Esensi

KALAU BELUM DAPET KERJAAN SESUAI ‘PASSION’

Zaman sekarang nolak kerjaan karena nggak sesuai passion itu dianggap udah lazim sama anak-anak muda kreatif. Tapi Civs, ada baiknya lo terima aja dulu kerjaan itu deh.

title

FROYONION.COM Anak-anak muda sering merasa bahwa kerja di bidang yang nggak sesuai dengan passion itu buang-buang waktu aja. Nggak bakal sukses deh nantinya. Nggak bisa enjoy juga. Pokoknya big no deh!

Tapi Civs, apakah kita harus selalu melewatkan sebuah kesempatan hanya karena nggak sesuai dengan passion kita? Karena siapa tau kesempatan yang berupa kerjaan yang nggak sesuai passion itu justru bisa mengantar kita ke keberhasilan lain?

Sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan tim peneliti University of Michigan mendobrak mitos bahwa supaya sukses seseorang harus bisa menemukan passion dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan passion tersebut.

Ternyata, ada alternatif cara berpikir lain, Civs. 

Bertentangan dari mitos bahwa cuma dengan pekerjaan yang sesuai passion kita bisa sukses, peneliti membuktikan bahwa hal itu tidak mutlak. Cara berpikir yang bertentangan dengan pola pikir kebanyakan orang ini membuat kita memandang peluang kerja dengan cara lain.

Kalau kita belum bisa langsung mendapatkan pekerjaan yang sesuai passion, kita ternyata bisa kok memilih untuk membangun passion, alih-alih menemukan passion sebagaimana yang digembar-gemborkan orang-orang selama ini.

“Berita bagus dari penelitian kami ialah bahwa kita bisa memilih untuk mengubah cara pandang atau strategi dalam membangun passion secara bertahap atau mencari kecocokan dari awal bekerja, dan masih tetap mendapatkan pengalaman berharga ini dalam jangka panjang dengan sama efektifnya,” ungkap periset Patricia Chen yang juga seorang mahasiswa program doktoral (S3) ilmu psikologi.

Mentalitas yang memandang bahwa passion harus ditemukan dulu dan pekerjaan seseorang harus cocok dengan passion-nya agar seseorang bisa sukses banyak dianut oleh orang-orang di Amerika Serikat. Teori kecocokan (fit theory) ini menyebar juga sampai ke Indonesia lewat gagasan-gagasan para thought leaders dari AS dalam bentuk buku, video, konten media sosial, dan sebagainya.

Tapi itu bukan cuma satu-satunya cara memandang passion dan pekerjaan lho. Cara pandang alternatif lainnya ialah passion bisa dibangun sedemikian rupa secara bertahap seiring berjalannya waktu saat seseorang makin mendalami sebuah pekerjaan dan mengumpulkan pengalaman dari pekerjaan yang menurutnya kurang pas dengan passion dia di awal. Inilah yang disebut sebagai teori pengembangan (develop theory).

Para peneliti ini menganalisis ekspektasi, pilihan-pilihan, dan hasil  yang dimiliki orang dalam benak mereka yang berkaitan dengan salah satu dari dua mindset ini: teori kecocokan dan teori pengembangan.

Mereka menemukan bahwa kedua mentalitas ini sama-sama efektifnya dalam upaya mencapai kepuasan dan prestasi dalam profesi yang kita tekuni.

Orang-orang yang menganut fit theory cenderung memilih pekerjaan-pekerjaan yang sesuai passion dan mereka bisa nikmati sejak awal karier. Level enjoyment dalam sebuah pekerjaan menjadi indikator penting bagi mereka dalam menerima pekerjaan.

Tapi sebaliknya, ada juga orang-orang yang lebih cocok pakai develop theory, Civs. Mereka ini lebih mengutamakan dapet kerjaan dulu. Soal cocok atau enjoy masalah belakangan aja. 

Mereka ini lebih fokus pada upaya untuk membangun passion dan menyesuaikan diri mereka dalam pekerjaan tersebut seiring dengan berjalannya waktu. Mereka mengutamakan karakteristik pekerjaan daripada sekadar mengejar kesenangan di awal, misalnya gaji, kata Chen.

Temuan riset yang dipublikasikan di Personality and Social Psychology Bulletin ini memberikan ‘angin segar’ buat lo yang ngerasa sampai sekarang belum tau passion lo, atau mungkin belum nemu pekerjaan yang cocok dengan passion lo.

Lo yang belum nemu pekerjaan sesuai passionplease nggak usah merasa down. Karena ternyata lo juga bisa kok bangun passion lo di pekerjaan lo yang sekarang ini. (*/)

BACA JUGA: BANGUN JAM 5 PAGI: SEBUAH KEBIASAAN YANG DILAKUKAN ORANG SUKSES

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Akhlis

Editor in-chief website yang lagi lo baca