In Depth

SOCIAL CURRENCY: INVESTASI LAIN BAGI GEN-Z DI MASA DEPAN

Makin banyak anak muda yang sadar untuk berinvestasi sejak dini, tapi lo sadar gak sih, ada investasi penting yang lo gak sadari?

title

FROYONION.COM - Siapa yang setuju kalau gara-gara pandemi, akhirnya banyak orang yang mulai "melek" dalam berinvestasi? Mungkin orang-orang di sekitar lo mulai install berbagai aplikasi investasi reksadana ataupun kripto, dan bahkan mulai sering ngomongin investasi saat istirahat atau ngobrol-ngobrol santai. Tenang, ini bukan artikel rekomendasi investasi tertentu, terus ujung-ujungnya diberi kalimat "Not a financial advice". Di sini kita akan ngebahas tentang "social currency" atau "mata uang sosial". 

Kita sekarang hidup di era digital saat hampir semua orang menggunakan media sosial (seperti Instagram, Facebook, YouTube, Twitter, dan sebagainya). Masing-masing dari kita menggunakannya untuk tujuan yang berbeda. Tapi gue yakin kalo lo pasti setuju sebagian besar menggunakannya hanya untuk gaya hidup demi kepuasan dan ketenarannya sendiri. Tentu masa muda adalah masa untuk berekspresi seluas mungkin, tapi fenomena ini perlu disikapi dengan bijak. 

BACA JUGA: SEBERAPA PENTINGKAH INVESTASI BUAT PEKERJA KREATIF?

APA ITU SOCIAL CURRENCY?

Social currency adalah kemampuan seseorang atau brand dalam mempengaruhi jaringan dan komunitasnya. Istilah ini banyak digunakan dalam bidang pemasaran, bukan hanya produk ataupun jasa, tapi juga untuk personal branding. Kata "currency" atau mata uang disini merujuk pada alat tukar. Alat tukar ini tidak melulu melibatkan uang atau aset berwujud, tapi bisa berupa value yang diberikan pada orang lain.

Sederhananya, social currency adalah bagaimana orang lain mengukur value seseorang atau brand berdasarkan personanya di media sosial. Contoh sederhana, ketika lo pergi liburan atau nongkrong di suatu tempat, dan merasa nyaman dengan tempat itu, kira-kira apa yang akan lo lakukan? Mungkin upload story di Instagram, tag lokasi, dan lainnya. Nah, kegiatan inilah yang akan membentuk persepsi dalam diri individu terhadap suatu brand atau individu lain.

Gua yakin kalo lo pasti memilih-milih foto yang bakal dipost di Instagram atau medsos lainnya kan? Nah, menurut lo kira-kira kenapa sih orang sering ngepost foto kalau lagi di cafe estetik, nonton film Avengers, atau lagi di konser?

Yup, salah satu alasannya tentu karena orang-orang ingin terlihat keren, gaul dan mengikuti tren. Orang-orang membagikan hal yang menurut mereka akan menjadi image idealnya. Misal, sering membagikan kegiatan kerja karena ingin terlihat produktif. Dengan kata lain, mereka hanya akan membagikan apa yang mereka yakini akan mempertahankan atau meningkatkan reputasi mereka di mata teman-teman dan orang lain.

Setiap kali seseorang memilih untuk berbagi informasi, mereka seolah "mempertaruhkan" reputasinya dan "menukarkan" mata uang sosial. Mereka tidak ingin berbagi informasi yang membosankan, tidak relevan, atau terlihat "Nggak asik" karena berisiko menurunkan status di antara teman-teman mereka. 

Social currency nyatanya memiliki peranan yang sangat besar di kalangan anak muda, terutama Gen-Z. Sekarang gue mau tanya, kira-kira ada berapa banyak jumlah influencer yang lo senangi dan akhirnya follow di media sosial. Apa alasan dari lo ketika mem-follow mereka? Mungkin karena personality-nya, karena mereka ganteng atau cantik, atau mereka membagikan konten yang lo senangi dan merasa bermanfaat?

Nah, inilah contoh nyata dari social currency. Semakin banyak social currency yang dimiliki, maka orang-orang akan semakin "respect" pada si individu. Jadi social currency bisa juga berarti value yang kita berikan pada orang lain. Misalnya para influencer yang berhasil memiliki komunitas setia yang mendukung dirinya.

Jika seandainya lo merasa, “Gue kan nggak mau jadi influencerkayaknya nggak perlu punya social currency deh”.  Jawabannya salah! Social currency sekarang ini sangat berkaitan dengan dunia marketing dan branding, yang sebenarnya juga bisa ditarik ke dalam aspek yang lebih sederhana lagi. 

Social currency sangat dibutuhkan untuk personal branding diri lo nantinya. Di sini kita nggak bicara tentang personal branding yang sudah profesional di LinkedIn atau Instagram, tapi pada personal branding lo di mata lingkungan sekitar lo.

Dengan memiliki social skills yang baik, maka lo akan menarik lebih banyak orang terhadap potensi diri lo. Hasilnya, akan lebih banyak kesempatan dan peluang yang terbuka untuk ke depannya. 

Misalnya lo tergabung dalam komunitas pecinta fotografi dan aktif dalam berbagai aktivitas, maka disana orang-orang akan mengenal diri lo sebagai orang yang ramah, aktif dan bisa mengetahui kemampuan lo lebih dalam. Akhirnya bisa jadi akan menjadi koneksi yang berharga untuk kesuksesan lo ke depannya.

JADI, APA BEDANYA MENINGKATKAN SOCIAL CURRENCY DENGAN "PAMER"?

Menurut gue, sah-sah aja kok bagi lo untuk berbagi tentang kegiatan lo saat bekerja, nongkrong, atau makan di cafe estetik. Karena kegiatan-kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan aktualisasi diri individu. Tapi, lo harus tahu informasi mana sajakah yang perlu dibagikan dan dapat meningkatkan nilai diri lo.

Misal, lo ingin dikenal sebagai orang yang kreatif dan senang berbagi ilmu. Maka lo bisa banget nih mulai membagikan konten, yang bisa dimulai dari tips-tips sederhana terkait hobi yang lo senangi. Kalo senang terhadap fotografi, maka lo bisa mulai dengan membagikan beberapa karya dan tips-tips cara melakukan fotografi bagi pemula misalnya. 

Perbedaannya terletak pada "Value" atau nilai yang lo berikan pada orang lain. Kalau hanya sekedar foto-foto estetik aja, mungkin orang akan mempersepsikan diri lo sebagai anak hits dan senang berkunjung ke tempat-tempat yang menarik bersama teman-teman, yah mungkin hanya sekadar itu. 

Tapi kalo lo bisa memberikan value lebih, entah berupa edukasi atau hiburan, maka orang akan memberikan value lebih pada diri lo di mata mereka.

CARA MENINGKATKAN SOCIAL CURRENCY

Gimana sih cara meningkatkan social currency itu? Menurut Vivaldi Partners, ada 6 komponen yang dibutuhkan untuk meningkatkan social currency,

1. Utility : Seberapa besar value yang lo berikan pada orang lain, misalnya aktif dalam meramaikan suatu komunitas dan membantu para pemula di dalamnya

2. Information : Bagaimana hal-hal yang lo bagikan dapat meningkatkan pengetahuan orang lain

3. Conversation : Bagaimana lo bisa membangun interaksi dan hubungan dengan orang lain

4. Advocacy : Bagaimana orang-orang mempromosikan diri lo pada orang-orang lainnya dan menumbuhkan loyalty

5. Affiliation : Membentuk komunitas yang memiliki kesamaan

6. Identity : Menekankan kesamaan value diri lo dengan komunitas 

Meningkatkan social currency bisa dimulai dengan langkah-langkah sederhana. Pertama, lo harus tau ingin seperti apa sih image atau personal branding yang lo miliki di benak orang lain? Hal ini sangat penting karena akan berhubungan erat dengan tujuan yang ingin lo capai nantinya. 

Kita semua tentu setuju bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Lo bisa mulai mencari komunitas-komunitas yang lo senangi untuk mulai memperkenalkan dan membangun image diri lo dalam komunitas tersebut. 

Mulailah menjalin hubungan yang bernilai dengan orang-orang tersebut dan menunjukkan value unik yang lo miliki pada mereka. Ingat, nilai kita bisa ditentukan dari kualitas koneksi kita, tapi bisa juga ditentukan dari kualitas diri sendiri.

Kesimpulannya, mata uang sosial merupakan aspek yang sangat penting dari personal branding seseorang. Terlepas dari apapun keinginan dan cita-cita orang tersebut. 

Sayangnya, masih banyak Gen-Z yang belum memanfaatkannya dengan optimal, padahal hal ini merupakan peluang yang sangat besar. Jika bisa dioptimalkan, tentu hal ini akan meningkatkan  social currency seseorang dan membantu lo untuk lebih berkembang lagi! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Dicky Surya

Freelance writer