Esensi

KETIKA KITA MERASA PALING 'WAH' SEJAGAT RAYA

Pernah nggak ketemu orang yang ngerasa seisi dunia berputar mengelilingi dia? Nah, waspada kalau ada temen yang kayak gini. Kenali ciri-cirinya juga supaya lu nggak masuk tipe manusia ini, Civs.

title

FROYONION.COM - Pada kehidupan sosial, kita pasti sering menemui individu-individu dengan berbagai macam sifat dan karakteristik, mulai dari yang lazim sampai yang bikin kita garuk-garuk kepala sambil membatin ‘Kok ada ya, orang kaya begini?’ Nggak jarang juga kita ketemu sama orang yang merasa paling ‘Wah’ sedunia baik dalam hal prestasi, keahlian, pekerjaan, atau apapun itu, meskipun sebenarnya dia nggak sekapabel itu. Bisa jadi juga, kita seringkali merasa paling ‘Wah’ sedunia tapi nggak sadar, sampai suatu hari ada orang yang datang mengingatkan langsung ke kita. “Bro, asal lu tahu aja, lu tuh sebenarnya nggak sekeren itu!” Jleb, nggak tuh.

Kita semua juga sepertinya mengamini bersama bahwa merasa paling ‘Wah’ sedunia itu nggak baik dan kadang rasanya nyebelin. Mau ngingetin tapi nggak enak, didiemin juga lama-lama kita kesel sendiri. Nah, kalau udah kaya begini, kira-kira kenapa dan bagaimana cara menyikapinya, ya, Civs? 

FENOMENA ‘DUNNING KRUGER EFFECT

Sebelum lebih jauh ngomongin masalah ini, ternyata merasa paling ‘Wah’ dan paling ‘Oke’ ini ada istilahnya, loh, yaitu Dunning Kruger Effect. Singkatnya, Dunning Kruger Effect ini bisa dibilang sebagai jenis bias kognitif di mana seseorang itu merasa percaya diri banget bahwa dirinya lebih pintar dan lebih mampu daripada yang sebenarnya terjadi. Lebih akrabnya, fenomena ini tuh sama persis kayak peribahasa ‘Tong kosong nyaring bunyinya.’ 

Orang-orang yang mempunyai sifat dan karakter menjurus ke Dunning Kruger Effect ini cenderung nggak sadar sama kekurangannya. Mereka juga terkadang lupa bahwa sebenarnya dirinya nggak sekapabel itu. Alih-alih introspeksi dan berusaha buat menjadi lebih baik dalam bidang yang dia tekuni, orang-orang yang punya karakter ini malah melebih-lebihkan kemampuannya sampai kelewat batas.

Tapi, harus diketahui bersama juga nih, Civs, bahwa Dunning Kruger Effect ini sebenarnya bukan merupakan sebuah penyakit mental atau sindrom. Sifat atau karakter ini memang pada dasarnya hadir dan melekat pada diri setiap orang, namun dengan batasnya masing-masing. Adapun menurut David Dunning dan Justin Kruger alias si pencetus istilah ini, fenomena ini lahir karena dorongan yang diakibatkan dari beban ganda yang dimiliki oleh orang tersebut. Singkatnya, di satu sisi seseorang itu memang nggak ahli atau kapabel dalam suatu hal, namun di lain sisi dia nggak bisa buat mengelola mentalnya untuk mengakui bahwa dia memang nggak sekapabel itu.

Melihat fenomena ini, mungkin timbul juga pertanyaan bahwa apabila orang-orang biasa ini menganggap dirinya paling ‘Wah’, terus bagaimana dengan orang-orang yang memang benar-benar kapabel atau kompeten memandang diri mereka sendiri? Dunning dan Kruger menjelaskan bahwa orang-orang ini ternyata punya pandangan yang lebih realistis tentang diri mereka sendiri. Alih-alih merasa superior, mereka malah lebih merendah selayaknya peribahasa padi. 

KENALI DIRI

Nah, seperti yang sudah dibahas bersama, orang-orang yang merasa superior ini memang pada dasarnya ngeselin, terlebih karena mereka sendiri nggak merasa kalau mereka ngeselin. Tapi, karena Dunning Kruger Effect ini memang hadir dan melekat dalam diri kita, ini berarti kita juga sebenarnya mempunyai potensi buat turut serta mengalami fenomena ini. 

Di luar sana, banyak perdebatan untuk mengatasi fenomena ini. Sebut saja ada yang berpendapat bahwa untuk menghindarkan diri dari menjadi manusia superior, kita harus menjadi manusia rata-rata atau manusia yang mudah puas. Tapi, di lain sisi ada juga yang berpendapat bahwa menjadi manusia rata-rata berarti membatasi diri untuk menembus dan menjadi versi terbaik dari dirinya. Terus, kita harus bagaimana buat mengatasi atau setidaknya meminimalisir fenomena Dunning Kruger Effect ini?

Simpelnya sih, pertama, kita harus benar-benar mengenali diri kita sendiri. Maksudnya, kita harus sering introspeksi dan berkaca apakah kita ini memang benar-benar menguasai dan kapabel dalam suatu bidang tertentu atau hanya sekadar paham pada permukaannya saja. Hal ini begitu penting karena ketika kita mengenali diri sendiri dengan baik, maka kita akan cenderung lebih paham untuk bersikap. Kita juga akan menjadi individu yang mengerti terhadap apa yang sebenarnya kita inginkan dan apa yang sebenarnya mampu kita lakukan. 

Hal ini sejalan sama tips kedua, yaitu haus akan pengetahuan. Karena kita tahu kapabilitas kita, maka akan timbul rasa penasaran yang menggebu-gebu untuk meningkatkan kemampuan memaksimalkan potensi kita. Kita jadi sering belajar, mencari informasi, dan berlatih agar potensi yang dimiliki menjadi semakin optimal.

Terakhir, kita juga harus sering-sering minta pendapat dan mencari validasi dari orang lain. Bukan buat tujuan negatif, tapi sesi minta pendapat ini diperlukan karena kita kadang nggak sadar sama apa yang kita punya dan apa yang kita lakukan. Maka dari itu, validasi dari orang lain itu penting selain buat self-improvement, tapi juga untuk mengenali diri kita sendiri lebih jauh lagi.

Pesan gue sih, Civs, jangan sampai kita menjadi salah satu orang yang kena Dunning Kruger Effect ini. Meskipun begitu, di lain sisi juga kita juga jangan menjadi orang yang selalu underestimate atau insecure sama diri kita sendiri atas apa yang sudah kita peroleh, padahal realitanya kita memang memiliki kapabilitas dalam hal tersebut dan layak buat mendapatkannya—atau istilahnya itu Impostor Syndrome. Jadilah orang yang know yourself dan know your worth, jangan kemakan ego dan teruslah belajar buat menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Haidhar Fadhil

Mahasiswa HI yang suka nulis, seni, musik, dan motor