Esensi

NGERASA GAGAL JADI MANDIRI LALU JADI DESTRUKTIF SENDIRI? HATI-HATI SINDROM ‘FAILURE TO LAUNCH’

Ngerasa pengen mandiri dalam hidup tapi gagal dan jadi ngelampiasin ke hal-hal negatif? Hati-hati Civs, bisa jadi ini yang disebut sindrom ‘Failure to Launch’. Cegah jangan sampe kehidupan lu kacau kayak roket yang gagal diluncurin.

title

FROYONION.COM - Para peneliti, pembuat kebijakan dan masyarakat umum makin sadar kalo cowok-cowok yang masih dalam fase perkembangan menuju kedewasaan juga membutuhkan perlindungan dan bimbingan dari hal-hal yang juga dialami cewek-cewek. Salah satunya ialah aspek kesehatan mental cowok usia muda yang makin mendapat sorotan akhir-akhir ini dari banyak pihak. 

Salah satu sindrom yang menyerang kesehatan mental cowok-cowok ialah ‘Failure to Launch’, sebuah kondisi saat anak-anak muda mengalami kesulitan psikososial dalam menyelesaikan pendidikan tinggi dan memasuki dunia kerja agar nantinya mereka bisa menjadi individu-individu yang mapan dan mandiri.

Sindrom ini disebut-sebut berkontribusi pada tingginya jumlah pria muda yang terjerumus penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. Cowok mendominasi kasus penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan (bisa sampai 75%) menurut data peneliti. Dan gejala penyalahgunaan ini sebetulnya sudah bisa ditemui di saat mereka remaja dan dewasa muda (usia 20-an awal). 

CEWEK LEBIH PINTER? 

Yang lebih mencemaskan, angka kasus bunuh diri cowok juga lebih tinggi (setidaknya menurut data di AS). Cowok-cowok umur 15-24 tahun berpeluang sampai 5 kali lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri daripada teman-teman cewek mereka. Makanya Civs, sindrom ini jangan sampai dianggap sepele.

Di banyak negara di dunia, para peneliti makin banyak yang menemukan bahwa cowok-cowok remaja dan dewasa awal mengalami penurunan dalam hal pencapaian akademis. Lu bisa amati di sekeliling lu, berapa banyak temen cowok lu yang secara akademis mereka cemerlang dan berapa temen cewek lu yang nilai-nilainya tinggi di kelas. Biasanya sih emang cewek di kelas-kelas itu lebih pinter dan bisa masuk peringkat atas daripada cowok. Nah, ini tuh udah jadi tren global, Civs! Di Kanada yang konon negara dengan SDM maju aja, seperempat dari anak cowok gagal lulus SMA tepat waktu padahal remaja cewek Kanada lebih lancar sekolahnya.

Di tingkat universitas, kini cowok-cowok juga makin sedikit. Persentase mahasiswa dibandingkan mahasiswi di Inggris dan Kanada cuma 40% banding 60%. Keterwakilan cowok di dunia pendidikan tinggi sangat kentara di negara-negara berkembang (baca: miskin) kayak Jamaika, Guyana, dan Barbados. Di sana, cewek-cewek 2 kali lebih berpeluang lanjut kuliah daripada cowok-cowoknya. Sedih banget gak sih?

Dari data Kemendikbud tahun 2018  sendiri, persentase mahasiswi (cewek) emang masih lebih sedikit daripada cowok saat jenjang Diploma 4 dan S1. Tapi NGGAK anehnya pas masuk ke jenjang S2 dan S3, persentase mahasiswi justru lebih sedikit. Itu karena seperti kita ketahui, begitu cewek di negara ini memasuki usia pertengahan 20-an, mereka udah dituntut buat nikah dan punya anak sementara cowok-cowok bisa lebih leluasa untuk ngelanjutin pendidikan entah itu demi alasan kerjaan, keuangan atau prestise semata. Kalau perempuan sekolah tinggi-tinggi, kata masyarakat kita “buat apa?” Inilah alasan paling logis kenapa jumlah mahasiswi menyusut di tingkat pendidikan S2 dan S3. Tapi kalo cewek-cewek di Indonesia nggak dihadang tuntutan masyarakat, bisa jadi mereka juga mendominasi di level S2 dan S3.

AKIBAT ‘GAGAL MELUNCUR’

Seperti apa sih gejala-gejala anak muda yang kena sindrom ‘Failure to Launch” ini? Menurut peneliti, mereka ini biasanya nggak ada pekerjaan (alias nganggur aja). Karena nggak ada penghasilan, terpaksa juga akhirnya mereka numpang di rumah ortu dan nggak bisa seenggaknya nyewa kamar kos atau kontrakan sendiri dengan duit pribadi (bukan suntikan dana ortu lagi ya). Mereka ini juga nggak lagi kuliah, atau drop out dari bangku kuliah karena berbagai alasan (dari salah jurusan, nggak minat, sampe ngabisin duit aja). 

Dengan kondisi ini, anak-anak muda tadi otomatis nggak punya modal sosial atau ‘social capital’ (kayak jejaring atau koneksi) yang mereka bisa manfaatkan untuk masuk ke dunia kerja atau ikut pendidikan yang lebih tinggi. Ya bener juga kan, mana bisa dapet kerja kalo gaulnya ama pengangguran juga dan temen-temennya punya masalah yang sama?

Dan ini juga bisa berkaitan erat dengan kemiskinan. Jadi emang udah kayak lingkaran setan aja. Saling berkaitan, nggak ada habisnya dan bingung mesti mana yang diputusin dulu supaya masalahnya nggak berlarut-larut.

ATASI BARENG

Dampak ‘Failure to Launch’ nggak berenti di situ. Ternyata efek dominonya sampe ke risiko cowok menderita kesepian. Serius nih, makin banyak cowok di dunia yang mengaku udah kesepian akut. Sebuah studi di AS menyatakan hampir sepertiga pria selalu atau merasa kesepian dan cuma 25% ngaku punya temen deket. Angka ini 2 kali lipat kalo dibandingkan generasi bapak mereka (baby boomers) dan lebih tinggi bahkan dibandingkan wanita segenerasi mereka. Sedih bener, Civs…

Dengan kondisi ‘gagal meluncur’ ini, para cowok bisa kehilangan makna dan tujuan hidup, terpuruk dalam kesepian, keterasingan dari masyarakat. Untuk itu, kita harus bersama-sama memerangi faktor-faktor pemicu sindrom ‘Failure to Launch’ ini, seperti prestasi pendidikan yang rendah, pengangguran, dan rasa kesepian di antara pria. Tanpa kepedulian semua lapisan masyarakat, cowok-cowok muda yang kena sindrom ini bisa terjerumus ke penyalahgunaan narkoba, alkohol, dan menempuh jalan bunuh diri. Dan jadi tugas kita semua juga untuk menciptakan lingkungan belajar dan kerja yang lebih ramah buat cowok-cowok. 

Menurut lu sendiri gimana, Civs? Apakah ada orang atau temen deket lu yang ngalami ini atau lu sendiri yang merasa? Tapi jangan memvonis diri sendiri (self-diagnose) ya. Hubungi psikolog atau psikiater terdekat buat konsultasi dan memastikan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Akhlis

Editor in-chief website yang lagi lo baca