Movies

MEREDUPNYA MUSIK J-POP DI ERA KEPOPULERAN ANIME DI INDONESIA

Kepopuleran anime di Indonesia memang ga bisa kita ragukan lagi. Tapi, di satu sisi kepopuleran anime belum tentu membuat musik J-Pop kembali berjaya di Indonesia lagi.

title

FROYONION.COM - Jepang harus kita akuin sebagai negara yang kaya akan kebudayaan. Baik budaya tradisional seperti upacara minum teh, seni merangkai bunga atau disebut Ikebana, dan lainnya. Selain budaya tradisional, Jepang juga dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya populernya. 

Di Indonesia sendiri, budaya populer Jepang seperti anime, dan manga jadi salah satu budaya populer Jepang yang sangat diminati di Indonesia. Meskipun banyak wibu denial yang ga ngaku, tetep aja dua contoh budaya populer tersebut sangat populer dengan bukti berdasarkan dari Google Trends, Indonesia menduduki peringkat ke-6 sebagai negara yang paling banyak wibunya. 

Tapi, di balik kepopuler anime dan manga di Indonesia di era sekarang, nyatanya ga membuat budaya populer Jepang lainnya dapat masuk dan diterima oleh masyarakat umum Indonesia. Budaya populer tersebut adalah musik J-Pop. Berbeda ketika kita berbicara tentang Korean Wave atau Hallyu, drakor dan musik K-Pop udah menjadi satu paket hal yang bakal diterima oleh masyarakat umum. Tapi, hal tersebut ga berlaku untuk musik J-Pop. 

Padahal sebelum K-Pop menjadi sepopuler sekarang, J-Pop jauh diminati dan dicintai oleh masyaraka Indonesia di periode 1990-an sampai awal 2000-an. Sehingga jadi pertanyaan besar, mengapa akhirnya musik J-Pop justru terlupakan di saat anime dan manga sangat populer di Indonesia. 

MASA KEJAYAAN MUSIK J-POP DI INDONESIA

J-Pop sendiri adalah induk dari genre musik-musik di Jepang yang diperkenalkan oleh Tomura Tetsuya yang merupakan Father of J-Pop. Jadi, J-Pop bukanlah satu genre aja. Sebagai contohnya ada musik pop, rock, pop rock, slow rockidol group, dan lainnya. Saat ini, kalau kita ngomongin musik Jepang masyarakat Indonesia biasanya akan langsung merujuk ke Idol Group JKT48 sebagai bentuk dari musik J-Pop. Hal tersebut ga salah, karena emang salah satu representasi nyata dari musik J-Pop di Indonesia di era sekarang adalah JKT48. 

Tapi jauh sebelum itu, masyarakat Indonesia sudah menikmati musik J-Pop sejak tahun 1980-an melalui lagu berjudul Sukiyaki yang saat itu dinyanyikan oleh almarhum Kasino di dalam film Warkop yang berjudul “Pintar-Pintar Bodoh”. Dari situ akhirnya musik J-Pop mulai dikenal di Indonesia.

Kemudian, lagu yang akhirnya menciptakan gebrakan J-Pop di Indonesia adalah lagu dari Mayumi Itsuwa yaitu Kokoro No Tomo. Lagu ini bahkan lebih dikenal di Indonesia ketimbang di Jepang. 

Terlebih, di era sekarang lagu Kokoro No Tomo menjadi lagu wajib yang disetel setiap diselenggarakannya event kediplomasian antara Jepang dan Indonesia. Dan atas prestasinya tersebut, Mayumi Itsuwa pun mendapatkan penghargaan dari pemerintah Jepang atas keberhasilannya dalam mempopulerkan kebudayaan Jepang dalam hal ini musik di Indonesia. 

Keberhasilan musik J-Pop di Indonesia kala itu tidak terlepas dari peran dorama atau drama Jepang dan juga anime yang menggunakan musik-musik J-Pop sebagai soundtrack anime atau dorama mereka. Sehingga, peranan dari budaya populer lainnya menjadi sangat krusial bagi kejayaan musik J-Pop di Indonesia. 

Selain itu, salah satu hal yang membuat orang Indonesia di era tersebut menyukai J-Pop adalah melalui iramanya. Jelas, secara bahasa ga banyak orang Indonesia yang bisa memahami seutuhnya karena terkendala bahasa. Tapi, irama musik J-Pop yang easy listening membuat orang Indonesia tertarik buat ngedengerinnya. 

Hingga memasuki tahun 2000-an, udah banyak musisi J-Pop yang ngadain konser di Indonesia. Misal L'Arc~en~Ciel atau Laruku, kemudian Hungry & Angry, One Ok Rock, dan masih banyak lainnya. Dari musisi-musisi J-Pop ini pun akhirnya memberikan inspirasi untuk musisi Indonesia kala itu untuk mengimplementasikan style J-Pop ke musik dan penampilan mereka. 

PENGARUH MUSIK J-POP TERHADAP MUSIK INDONESIA

Seperti musisi Barat, J-Pop pun seringkali menjadi kiblat dari bagi musisi Indonesia. Mulai dari musik sampai ke penampilan. Salah satu musisi Indonesia yang kita kenal dan mengambil J-Pop sebagai referensi mereka adalah J-Rocks. 

J-Rocks sebagai musisi Indonesia mengambil genre J-Pop kategori pop dan rock. Selain dari musik, J-Rocks pun mengambil style Harajuku sebagai referensi fashion atau penampilan panggung mereka.

Selain J-Rocks masih banyak musisi-musisi indie Indonesia yang mengambil J-Pop sebagai referensi permusikan mereka. Misal di awal tahun 2000an lahir band-band seperti Japanese Heroes dan Cartoon Heroes yang menyanyikan lagu-lagu dari anime. Kemudian lahir juga musisi yang mulai menciptakan lagu-lagu original bergenre J-Pop seperti Jetto, Lunatic Tokyo, dan lainnya. 

Namun, perlahan tren musik J-Pop pun mulai terlupakan di Indonesia. Kepopuleran J-Pop di masa lalu tidak bisa dipertahankan hingga masa sekarang. Terdapat beberapa hal yang akhirnya membuat J-Pop mulai dilupakan di Indonesia dan bahkan kalah saing dengan K-Pop.

PERATURAN COPYRIGHTS DI JEPANG YANG KETAT

Di tahun 90an sampai awal 2000an musik J-Pop sangat populer di Indonesia dan bahkan kawasan Asia lainnya. Di balik kepopuleran tersebut, nyatanya memunculkan masalah baru yaitu maraknya pembajakan atas musik-musik J-Pop di negara kawasan Asia.

Alasan adanya pembajakan tersebut ya sebenernya klasik, yaitu harga CD yang saat itu masih menjadi media untuk menikmati musik J-Pop sangatlah mahal. Makanya, kaum-kaum proletar pun membajak dan menciptakan versi MP3nya yang bisa diakses melalui situs-situs ilegal yang mungkin lo kenal. 

Dari adanya pembajakan tersebut, jelas menciptakan kerugian bagian industri musik di Jepang dan juga pemerintah Jepang. Makanya, diciptakanlah peraturan yang membatasi pemasaran musik J-Pop dalam hal aturan copyrights yang bertujuan untuk mencegah pembajakan. Makanya, di era sekarang ga semua musik J-Pop bisa masuk dengan mudah ke platform-platform streaming seperti Spotify atau lainnya demi mencegah pembajakan itu terjadi.

Memang di satu sisi, adanya peraturan tersebut memberikan perlindungan bagi musisi-musisi Jepang. Tapi di sisi lain, para pendengar musik J-Pop pun kehilangan cara untuk menikmati musik J-Pop, karena mereka pada akhirnya dituntut untuk membeli produk original dengan harga yang sangat mahal untuk mendengarkan musik J-Pop. Sehingga, dengan adanya hal tersebut akhirnya membuat pendengar musik J-Pop berkurang.

PEMERINTAH YANG KURANG MEMBANTU INDUSTRINYA

Berbeda dengan pemerintah Korea Selatan yang mendorong industri hiburan dalam hal ini K-Pop untuk dapat masuk ke pasar internasional mulai dari memberikan anggaran tahunan sampai dibentuknya lembaga khusus mempromosikan K-Pop. Pemerintah Jepang justru memilih untuk ga terlalu mencampuri industri ini. 

Dari sinilah yang akhirnya menyulitkan beberapa label-label musik J-Pop dalam mengembangkan musiknya. Karena gini, nyatanya industri musik J-Pop lebih didominasi oleh label-label musik kecil indie ketimbang label musik besar. 

Jelas pendanaan menjadi salah satu tantangan untuk label musik indie ini. Terlebih dengan adanya aturan copyrights yang ada, label-label musik J-Pop makin kesulitan untuk menyebarkan musik mereka ke berbagai platform streaming musik. 

Terlebih di era digital seperti sekarang, penggunaan CD atau produk fisik untuk menikmati sebuah musik udah jarang dilakuin. Biasanya kita semua dengerin musik via Spotify, Joox, atau Youtube. Dan dengan adanya aturan copyrights ini, musik J-Pop menghadapi tantangan besar untuk bisa didistribusikan ke platform-platform streaming musik yang ada. 

Nyatanya, bantuan pemerintah sangatlah besar guna mempromosikan suatu karya ke pasar internasional. Ketika akhirnya pemerintah Jepang bersikap acuh, industri musik yang mencoba untuk go international pun akan terhambat. Terlebih, terdapat peraturan-peraturan yang menghambat musik J-Pop untuk lebih mudah diakses oleh masyarakat internasional. 

MUSIK J-POP MASIH MEMILIKI POTENSI

Meskipun ga sepopuler dulu, bukan berati udah ga ada yang dengerin musik J-Pop lagi. Masih bertahannya JKT48 di Indonesia pun menjadi salah satu alasan kalau musik J-Pop masih dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. 

Meskipun sangat segmented, baik para fans JKT48 ataupun para wibu merupakan suatu komunitas yang sangat loyal dan royal atas hal yang mereka sukai. Dengan adanya komunitas tersebutni akan memberikan peluang untuk musik J-Pop untuk kembali masuk ke belantika permusikan Indonesia.

Kemudian, dengan terus berkembangnya massa penonton anime di Indonesia akan memberikan angin segar untuk mengembalikan kejayaan musik J-Pop di Indonesia. Karena kembali lagi, salah satu faktor musik J-Pop dulu bisa berjaya di Indonesia adalah dengan budaya populer Jepang lainnya yaitu dorama dan anime. 

Peranannya keduanya sangat besar karena baik anime dan dorama, keduanya seringkali menggunakan musik J-Pop sebagai soundtracknya. Perlahan, pastinya bakalan ada soundtrack anime yang nyangkut di pikiran lo akhirnya bikin lo tertarik buat dengerin musik-musik J-Pop lainnya.

Jadi, dengan terus berkembangnya budaya populer Jepang di Indonesia potensi untuk kembali berjayanya musik J-Pop di Indonesia mungkin aja bisa terjadi. Terlebih, dengan maraknya diselenggarakan event Jejepangan di Indonesia yang biasanya mengundang musisi J-Pop makin mempermudah musik J-Pop untuk kembali dikenal oleh masyarakat umum. 

BACA JUGA: MENGATASI KRISIS IDENTITAS DENGAN KONSEP IKIGAI ALA JEPANG

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Radhytia Rizal Yusuf

Mahasiswa semester akhir yang hobi menonton anime dan memiliki ketertarikan dalam berbagai budaya populer seperti, anime, J-pop, K-Pop