Movies

ASYIKNYA BAHAS PROSES KREATIF MENERJEMAHKAN LUKISAN KE DALAM FILM ‘MENCURI RADEN SALEH’

Film arahan Angga Dwimas Sasongko ini emang bukan yang pertama di genre-nya. Tapi di sini ada proses keren yang perlu lo bisa cermati, Civs. Seperti apa prosesnya? Simak ulasan Erwin, anak Froyonion yang paling cinephile.

title

FROYONION.COM - Film  Mencuri Raden Saleh  yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko dan dipimpin oleh Iqbal Ramadhan sebagai Piko serta Angga Yunanda sebagai Ucup, berhasil menyegarkan industri film di Indonesia yang lekat dengan genre drama keluarga, roman picisan dan pengabdian terhadap hal-hal mistis. 

Mencuri Raden Saleh memang bukan film bergenre heist pertama produksi sineas Indonesia. Ada The Professionals (2016, MNC Pictures) yang 6 tahun lebih dulu hadir. Namun, Mencuri Raden Saleh tidak semata-mata berhenti pada plot pencurian. Namun, film ini lebih dalam dari judulnya. Mencuri Raden Saleh adalah terjemahan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro dalam krisis drama yang dialami Piko

Gejolaknya untuk membebaskan sang ayah dari penjara akibat tuduhan “kawanannya” membawa Piko ke dunia kriminal seni dengan menjadi pemalsu lukisan. Bersama sahabat dekatnya, Ucup yang ahli dalam perdagangan gelap online melalui transaksi kripto, mereka berdua dengan polos mengadu nasib menjadi kriminal muda.

Di luar eksposur kepiawaian Angga dalam menyutradarai film, kharisma Iqbal Ramadhan dan Angga Yunanda serta para pemeran lainnya dalam berakting, faktor utama yang menarik dalam film ini jatuh pada nama sosok Raden Saleh itu sendiri. Namanya dikenal sebagai seorang maestro lukis Indonesia pada masa Hindia-Belanda. 

Namun, bagaimana Angga Dwimas S menerjemahkan lukisan Raden Saleh ke dalam proses kreatif penceritaan film pencuriannya? Berikut penafsiran yang gue bisa cerna, Civs.

PENERJEMAHAN LUKISAN KE SANDIWARA 3 BABAK

Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro merupakan potret peristiwa pengkhianatan dan akhir dari perlawanan Sang Pangeran pada 28 Maret 1830 yang diabadikan oleh Raden Saleh dalam lukisannya. Lukisan ini dilatarbelakangi peristiwa pembujukan Pangeran Diponegoro agar hadir di Magelang untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata, tapi pada kenyataannya beliau dan pengikutnya justru ditangkap dan diasingkan (sumber: Cagarbudaya.kemdikbud.go.id). 

Ada bentuk perlawanan dan kritik Raden Saleh dalam peristiwa Penangkapan Diponegoro yang kemudian dituangkan dalam caranya memosisikan dan menggambarkan pemerintah Kolonial Belanda pada lukisannya. Dilansir dari jurnal “Raden Saleh's Interpretation of the Arrest of Diponegoro: An Example of Indonesian "proto-nationalist" Modernism” (2005) oleh Werner Krauss, Krauss menyatakan bahwa penempatan De Kock di bagian kiri ("perempuan" atau "kurang berkuasa") dan kepala perwira Belanda yang terlalu besar menyiratkan mereka sebagai raksasa impoten (sumber: Kompas.com).

Dari keterangan tersebut, bisa disimpulkan ada 3 babak narasi yang mengiringi lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang dilukis Raden Saleh: pembujukan, pengkhianatan dan perlawanan. Pembujukan dan pengkhianatan dituangkan pada potret lukisan. Perlawanan tersirat pada pengaplikasian lukisan.  

Buat Civs yang udah nonton filmnya, pasti merasakan 3 babak ini pada plot film Mencuri Raden Saleh. Tentu 3 babak pada alih media lukisan Penangkapan Raden Saleh ini berbeda dengan teori Three Act Structure pada struktur penulisan naskah tapi 3 babak yang terdiri dari  Pembujukan, Pengkhianatan dan Perlawanan ini bisa kita masukan ke dalamnya. Berikut pemecahannya dari observasi gue secara singkat:

PEMBUJUKAN

Babak ini mencakup momen Piko dan Ucup mendapat tawaran Dini untuk memalsukan lukisan Raden Saleh dengan pembayaran senilai Rp2 miliar. Uang itu bisa Piko gunakan untuk membantu ayahnya dalam membuka kembali kasus yang membuatnya terpenjara. Piko yang awalnya menolak karena konsekuensi yang tidak sebanding, dibujuk oleh Ucup. Persetujuan pun terjadi. 

PENGKHIANATAN

Piko berhasil menyelesaikan duplikat lukisan Raden Saleh dengan detail yang tepat, dibantu oleh kawanannya, termasuk Sarah, Gofar dan Tuktuk di sana. Namun, rupanya mereka dijebak. Pengkhianatan muncul ketika Dini tidak membayar Rp2 miliar sesuai perjanjian. 

Di saat itu muncul sosok Permadi, sang mantan Presiden Indonesia. Permadi justru memberikan tugas perintah untuk menukar lukisan palsu Raden Saleh yang dibuat Piko dengan lukisan Raden Saleh yang asli. 

Sebagai gantinya, mereka akan mendapat uang sebesar Rp15 miliar dalam bentuk mata uang kripto. Tidak bisa menolak, Permadi mengancam Piko dengan menaruhkan nyawa sang ayah di penjara.

Permadi sudah menyiapkan rencana, Piko dan kawannya adalah pion-pionnya. Piko mengumpulkan tim. Long story short, misi pencurian gagal. Tuktuk yang diperankan Ari Irham tertangkap. Namun, Permadi berhasil mendapatkan lukisan asli Raden Saleh.  Piko dan tim sadar bahwa mereka kembali dijebak. 

Menurut gue, babak ini adalah babak ‘tergemuk’ dalam film Mencuri Raden Saleh. Bahkan emosi yang disuguhkan justru turun secara drastis. Membosankan dan ada beberapa adegan yang dirasa tidak perlu (manifestasi sponsor).

PERLAWANAN

Di babak ini, ditemukan hasil adaptasi bagaimana Raden Saleh menggambarkan kolonial pada lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, yakni momen Piko dan tim merencanakan perlawanan. Perlawanan dipimpin oleh Ucup dan Fella. Segala rencana diperhitungkan secara matang. Mulai dari memahami Permadi sampai menggunakan anaknya sebagai umpan. 

Pada puncaknya, Piko dan kawan menempatkan diri mereka semua sebagai Raden Saleh pada lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Tidak hanya menjadi pelukis (perencana) namun juga terlibat (saksi).  

Piko dan tim menjadi bagian dari pegawai event organizer (EO) yang mengurus acara ulang tahun Permadi. Ternyata EO tersebut sudah menjadi milik Fella. Tujuannya untuk mengelabui Permadi dan dengan mudah mencuri lukisan asli Raden Saleh.  

Pada babak ini, pencurian yang sebenarnya baru dimulai.  Sutradara berhasil menceritakan dan memanifestasikan slogan Pencurian Terbesar Abad Ini dengan sangat piawai. 

Pada babak akhir ini jugalah, kita di jelaskan bagaimana Piko berhasil menerjemahkan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro untuk kemudian menerapkannya pada strategi yang telah mereka buat. Dan terbukti, pemahaman Piko akan lukisan Raden Saleh membawanya pada keberhasilan mencuri lukisan Raden Saleh. 

Terlepas dari ‘gemuknya’ penceritaan, karakter yang tidak utuh (hanya sebatas keren dan gak relateable atau gak bisa dikasih empati), serta adanya beberapa hal yang perlu dipertanyakan, Mencuri Raden Saleh tetap berhasil menaikan level industri film Tanah Air. 

Tentu selepas menonton ada harapan untuk komplotan muda ini kembali beraksi. Namun, apa aksi mereka selanjutnya? Kembali mencuri? Atau hanya menjadi buronan dan objek balas dendam Permadi? Mari sama-sama berharap sekuelnya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Erwin Dhia

A visual enthusiast, obsessed with Onii-chan word