Movies

KENAPA BANYAK ORANG MENYEBUT SERIAL PLATINUM END SEBAGAI SERIAL YANG BURUK?

Mungkin beberapa dari kalian yang udah nonton atau baca serial Platinum End akan setuju dengan pernyataan yang satu ini. Mengapa bisa buruk? Gue akan kasih spoiler tentang serial yang satu ini dan lo harus baca biar lo nggak nyesel.

title

FROYONION.COM - Wibu mana sih yang nggak tau duo mangaka Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata? Duo legenda ini sangat terkenal dengan serialnya yang berjudul Death Note dan Bakuman. Namun, se-legend-legend-nya duo ini, mereka juga bisa membuat serial yang bisa dibilang ‘sampah’ bagi sebagian orang. Yep, Platinum End. 

Platinum End ini pertama kali muncul di majalah bulanan Shueisha Jump Square dari November 2015 hingga Januari 2021. Untuk animenya sendiri baru dikerjakan 9 bulan setelahnya, yaitu 8 Oktober 2021 dan selesai tanggal 25 Maret 2022. Bisa dibilang serial ini masih baru, tapi ya nggak baru-baru amat sih.

Cerita ini berawal dari seorang siswa bernama Kakehashi Mirai yang mencoba bunuh diri tetapi diselamatkan oleh malaikat bernama Nasse. Malaikat ini tidak serta merta melindungi Kakehashi saja, tetapi juga memberinya kekuatan khusus yaitu panah merah, panah putih, dan sayap. Hal tersebut menjadikan Kakehashi sebagai salah satu dari 13 kandidat yang dipilih oleh malaikat untuk mengambil peran Tuhan.

Banyak yang bilang serial ini tuh ‘the biggest garbage series’, ada juga yang menyebutnya ‘the worst series’. Itu dikarenakan adanya beberapa hal yang kurang memuaskan bagi penggemar, termasuk gue sendiri. Emang apa aja sih hal tersebut?

1. TOKOH UTAMA KELEWAT PASIF 

Kebanyakan tokoh utama dari suatu cerita biasanya memiliki kekuatan atau keunikan tersendiri agar serialnya tetap hidup. Di serial yang sebelumnya yaitu Death Note, Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata sukses membuat pembaca saling adu argumen perihal karakter Light yang sangat mendominasi serial. Namun, berbeda dengan Platinum End. 

Mirai Kakehashi selaku pemeran utama di sini menurut gue kayak makan gaji buta. Di awal cerita memang mendominasi sih, bagaimana kehidupan masa kecilnya, struggle dia untuk bertahan hidup, dll. Namun, semakin menuju pertengahan serial, karakter Kakehashi ini semakin lenyap oleh karakter lainnya.

Kemunculan Mukaido Nanato (salah satu kandidat Tuhan) malah menarik perhatian gue daripada tokoh utamanya. Struggle dia lebih kompleks dan tujuan utama dia di serial ini begitu jelas, yaitu membuat keluarganya bahagia dengan cara apapun. Ini berbeda dengan sikap Kakehashi yang sangat plin-plan dengan prinsipnya.

Karakter Uryuu Kanade (salah satu kandidat Tuhan) yang bisa dibilang sebagai antagonis utama dalam serial ini juga menyingkirkan keberadaan tokoh utama. Episode yang memunculkan karakter Kanade ini malah menghilangkan prinsip yang dipegang oleh Kakehasi, yaitu tidak boleh membunuh. Namun, pada akhirnya Kakehashi malah membantu Mukaido untuk membunuh Kanade.

Kanade di sini malah menghidupkan cerita yang begitu membosankan pada awalnya. Itulah kenapa karakter ini menyingkirkan peran Kakehashi sebagai pemeran utama. Yang bikin keselnya lagi tuh Kanade cuma keluar beberapa episode aja, tapi dia menguasai jalan cerita. Jadi gue agak bingung, sebenarnya Kakehashi ini pemeran utama apa figuran.

2. CERITA YANG DIANGKAT

Nggak jauh beda sama Death Note yang berbau Ketuhanan, serial ini juga mengangkat isu tentang menjadi Tuhan. Yep, menurut gue sih nggak ada masalah dengan cerita yang dibawakan karena gue punya prinsip kalau anime atau manga itu ceritanya hanya imajinasi si penulis. Namun, bagi sebagian orang serial ini tuh hanya omong kosong belaka. Kenapa bisa begitu?

Di awal series menceritakan turunnya 13 malaikat ke bumi untuk memilih manusia sebagai kandidat calon Tuhan dan mereka menyeleksi calon kandidat tersebut dalam kurun waktu 999 hari. Namun, betapa konyolnya malaikat tersebut karena menghasut manusia untuk menggunakan panah yang bisa membunuh siapa saja sesuai kehendak kandidat itu sendiri. 

Ini bertentangan dengan sebagian orang yang percaya bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan, tapi di cerita Platinum End malah Tuhan yang terbuat dari manusia. Di episode 19 juga muncul karakter bernama Yoneda Gaku (salah satu kandidat Tuhan), seorang profesor jenius yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Yoneda lebih percaya dengan teori yang ia temukan dan ia percaya bahwa Tuhan itu hanya terbuat dari imajinasi atau kepercayaan manusia aja.

Cerita yang diangkat ini sangat tidak relevan di kehidupan masyarakat yang sebagian percaya akan adanya Tuhan. Banyaknya omong kosong masalah Ketuhanan di serial ini membuat para penontonnya me-review buruk. Perpaduan cerita yang disuguhkan sama karakter utamanya yang plin-plan emang bikin bingung sih mau dibawa ke arah mana.

3. KUALITAS ANIMASI

Kesuksesan Death Note sebenarnya ada baik dan buruknya sih. Di satu sisi, mangaka mendapat pujian dan mendapatkan kepercayaan masyarakat bahwa karya selanjutnya akan menjadi masterpiece. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat yang begitu tinggi ini pula yang menjadi boomerang bagi mangaka itu sendiri.

Animasi di dalam Death Note memang sangat bagus, studio Madhouse sukses membuat serial ini menjadi legenda. Ini berbeda dengan Platinum End yang kualitas animasinya masih kurang sempurna. Banyak adegan yang menggunakan CGI menjadi minus tersendiri bagi gue.

Mungkin beberapa dari kalian yang tau pembuatan animasi di anime ini memang sangat menguras tenaga dan waktu. Teknologi CGI hadir menjadi penolong para animator agar karyanya bisa dinikmati dalam waktu dekat. Namun, menurut gue alangkah baiknya Platinum End tidak menggunakan teknologi ini. Udah ceritanya aneh, CGI-nya maksa banget pula, pantesan rating-nya jelek.

4. ENDING MEMBAGONGKAN

Dari awal gue nulis ini, gue udah gatel banget mau ngomongin ending serial yang satu ini. Biasanya tuh ending dari suatu cerita kan ada yang sedih, happy ending, atau open ending gitu kan ya biar bikin penasaran. Ending tersebut yang nentuin si pemeran utama itu sendiri kan biasanya, tapi di serial ini tuh kita nggak bisa nentuin ending-nya masuk ke ending apa.

Jadi, ada salah satu kandidat Tuhan bernama Nakaumi Shuuji yang awalnya tidak tertarik menjadi Tuhan, termasuk Kakehashi sendiri. Namun, menuju akhir cerita, kedua karakter ini malah mencalonkan diri untuk menggantikan Tuhan. Kakehashi dengan prinsipnya yang ingin dunia damai, Nakaumi dengan prinsipnya yang ingin membantu manusia yang ingin mati.

Namun pada akhirnya yang menjadi Tuhan adalah Nakaumi, itu juga berkat omongan Yoneda yang ingin membuktikan teorinya tentang Ketuhanan karena Nakaumi sangat mengagumi Yoneda. Akhirnya Nakaumi dibawa ke surga dan jadi Tuhan, dia melihat semua kegiatan umatnya yang ada di bumi dari surga.

Gue pikir ending-nya yaudah gitu aja, Kakehashi hidup bahagia dengan istrinya (impiannya sejak awal) dan Yoneda melanjutkan penelitiannya tanpa terganggu media. Namun, Nakaumi yang udah jadi Tuhan ini malah bunuh diri dengan panah putih yang dimilikinya dan memberi jawaban kepada Yoneda bahwa, jika Tuhan tidak ada, maka semua kehidupan di dunia juga lenyap.

Ini tergambarkan jelas ketika Tuhan bunuh diri, kemudian malaikat lenyap, kehidupan di dunia juga ikutan lenyap, dan akhirnya hanya bumi yang kosong. Betapa anehnya ending yang disajikan setelah battle royale antara calon kandidat Tuhan untuk memperebutkan takhta, eh malah mati semua yang ada di dunia. Mana ending-nya yang menentukan itu si Nakaumi pula, bukannya si Kakehashi.

Aneh banget deh pokoknya cerita yang disuguhkan, tapi menurut gue lucu aja sih imajinasi duo mangaka ini. Itulah mengapa serial ini banyak banget yang yang benci dan menjelek-jelekkan karena isinya omong kosong belaka. Di Twitter juga banyak yang setuju kalau serial ini menjadi salah satu kegagalan terbesar bagi duo mangaka ini.

Andai pemeran utamanya dibuat seperti Light (protagonis yang antagonis) dan animasinya ditingkatkan lagi, mungkin responnya nggak akan seburuk ini. Gue nggak nyaranin kalian buat nonton ini sih, tapi kalau mau nonton ya terserah aja. Lo bisa nonton di Disney+ Hotstar. (*/)

BACA JUGA: JADI SARJANA BERKAT ANIME ONE PIECE, KOK BISA?

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Dynasti Savira

Investor Reksadana, pro player Blossom Blast Saga, pegiat hidup monoton, dan penikmat seni tapi bukan air. Motto hidup : Semua masalah pasti akan berlalu, iya berlalu lalang.