasar, seperti dilarang meludahi lawan, menyerang lawan yang sudah jatuh, dan menyerang bagian vital/ kemaluan. Sebagai tambahan, pencak dor tidak menyediakan tenaga paramedis, melainkan hanya menyediakan tukang urut dan sangkal putung (dukun tulang).

Seusai baku hantam, peserta diminta untuk bersalaman dan berpelukan. Mereka menuju panitia untuk memperoleh kupon yang nantinya dapat ditukar dengan makanan dan sejumlah uang. Untuk anak-anak, mereka akan diberi bayaran Rp50.000. Sementara di kelas dewasa, satu peserta mengantongi setidaknya Rp100.000. Sedangkan jago, alias petarung profesional, dapat memperoleh bayaran lebih besar. Nilainya sulit ditentukan,  sekitar Rp1-3 juta. Angkanya bisa jadi lebih tinggi, terutama jika ada pihak yang bersedia menjadi sponsor.

Kedua petarung kemudian secara bebarengan menikmati makanan yang disediakan panitia, atau menghisap rokok dan membangun persahabatan di bawah ring. Hal ini merupakan bentuk perwujudan dari slogan “Di Atas Lawan, di Bawah Kawan” yang diciptakan oleh sang pencetus, Gus Maksum.

Saat ini, pencak dor dinaungi oleh Paguyuban Pencak Dor yang merupakan perkumpulan para pendekar, pengurus, dan sesepuh Pencak Dor dari berbagai kota yang bertujuan untuk menjadikan pencak dor semakin baik. Paguyuban ini pulalah yang menjadi panitia dalam perhelatan pencak dor. Mereka akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melaksanakan pencak dor (terutama saat Pencak Dor dihelat di luar lingkungan pondok pesantren). Panitia mempersilakan semua pihak, mulai dari atlet pencak silat, atlet profesional yang diundang oleh promotor, hingga masyarakat umum untuk berpartisipasi dalam acara pencak dor. 

Dalam pertarungan pencak dor ini, tali silaturahmi dan persahabatan menjadi tujuan utama, karena setelah pertarungan berlangsung, para petarung selalu berbaur akrab dengan lawannya. Untuk menambah keakraban, gule kambing disajikan dan disantap bersama-sama agar mereka melupakan pertarungan yang sebelumnya mereka lakukan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Satrio Adi Pradipto

Hamba tuhan yang selalu mencintai sepakbola (dan kamu).