Movies

DRAMA KOREA ‘RECIPE FOR FAREWELL’ SAJIKAN RAGAM MEMORI DI ATAS MEJA MAKAN

‘Recipe For Farewell’ tak sebatas menyajikan adegan sedih penuh air mata, tetapi menyajikan ragam makanan yang membangun memori-memori menghangatkan hati dengan orang terkasih serta keterikatan dengan diri kita.

title

FROYONION.COM - Drama Korea ‘Recipe For Farewell’ yang mengisahkan kehidupan pasangan suami istri di usia 40-an diperankan oleh aktor senior Han Seok Kyu dan Kim Seo Hyun yang telah sering tampil di berbagai drama populer lainnya, seperti ‘Dr. Romantic’ dan ‘Sky Castle’. Drama ini baru saja tamat pada Kamis lalu (5/1) dengan menampilkan 12 episode yang bukan hanya menguras emosi penonton, tetapi juga menghangatkan hati dengan cara yang ‘unik’. Kisah percintaan dan perpisahan suami istri karena sang istri menderita kanker usus disajikan dalam alur yang bukan sekadar menunjukkan adegan sedih dan emosional secara terang-terangan, tetapi justru menampilkan unsur yang menghangatkan hati melalui usaha Chang-Wook (suami) menyiapkan dan menyajikan berbagai makanan untuk membantu istrinya yang kesulitan mencerna makanan.

Sebagai penggemar film dan drama yang menyedihkan gue bisa jamin kalau drama ini bukan drama menyedihkan yang biasa-biasa aja. Selain hal-hal di atas masih ada lagi faktor-faktor yang menjadikan drama ini wajib masuk watchlist lo. Ini hal-hal yang gue suka dari drama ‘Recipe For Farewell’.

1.   RAGAM RESEP MASAKAN YANG MENGGUGAH SELERA

Aspek pertama yang gue suka dari drama ini adalah makanan dan mungkin ini alasan awal gue nonton drama ini. Pengambilan gambar yang menurut gue cukup serupa dengan berbagai video mamasak di konten slow living membuat drama ini familiar dan mudah untuk dinikmati. Proses memasak dan menu yang ditampilkan di drama ini bukan hanya ditampilkan secara sekilas, tetapi cukup mendetail. Bahkan, ada beberapa adegan yang menampilkan tokoh suami mengulangi berbagai resep yang dia uji coba. Berkreasi dengan bahan sisa dan meniru resep-resep di internet rasanya telah menjadi kegiatan sehari-hari untuk kebanyakan orang termasuk gue sendiri yang memang gemar memasak.

Makanan yang ditampilkan di drama ini juga menunjukkan kuliner Korea Selatan yang cukup baru buat gue. Bukan sebatas tteokbokki atau bibimbap, tetapi hidangan-hidangan dari daerah-daerah lain yang sudah jarang ditemui di Korea sendiri atau menu fusion yang bernuansa baru. Kegagalan-kegagalan dalam memasak yang dihadapi tokoh utama drama ini juga menjadikannya semakin relatable dengan para penonton.

2.   PERKEMBANGAN KARAKTER YANG TIDAK TERBURU-BURU

Walaupun drama ini memiliki episode yang cukup sedikit jika dibandingkan drama Korea pada umumnya yang rata-rata memiliki 16-20 episode dan satu episode hanya berdurasi 30 menit, tetapi perkembangan karakter dari tokoh-tokoh di drama ini tidak terkesan terburu-buru. Hal inilah yang membuat gue merasa tokoh-tokoh di drama ini cukup manusiawi dan menghangatkan hati penontonnya dengan melihat perubahan demi perubahan sikap dalam menghadapi setiap konflik yang muncul di drama ini. Tokoh suami yang mengiyakan permintaan istrinya untuk memasak makanan setiap hari karena sang istri mengidap kanker tak serta merta menjadikan mereka berdua pasangan yang harmonis dan melupakan isu perceraian yang sempat disinggung di episode awal.

Tak hanya itu perkembangan hubungan antar tokohnya juga dapat terjadi karena adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh keduanya. Faktor sakitnya sang istri memang menjadi dasar dari adanya perubahan sikap dan hubungan antartokoh, tetapi tidak terjadi begitu saja secara ajaib. Percakapan kaku dan kikuk diusahakan oleh setiap tokoh untuk mengatasi permasalahan yang ada dan menciptakan kondisi yang lebih nyaman untuk ke depannya. Hal inilah yang menjadikan ‘Recipe For Farewell’ membangun kedekatan dengan penontonnya karena perubahan-perubahan yang terjadi dinilai masuk akal dan terkesan alami.

3.   PERCAKAPAN YANG TAK MELULU TENTANG KEMATIAN DAN PERPISAHAN

Dalam drama ini, percakapan yang terjadi tak melulu soal kematian dan perpisahan. Justru sesuai dengan judulnya, topik yang sering dibahas dalam drama ini adalah tentang makanan. Topik yang amat umum dibicarakan oleh kita semua sehari-hari. Topik makanan yang tanpa kita sadari menjadi pengingat memori-memori kita dengan seseorang yang kita kasihi, seperti keluarga atau sahabat. Berbagai kejadian atau pengalaman yang dialami kerap dikaitkan juga dengan menu tertentu dan rasa yang diingat oleh indra pengecap kita. Begitu juga dengan drama ini, beragam menu dan resep-resep yang ditampilkan dari awal hingga akhir episode mengajak penonton untuk tahu dan mengingat memori-memori yang dilalui para tokohnya dengan menu tersebut.

Menurut gue, hal ini juga yang menyebabkan ‘Recipe For Farewell” lebih mudah diterima dan dinikmati dibanding drama sedih lainnya yang setiap adegannya berisi tangis dan musik yang menyayat hati. Situasi sulit dan menyedihkan dalam menghadapi perpisahan di kehidupan nyata lebih mungkin terjadi dengan upaya melalui hari demi hari membuat kenangan menyenangkan dan percakapan sehari-hari seperti biasa agar terhindar dari kesedihan yang berlarut-larut. Dari hal ini juga dapat terlihat kedewasaan dari tokoh utama berusia 40-an dalam menghadapi perpisahan yang umum kita lihat di kehidupan nyata.

4.   KEBERANIAN MENCOBA HAL BARU

Tokoh suami dalam drama ini awalnya tidak memiliki ketertarikan untuk memasak ataupun keterikatan dengan makanan. Meskipun begitu, usahanya dalam menyajikan makanan  untuk istrinya perlahan-lahan membangun ketertarikannya dalam memasak. Hal ini dapat terlihat dari usaha mempelajari berbagai resep dan bahan makanan. Ia tak hanya sekadar asal menyajikan makanan yang diminta istrinya, tetapi mengusahakan yang terbaik dari mulai belajar hingga membeli alat-alat yang rasanya tak perlu sampai seserius itu. Bahkan, hal ini terus berlanjut hingga akhir drama yang membuktikan bahwa ia bukan hanya memasak untuk memenuhi keinginan seseorang saja. Walaupun mungkin pada awalnya alasan utamanya untuk memasak adalah sang istri, tetapi pada akhirnya ada keterikatan yang terjalin antara memasak dan dirinya.

Totalitas yang ditunjukkan oleh tokoh berusia 40 tahun ini membuat gue cukup terheran-heran karena mungkin sepanjang hidup ini selalu ‘berhati-hati’ alias takut-takut dalam mencoba hal baru. Mencoba hal-hal baru secara totalitas tentu akan berbeda hasilnya dengan mencobanya setengah-setengah. Memahami hal secara menyeluruh dan mendalam akan menunjukkan sebagian besar aspek dari hal atau kegiatan baru itu yang mungkin ternyata dapat kita sukai jauh melebihi ekspektasi kita.

Walaupun hanya empat hal yang dapat gue bahas secara mendalam, tetapi masih banyak hal-hal yang gue sukai dari drama ini. Mulai dari konflik-konflik yang harus dihadapi setiap tokohnya sampai warna-warna hangat dalam penyajian gambarnya. Semuanya menjadikan drama ini ciamik dan menarik untuk ditonton. Maka dari itu, gue sangat menyarankan untuk menonton drama ini. Kalian yang ingin nonton drama ini bisa kalian akses melalui platform Vidio, ya! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Videla Zannuba

Biasa dipanggil Marie. Asalnya nulis puisi, tapi cuma nulis kalau sedih. Hobi masak dan dandanin orang. Sibuk jadi anak Buk dan Bap di rumah.