Movies

5 ALASAN KENAPA ANIME BEGITU SULIT DIADAPTASI KE LIVE ACTION

Kesuksesan live action One Piece di Netflix terbilang sebagai sebuah anomali. Sejauh ini anime-anime populer gagal total ketika diadaptasi ke live action. Lantas, apa yang sebenarnya membuat live action anime begitu sulit dibuat?

title

FROYONION.COM – Hadir dengan basis fans yang sudah besar, pastinya membuat pihak studio film berharap banyak ketika ingin mengadaptasi anime ke live action. Sayangnya, harapan tersebut seringkali berujung kekecewaan karena sebagian besar live action gagal besar di pasaran. 

Salah satu mimpi buruk sekaligus kegagalan terbesar live action anime jelas adalah Dragon Ball: Evolution. Berstatus sebagai Father of Modern Shonen, kegagalan live action-nya membuat banyak fans menjadi trauma dan seringkali menolak mentah-mentah versi live action anime apapun. 

Kenyataan ini memicu pertanyaan besar: “Memang sesusah apa sih, sehingga anime seringkali gagal dibuat live action?” 

1. KARAKTERISTIK YANG TERLALU MELEKAT PADA ANIME

Satu hal paling awal yang mesti diketahui terlebih dulu adalah anime dan live action adalah dua medium yang sangat jauh berbeda. Diawali dengan medium anime yang jelas memiliki ciri khas yang menjadi karakteristik dari cerita itu sendiri. Mulai dari penggambaran karakter yang unik, cerita yang kartunis hingga world building yang begitu luas. 

Karakteristik yang kadung melekat pada anime tersebut jelas akan menjadi PR besar ketika diangkat ke live action. Dibutuhkan banyak sekali penyesuaian agar proses adaptasi lebih realistis. Sayangnya, banyak sekali live action anime yang gagal saat harus menjalani proses penyesuaian ini dan menyebabkan hasil filmnya mengecewakan para fans. 

BACA JUGA: REKOMENDASI FILM LIVE ACTION ANIME PALING ADIKTIF

2. CERITA HARUS RELATEABLE DENGAN PENONTON INTERNASIONAL 

Kesulitan berikutnya adalah target audiens live action yang menjadi lebih global dengan tentu pasar penonton lebih internasional. Berbanding terbalik dengan pasar anime yang lebih ke regional Jepang ataupun penonton yang memang sudah terbiasa dengan culture Jepang. 

Perbedaan inilah yang membuat live action menghadapi kesulitan besar untuk menemukan adaptasi paling sesuai untuk penonton internasional. Mulai dari mengubah latar belakang karakter, jalinan cerita bahkan hingga mengubah komedi agar lebih relateable dengan penonton internasional. 

Sayangnya, seringkali menemukan banyak kegagalan karena tidak disukai oleh penonton internasional dan makin dibenci oleh fans animenya. Jelas yang paling teringat adalah joke “Geek-U” untuk memplesetkan nama Goku pada film Dragon Ball: Evolution yang menjadi alasan kenapa live action ini gagal total. 

3. BUDGET YANG TERBATAS 

Sudah bukan rahasia umum, kalau cerita yang ada pada anime memiliki semesta yang luas, karakter imajinatif dan adegan yang di luar nalar. Semua hal tersebut pastinya akan sulit diwujudkan apabila tidak memiliki budget yang fantastis. 

Khususnya untuk kebutuhan CGI untuk mewujudkan dunia anime yang begitu fantastis dan kadang di luar nalar. 

BACA JUGA: LIVE ACTION: APAKAH BENAR BAGUS? ATAU HANYA SEKEDAR FAN SERVICE?

4. DURASI AMAT TERBATAS 

Permasalahan bukan hanya berhenti pada budget produksi yang terbatas. Masalah berikutnya muncul pada durasi live action yang tidak sebebas animenya. Hal ini seringkali membuat live action mesti memangkas jalur cerita dan banyak kejadian penting demi kebutuhan durasi. 

Sayangnya, keputusan ini seringkali membuat live action menyimpang jauh dari cerita aslinya dan menimbulkan banyak sekali keganjilan pada ceritanya. Hal inilah yang membuat fans seringkali tidak suka dengan cerita yang ditampilkan oleh live action. 

5. EKSPEKTASI TINGGI FANS 

Kesulitan terakhir jelas adalah memuaskan seluruh ekspektasi tinggi para fans dari anime tersebut. Jelas akan menjadi kesulitan besar ketika live action mencoba memenuhi seluruh ekspektasi tersebut tanpa adanya pertimbangan. Karena setiap fans pastinya memiliki bayangan tersendiri dan ekspektasi masing-masing ketika anime kesayangannya dijadikan live action

Oleh karena itu, menjadi tugas berat dan bahkan luar biasa rumit untuk menemukan jalur tengah dari semua kesulitan tersebut. Supaya bisa mewujudkan live action anime yang dicintai oleh fans animenya sekaligus diterima oleh audiens awam secara luas. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Ridho Agung

Penulis sekaligus fan One Piece nomor dua di Indonesia. Nomor satunya Uus soalnya.