Sports

MAMPUKAH THE INTERNATIONAL 11 DI SINGAPURA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN DOTA 2 DI INDONESIA?

Bulan ini, kompetisi terbesar Dota 2 yaitu The International 11 akan diadakan di Singapura. Mampukah TI 11 di Singapura mengembalikan era Dota 2 yang dianggap mati di Indonesia?

title

FROYONION.COM - Bulan Oktober tepatnya di tanggal 15 nanti, puncak kompetisi dari game Dota 2 dan salah satu kompetisi terbesar di ranah E-Sports yaitu The International 11 akan diselenggarakan. The International atau biasa dikenal dengan TI tahun ini mengambil lokasi yang cukup berbeda jika dibandingkan dengan TI-TI sebelumnya. 

Jika biasanya TI diselenggarakan di Eropa, Amerika, Kanada, ataupun China, Valve selaku developer dan penyelenggara TI memilih Singapura sebagai negara tuan rumah dari event terbesar Dota 2. 

Well, mungkin lo yang awam melihat hal ini biasa aja. Singapura emang jadi salah satu negara maju di kawasan Asia Tenggara dan dari segi infrastruktur ataupun fasilitas rasanya cukup memadahi untuk menjadi tuan rumah dari event kompetisi berhadian belasan juta Dollar. 

Tapi, untuk beberapa orang yang emang sudah mengenal Dota 2 cukup lama mungkin sepakat bahwa scene Dota 2 di Singapura tepatnya di Asia Tenggara udah ga sebesar dulu dan bahkan dapat dikatakan sebagai dead game sejak era mobile games menyerang. 

Terlebih, di Indonesia sendiri scene Dota 2 udah benar-benar mati buat gua. Kepopuleran Mobile Legends sebagai game dengan genre yang sama seperti Dota 2 yaitu MOBA sukses menggantikan kejayaan Dota 2 yang sempat menjadi game paling populer di Indonesia. Tapi, dari diadakannya Dota 2 di Singapura ini gua sebagai penggemar Dota 2 sejak era populer sampai era kematianya di Indonesia pun bertanya, “Apakah TI 11 di Singapura dapat mengembalikan masa kejayaan Dota 2 di Indonesia?” 

MENGAPA VALVE MEMILIH SINGAPURA?

Sebelum membahas mengenai apakah TI dapat mengembalikan kejayaan Dota 2 di Indonesia, mari kita bahas kenapa Valve memilih Singapura sebagai tuan rumah TI 11 nih Civs. Dengan fakta yang sama-sama telah kita ketauhi, yaitu mengenai berkurangnya jumlah pemain Dota 2 di Asia Tenggara, tentunya Valve akan berusaha untuk meningkatkan kembali jumlah player Dota 2 di Asia Tenggara melalui perhelatan TI yang diadakan di Singapura. Jadi, alasan pemilihan Singapura cukup masuk akal apabila Valve ingin mengembalikan scene Dota 2 di Asia Tenggara. 

Kemudian, Singapura sendiri menjadi salah satu servers terbesar Dota 2 di Asia Tenggara. mengutip dari artikel duniagames.co.id. Hampir para players Dota 2 di Asia Tenggara memilih menggunakan server Singapura sebagai tempat di mana mereka bermain. Alasannya mulai dari segi jaringan yang lebih stabil, dan lain-lain. Sehingga, pemilihan Singapura sebagai tuan rumah TI 11 menjadi lebih masuk akal. 

Dan kemudian, mengenai pandemi Covid-19. Singapura sendiri menjadi negara yang memiliki tingkat Covid-19 yang cenderung lebih santai jika dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia lainnya. Dan Singapura juga sendiri sudah pernah menjadi tuan rumah salah satu event dari Valve juga, yaitu Singapore Major di tahun 2021 silam. Dengan adanya pengalaman penyelenggaran event offline di era pandemi, Singapura dirasa menjadi tempat paling aman untuk menjadi tuan rumah dari TI 11 ini. 

BAGAIMANA TI DAPAT MENGEMBALIKAN KEJAYAAN DOTA 2 DI INDONESIA?

Terus, apa hubungannya dengan diselenggarakannya TI di Singapura dengan perkembangan scene Dota 2 di Indonesia? Seperti yang udah dijelaskan sebelumnya, dengan diadakannya TI di negara Asia Tenggara diharapkan dapat mengembalikan jumlah pemain Dota 2 di negara kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena, puncak kejayaan Dota 2 di Indonesia kala itu sangatlah masif. Mulai dari jumlah players yang banyak, jumlah turnamen lokal yang ramai, banyaknya tim-tim Dota 2 yang dibentuk, sampai diadakannya turnamen minor resmi dari Valve. Jika dibandingkan dengan sekarang, Dota 2 sebelum era mobile games menyerang sangatlah besar di Indonesia. 

Berbeda dengan era sekarang, kompetisi atau turnamen lokal yang bisa dikatakan udah engga ada, players yang berkurang, sampai minimnya tim-tim dari Dota 2. Setidaknya, hanya ada 2 tim asal Indonesia yang berkompetisi di DPC SEA atau liga kompetisi yang diselenggarakan oleh Valve di kawasan Asia Tenggara, yaitu Army Geniuses dan juga BOOM Esports. Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu ketika hampir setiap tim E-Sports ,memiliki rosters untuk game Dota 2. 

Tapi, perlahan scene Dota 2 di Indonesia kembali meningkat sejak TI 10 di Rumania kemarin. Karena, akhirnya ada pemain Indonesia yang bisa berkompetisi di TI, yaitu Kenny “Xepher” Deo dan Matthew “Whitemon” Filemon yang keduanya sama-sama bermain untuk tim asal Korea Selatan yaitu T1. Dari keberadaan mereka di TI setidaknya memberikan asa untuk player Dota 2 di Indonesia untuk kembali ke Dota 2. 

Di TI 11 ini setidaknya dapat menjadi titik balik scene Dota 2 di Indonesia. Dengan lolosnya BOOM Esports ke TI 11, setidaknya memberikan harapan masyarakat Indonesia bahwa tim Indonesia setidaknya dapat berkompetisi di ajang tertinggi Dota 2. Kemudian, bertambahnya pemain asal Indonesia yang bermain di TI juga menjadi salah satu kunci penting.

 Di TI 11 nanti, setidaknya Indonesia sudah memiliki 3 orang yang akan berkompetisi di sana. Dan yang menjadi spesial adalah, ada nama-nama baru yang akan berkompetisi di sana. Yaitu, Rafli “Mikoto” Fathurahman, dan Bridio “Hyde” Budiana yang keduanya bermain untuk tim Talon Esports, tim yang berasal dari Korea Selatan. 

Dan juga ada Saieful “Fbz” Ilham yang bermain untuk BOOM Esports. Nama-nama sebelumnnya seperti Whitemon dan Xepher pun masih memiliki kesempatan untuk bermain di TI 11 apabila mereka sukses lolos dari Last Chance Qualifier yang akan diselenggarakan pada tanggal 8 - 12 Oktober 2022 nanti. 

Selain lewat playernya, harapan mengembalikan kejayaan Dota 2 juga dapat melalui industri broadcastingnya. Salah satu channel broadcasting Dota 2 terbesar di Indonesia adalah WxC Indonesia. Dan WxC Indonesia sendiri di TI 10 kemarin sukses menjadi official channel untuk TI 10. Jadi bukan ga mungkin kalau nanti WxC dapat kembali menjadi official channel dari TI 11. 

Karena, dengan menjadi official channel setidaknya lo bisa menonton pertandingan TI dengan caster orang Indonesia dan resmi dari Valve. Dan dengan suksesnya WxC menjadi broadcast media untuk Dota 2, diharapkan dapat menjadi pematik untuk broadcast media lain untuk kembali menyiarkan Dota 2 di channel Youtube, Twitch, atau aplikasi streaming lainnya. Sehingga, dapat mengembalikan era kejayaan Dota 2 di Indonesia. 

REALISTISKAH KEJAYAAN DOTA 2 DI INDONESIA TERULANG?

Dengan keadaan iklim dan ekosistem scene E-Sports di Indonesia yang terfokus di game mobile jujur aja gua rasa bakal sulit untuk menjayakan kembali Dota 2 di Indonesia. Tapi, bukan berati ga punya kesempatan. Dengan diselenggarakannya TI di Asia Tenggara, Adanya tim asal Indonesia yang berkompetisi di TI, dan pemain-pemain asal Indonesia di TI setidaknya dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan scene Dota 2 di Indonesia. 

Dan sebenarnya, kalau kita berbicara Dota 2 di Indonesia dari segi komunitasnya. Nyatanya, Dota 2 masih banyak memiliki penggemar. Mungkin para penggemar ini udah ga memainkan Dota 2 lagi, tapi setidaknya mereka menikmati Dota 2 melalui pertandingan-pertandingan Dota 2. Makanya, sebelumnya gua bilang keberadaan bradcast media yang mengcover Dota 2 akan sangat penting, karena dari segi viewership penonton Dota 2 di Indonesia masih memiliki jumlah yang masif. 

Melalui broadcast pertandingan turnamen Dota 2 melalui WxC, setidaknya angka viewershipnya selalu mencapai ribuan orang. Ditambah, streamer-streamer Dota 2 seperti Rusman yang bisa dikatakan sebagai streamer Dota 2 terbesar Indonesia dengan average viewersnya setidaknya mencapai 2000 orang plus Rusman sendiri sedang menjalani Subhaton yang sudah berlangsung selama kurang lebih 3 bulan dengan total uang hasil donation sebesar kurang lebih 500 juta menjadi bukti bahwa komunitas Dota 2 di Indonesia masih sangat loyal, royal, kuat dan solid. 

Mungkin dari segi player Dota 2 mungkin akan sulit untuk menemukan kejayaannya. Tapi dari segi tontonan hiburan, Dota 2 ga bakalan ada matinya. Lo dan gua pastinya akan mengiyakan bahwa Dota 2 adalah game yang seringkali mengembalikan berbagai kenangan. Kenangan mabar bareng temen sekolah, temen kuliah, main warnet bareng-bareng dan lain sebagainya, karena pada dasarnya masa kejayaan Dota 2 berada saat usia kita di usia anak sekolah atau kuliah. 

Banyak pensiunan player Dota 2 sekarang udah kerja dan bahkan berkeluarga sehingga emang udah ga punya wkatu lagi buat main Dota 2. Tapi setidaknya, untuk melepas kangen dan rindu akan Dota 2 mereka akan menonton berbagai match-match Dota 2 di era sekarang dan mungkin sesekali bakal coba mainin ini game lagi. 

Jadi, mungkin untuk mengembalikan masa kejayaan Dota 2 di Indonesia akan menjadi impian di siang bolong, tapi Dota 2 di Indonesia selamanya akan dikenang sebagai sebuah era. Era di mana akhirnya E-Sports bisa jauh berkembang hingga sebesar sekarang. 

Dota 2 menjadi pembuka jalan untuk E-Sports di Indonesia untuk lebih diakui dan bahkan dianggap sebagai profesi. Jadi, mari kita berharap setidaknya dari penyelenggaraan The International atau TI 11 di Singapura dapat menjadi titik balik kembalinya era Dota 2. Game yang bukan sekadar permainan tapi juga dapat memberikan kita berjuta kenangan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Radhytia Rizal Yusuf

Mahasiswa semester akhir yang hobi menonton anime dan memiliki ketertarikan dalam berbagai budaya populer seperti, anime, J-pop, K-Pop