Sports

DARI KEISUKE HONDA KITA BELAJAR BAHWA CITA-CITA HARUS SEBANDING DENGAN USAHA

Keisuke Honda yang kini berusia 36 tahun pernah memperkuat AC Milan 2014-2017. Namun, ia kini menukangi Timnas U-22 Kamboja. Prestasi apik yang selama ini ia raih ternyata bukanlah sesuatu yang tiba-tiba.

title

FROYONION.COM - Pencinta sepak bola Asia termasuk Indonesia pernah digemparkan dengan hengkangnya key player CSKA Moscow Keisuke Honda ke AC Milan pada 2014 lalu. 

Pria berpostur 182 cm ini mencuri perhatian lewat permainan ciamiknya yang membantu CSKA menjadi jawara Russian Premier League (RPL). 

Honda menjelma menjadi game maker handal CSKA layaknya seorang Tsubasa Ozora. Selama memperkuat klub periode 2010-2013 ia meraih  trofi RPL, Russian Cup dan Russian Super Cup.

Bermain cemerlang di CSKA, Milan yang mengendus potensi Honda bergerak kilat menghubungi sang agen sekaligus saudara kandungnya Hiroyuki Honda. 

Akhirnya, pada Januari 2014 Honda resmi berseragam Rossoneri dengan status free transfer dan kontrak berdurasi 4 tahun. 

Dilansir dari Football Database, Honda yang mengenakan nomor punggung 10 berhasil mencatatkan 92 caps dengan torehan 11 gol dan 13 assist. Penampilannya tak begitu menawan, namun ia membantu Milan merengkuh trofi Super Coppa Italia di tahun 2016.

Sejak tahun 2018 federasi sepak bola Kamboja (FFC) resmi meminang Honda sebagai General Manager timnas senior. 

Namun, tahun ini ia didapuk sebagai manajer Kamboja U-22. Walaupun bukan sebagai pelatih kepala, anehnya Honda tampak terlihat mendampingi anak asuhnya di pinggir lapangan. Padahal jabatan pelatih kepala dipegang oleh Ryu Hirose. Usut punya usut ternyata Honda ditugaskan untuk membantu Hirose sebagai pelatih kepala. 

Profil lengkap

Honda lahir di daerah Settsu, prefektur Osaka 13 Juni 1986 silam. Mengawali karir junior di klub lokal Settsu FC pada tahun 1994, ia kemudian bergabung dengan Gamba Osaka di tahun 1999 namun gagal promosi ke tim Junior Youth

SMA Seiryo di prefektur Ishikawa menjadi klub pilihannya setelah SMP. Honda yang bermain brilian mengantarkan Seiryo mencapai babak semi final untuk pertama kalinya dalam sejarah turnamen sepak bola SMA se-Jepang. 

Ia terpilih sebagai “Special Designated Youth Player” pada 2004. Sebuah proyek yang telah dirancang oleh J. League dan JFA (Japan Football Association).

Statusnya sebagai pemain muda pilihan memudahkannya untuk mendaftar di Nagoya Grampus Eight padahal ia masih bermain untuk SMA Seiryo. Ia memainkan 1 pertandingan di J. League Cup dengan statusnya masih sebagai seorang siswa.

Resmi bergabung dengan Nagoya Grampus di 2005, ia mencetak 11 gol dari 90 pertandingan, menjadikannya dilirik klub Belanda VVV Venlo di tahun 2008.  Pada akhir musim Honda dinobatkan sebagai MVP (Most Valuable Player) liga Belanda musim 2008-2009. 

Pamor Honda semakin meningkat di level Eropa, gol free kick indahnya ke gawang Sevilla di Liga Champions 2010 membawa CSKA hingga ke perempat final. 

AC Milan pun akhirnya tak ragu untuk merekrutnya, namun karir Honda perlahan meredup akibat skuad yang kurang mumpuni plus cedera yang menimpanya. 

Setelah Milan, Ia terus berpindah-pindah klub seperti Pachucha, Melbourne Victory, Vitesse Arnhem, Botafogo, Neftchi hingga terakhir FK Suduva sebelum pensiun. 

Di level timnas Jepang ia menorehkan prestasi dengan mengoleksi 98 caps dan 37 gol serta memimpin Jepang di Piala Dunia 2010, 2014 dan 2018.

Wahai para pemuda, belajarlah dari Honda

Dilansir dari La Gazzetta dello Sport ternyata sejak kecil Honda sudah bercita-cita menjadi pemain terbaik di dunia. 

Pada tahun 1999 saat berusia 12 tahun ia menulis ideogram yang berjudul “My future dream (il mio sogno futuro)”. 

Ternyata, Honda yang sekarang bukanlah tanpa arah, melainkan memiliki tujuan yang sudah ia tetapkan sejak 24 tahun lalu. 

Bahkan cita-citanya memakai jersey no.10 dan bermain untuk serie A serta timnas Jepang benar-benar terwujud.

Dari kisah Honda, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik yaitu:

1. Cita-cita yang tinggi harus sebanding dengan usaha

Sejak kecil Honda sudah bercita-cita menjadi pemain sepak bola terbaik di dunia. Cita-cita tersebut direalisasikan lewat kerja keras. Hal ini sangat kontradiktif dengan anak muda zaman now yang semuanya ingin serba instan. Ingin cepat kaya, terkenal dan memiliki segalanya tanpa mau berjuang keras. Sekarang lihatlah Honda, masih muda dan mendunia serta memiliki gurita bisnis dimana-mana. 

2. Spesifik dan detail

Honda tak hanya memiliki cita-cita yang tinggi, melainkan spesifik dan detail. Sekarang ia berstatus sebagai pemilik klub sepakbola amatir bernama Edo All United. Honda memiliki target dalam 5-10 tahun kedepan klubnya akan menjadi klub profesional. Ia juga memiliki perusahaan startup digital NowVoice, pemilik SSB Soltilo Familia Soccer School yang memiliki 60 cabang di seluruh Jepang dan berbagai perusahaan lainnya. 

2. Tekad membahagiakan orangtua

Ketika bertekad untuk membahagiakan orangtua, Tuhan pun pasti memberikan pertolongan. Niat untuk membalas jasa mereka berbuah manis. Sekarang Honda bukan hanya terkenal, ia kaya raya namun tetap rendah hati. Hal itu semua berawal dari niatnya yang tulus untuk membalas jasa kedua orangtua. Adakah kita memiliki niat seperti Honda? mari kita renungkan.

4. Pantang menyerah hingga akhir

Honda pernah menjadi pemilik klub Liga II Austria SV Horn, walaupun kemudian mundur karena kesulitan keuangan di tahun 2015. Ia tak patah arah, bangkit dan pantang menyerah hingga menjadi seorang pebisnis sekaligus olahragawan yang hi-class.

Nah, itulah beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari seorang Keisuke Honda. Muda dan kaya serta tetap bersahaja sungguh menjadi cita-cita kita semua. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhammad Adib

Seorang PNS (Pegawai Ngeri Swasta), guru ngaji, sarjana komputer yang suka nulis