Movies

THE PLATFORM (2019): TENTANG SEBUAH SISTEM YANG SUDAH SEPANTASNYA DIBERANGUS

Meski sudah lama sekali, tetapi agaknya banyak orang yang masih merasa khawatir dengan hal-hal semacam ini.

title

FROYONION.COM - Telah lama beredar sebuah berita bahwa pihak kepolisian berhasil membekuk pimpinan sebuah kelompok Anarko Sindikalis yang menurut mereka meresahkan. Publik dibuat bertanya-tanya dan ketakutan di saat yang sama, pada saat pemerintah jelas-jelas tak bisa berkutik dengan adanya pandemi yang hingga kini mulai meluluh-lantahkan sistem di dunia. Lantas, apa itu “Anarko Sindikalis” dan apa hubungannya dengan wabah yang sedang terjadi, serta apa keterkaitannya dengan film yang akan kita ulik ini?

PENJARA DAN KEHIDUPAN DI DALAMNYA

Cerita dimulai ketika “Goreng”‒yep, anda tidak salah baca. Nama tokoh utama dalam film ini memang demikian. Goreng tiba-tiba terbangun di sebuah ruangan dengan sebuah lubang di tengahnya. “The Pit” begitulah sebuah penjara dengan tata letak vertikal itu disebut, setiap ruangan memiliki lantainya masing-masing dan diisi oleh dua orang di setiap lantainya. 

Goreng yang diperankan oleh Iván Massagué terbangun dan berada di lantai nomer 48, dan bertemu dengan teman sekamarnya yang bernama Trimagasi yang diperankan oleh Zorion Eguileor. Trimagasi menjelaskan kepada Goreng, bahwa penjara ini adalah sebuah neraka yang sebenar-benarnya. Tentang sebuah penjara yang berbentuk vertikal dan entah hingga berapa ratus lantai penjara ini menjalar dibawahnya, tak cukup dengan itu rupanya bagaimana sistem penjara ini bekerja adalah dengan memberikan makanan melewati sebuah lubang di tengah ruangan tersebut. 

Pada awalnya, Goreng sama sekali tak mempercayai ucapan Trimagasi karena memang, pada bagian-bagian awal film kita akan diperkenalkan oleh sosok Goreng yang rupanya masuk ke dalam The Pit secara sukarela demi membebaskan dirinya dari ketergantungan merokok dan dalam upayanya untuk berkonsentrasi kala ia akan memasuki tahap akhir dalam pendidikannya yang rupanya ia sedang mengejar gelar S1, satu langkah lagi dan dia akan mendapatkan gelar yang nampaknya ia idam-idamkan tersebut.

Tiba-tiba sebuah meja batu berisikan banyak sekali makanan turun melewati lubang di tengah-tengah ruangan melalui lantai di atas mereka. Hanya saja yang membuat Goreng terkejut ialah meja batu itu berisikan berbagai jenis makanan yang nampaknya sudah tak layak makan, berantakan dan berceceran seolah-olah setiap lantai di atas mereka memakannya dengan amat sangat serampangan dan memakan segala yang bisa mereka makan dengan membabi buta. 

Bersamaan dengan itu Trimagasi menjelaskan pula bahwa semakin mereka berada di bawah semakin tak ada hal yang bisa mereka makan, dan sistem di penjara tersebut memberikan mereka kesempatan acak untuk berpindah kamar menjadikan mereka tak akan selamanya berada di ruangan bernomer 48, hanya saja dimana mereka dipindahkan adalah sesuka hati pihak pengelola penjara tersebut, bisa dilantai teratas atau dilantai terbawah sekalipun. 

Sepanjang film kalian akan dipertontonkan bagaimana sebuah sistem dalam sebuah tatanan bekerja, tentang konsekuensi bagi mereka yang berada di lantai paling bawah (baca: kasta terendah) yang hanya bisa menerima makanan sisa dan tak mendapatkan apapun. Karena mereka yang berada di lantai paling atas bersifat rakus dan menyikat habis semua hal yang diberikan kepada mereka. 

Kengerian dan kerakusan dipertontonkan sepanjang film, film ini amat sangat tidak direkomendasikan untuk ditonton Ketika anda tengah kelaparan. Sebab hamper sepanjang film kita akan diperlihatkan sebuah fenomena di mana ego dan nafsu binatang menggerogoti manusia.

SISTEM DAN PAHAM YANG SUDAH USANG

Lantas apa hubungannya dengan Anarko?

Anarko merupakan sebuah pemikiran yang diperkenalkan oleh Gerald Wistanle dan William Godwin pada abad ke 17 dan 18, tujuannya adalah untuk merubah tatanan Kapitalisme yang terkesan amat sangat konsumtif dan seolah-olah memperdaya kaum buruh pada abad itu. 

Sebuah pemikiran bahwa kaum buruh bisa dengan mudah menghancurkan Kapitalisme yang memperdaya mereka jika kaum buruh bersatu dan menciptakan sebuah status sosial dimana tidak ada pemimpin yang bersifat otoriter dan semena-mena dalam mengkonsumsi apapun‒dalam kasus di tahun tersebut ialah bayaran yang tidak seberapa untuk sebuah pekerjaan yang membutuhkan banyak sekali tenaga

Oleh karena itulah ilmu filsafat Anarkisme di perkenalkan. Hanya saja pada prakteknya dari masa ke masa, banyak sekali orang yang menyalahgunakan dan terkesan salah kaprah dalam memahami paham ilmu tersebut, menjadikan semakin kesini paham Anarkisme selalu berketerkaitan dengan kekerasan dan perusakan, penurunan paksa dan pemahaman radikal yang lebih menyeleweng daripada Kapitalisme yang berusaha mereka tumbangkan. 

Menjadi bermasalah ketika pihak aparat keamanan di negara ini, justru seolah-olah bermain ‘pahlawan-pahlawanan’ dengan membangun skenario bahwa  di dalam masa pandemi seperti ini sindikat Anarko tengah mempersiapkan sesuatu. Rakyat dibuat gusar dan ketakutan, meski bagi sebagian orang apa yang dilakukan pihak aparat keamanan justru semakin menambah kesan bahwa mereka memang bodoh saja. 

Sedang dalam film “The Platform”, Galder Gaztelu-Urrutia selaku sutradara yang menggarap film ini, memang membuat Goreng menjadi seseorang yang sudah seharusnya menghancurkan sebuah sistem di dalam The Pit itu sendiri, sistem yang merugikan siapapun yang berada di lantai terbawah hingga mengharuskan mereka saling bunuh untuk bisa bertahan hidup, hukum memakan atau dimakan, dan kekacauan lainnya yang dihasilkan oleh The Pit. 

The Platform bisa dikatakan sukses dalam menggambarkan sebuah skema tentang kekacauan yang terjadi baru-baru ini. Wabah pandemi yang membuat banyak sekali orang melakukan Panic Buying hingga membuat mereka, kaum menengah ke bawah, tak mampu membekali diri dengan hal-hal yang seharusnya bisa mereka persiapkan untuk menghadapi sesuatu yang sedang mewabah saat ini. 

Soal pemerintah yang terkesan tak melakukan apapun meski tahu masyarakatnya sedang berjibaku dengan wabah virus saat ini, digambarkan secara apik dan terstruktur menjadikan “The Platform” sebagai gambaran sebuah keadaan, di mana memang sudah sepantasnya sebuah sistem yang merugikan dan merusak, harus dihancurkan bila tak ingin lagi terjadi pertumpahan darah. (*/)

BACA JUGA: IN THE MOOD FOR LOVE ADALAH FILM PERSELINGKUHAN TERBAIK

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Naya Rasendrya

Naya Rasendrya Movie Enthusiast, Produser Film Pendek dan fans berat film-film Wong Kar-Wai. Kata-kata Mutiara “Sombonglah jika memang ada yang bisa kamu sombongkan”.