
Apakah kalian merasa sangat takut pada pernikahan? Bisa jadi karena kalian mengalami gamaphobia. Simak artikel berikut untuk mengenal lebih dalam tentang gamaphobia.
FROYONION.COM - Meski banyak orang yang merasa cemas atau takut pada pemikiran tentang komitmen besar pernikahan, gamophobia berhubungan dengan rasa takut yang lebih intens dan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari secara signifikan. Secara gamblang, gamophobia berasal dari kata “gamos” yang berarti pernikahan, dan “phobos” yang berarti ketakutan.
Secara sederhana, gamophobia adalah fobia atau ketakutan irasional terhadap pernikahan dan komitmen. Pada individu yang mengalami gamophobia, perasaan takut ini bukan hanya bersifat sementara, tetapi berlangsung dalam jangka panjang dan dapat memengaruhi kualitas hidup mereka. Penderita gamophobia cenderung merasa cemas yang berlebihan, bahkan pada hal-hal kecil yang berkaitan dengan hubungan jangka panjang.
BACA JUGA: MENGENAL ‘FRIENDSHIP MARRIAGE’ DI JEPANG, PERNIKAHAN ATAS DASAR CINTA PLATONIK
Gamophobia bisa muncul karena berbagai alasan. Salah satu penyebab utamanya adalah trauma atau pengalaman buruk masa lalu, seperti perceraian orang tua, hubungan yang gagal, atau pengaruh negatif lainnya terkait pernikahan. Selain itu, pengalaman masa kecil yang tidak ideal, seperti menyaksikan hubungan orang tua yang tidak harmonis atau kekerasan dalam rumah tangga, juga dapat menjadi pemicu utama timbulnya ketakutan terhadap komitmen dan pernikahan di kemudian hari.
Tanda-tanda gamophobia sangat bervariasi antar individu, namun ada beberapa gejala umum yang bisa dikenali. Seorang penderita gamophobia seringkali akan menunjukkan perasaan cemas yang berlebihan dan tidak terkontrol ketika memikirkan tentang pernikahan atau komitmen jangka panjang. Selain itu, mereka cenderung menghindari percakapan yang berhubungan dengan pernikahan atau masa depan hubungan mereka.
Gejala psikologis lainnya yang sering muncul termasuk:
Selain itu, gamophobia juga dapat berhubungan dengan fobia lain, seperti philophobia, yaitu ketakutan untuk jatuh cinta. Individu yang mengalami kedua fobia ini cenderung menghindari situasi romantis atau apapun yang berhubungan dengan kasih sayang.
Seperti banyak fobia lainnya, penyebab gamophobia bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gamophobia antara lain:
Pengalaman buruk, seperti perceraian orang tua atau kegagalan hubungan masa lalu, dapat menciptakan persepsi negatif terhadap pernikahan. Trauma semacam ini dapat membuat seseorang merasa bahwa pernikahan hanya akan membawa masalah lebih besar.
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis atau menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga cenderung lebih rentan mengalami gamophobia di kemudian hari. Mereka mungkin melihat pernikahan sebagai sesuatu yang menakutkan atau penuh dengan masalah.
Banyak penderita gamophobia merasa bahwa pernikahan akan menghalangi kebebasan pribadi mereka. Mereka cenderung takut kehilangan kontrol atas hidup mereka atau merasa terjebak dalam hubungan yang membatasi.
Meski gamophobia bisa sangat mengganggu, ada beberapa cara yang dapat membantu individu untuk mengatasi ketakutannya dan membangun komitmen yang lebih sehat. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat dilakukan:
Salah satu cara untuk mengatasi gamophobia adalah dengan terapi diri sendiri. Ini melibatkan introspeksi yang mendalam untuk mengidentifikasi penyebab ketakutan terhadap komitmen. Menulis jurnal, berbicara dengan teman dekat, atau merenung dapat membantu seseorang memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan dalam hubungan. Ini juga dapat membuka pikiran mereka untuk menerima ide komitmen dalam bentuk yang lebih sehat.
Jika gamophobia memengaruhi hubungan yang sedang dijalani, penting bagi pasangan untuk terbuka satu sama lain dan mendiskusikan masalah ini secara jujur. Terapi pasangan dapat membantu mereka belajar cara mengatasi ketakutan bersama dan menciptakan ruang aman untuk berbicara tentang pernikahan tanpa rasa takut. Beberapa langkah yang bisa dicoba dalam terapi pasangan antara lain menghabiskan waktu bersama di luar kota, membuat rencana jangka panjang, atau melihat apartemen bersama untuk memvisualisasikan masa depan bersama.
Jika gamophobia sudah memengaruhi kehidupan sehari-hari dan sulit diatasi, maka mencari bantuan dari psikolog atau psikiater adalah langkah yang tepat. Terapis dapat membantu menggali lebih dalam penyebab ketakutan tersebut dan memberikan terapi perilaku kognitif atau konseling untuk mengubah pola pikir yang tidak sehat. Terapi ini bertujuan untuk membantu penderita mempersiapkan diri untuk menjalin komitmen secara perlahan.
Bagi penderita gamophobia yang sedang dalam hubungan, penting untuk berkomunikasi dengan jelas dengan pasangan mengenai keadaan mereka. Hal ini dapat mencegah terjadinya ghosting atau kesalahpahaman yang dapat merusak hubungan. Menyadari bahwa setiap orang memiliki tempo dan kesiapan yang berbeda dalam hubungan dapat membantu mengurangi rasa takut dan menciptakan hubungan yang lebih sehat dan saling mendukung.
Dengan pendekatan yang tepat, seperti terapi diri, konseling pasangan, atau bantuan profesional, individu yang mengalami gamophobia dapat belajar untuk mengatasi ketakutannya dan membangun hubungan yang sehat dan penuh komitmen. Jadi, jika kalian atau pasanganmu merasakan gejala gamophobia, jangan ragu untuk mencari bantuan dan dukungan, karena pernikahan yang sehat dimulai dengan komitmen diri yang kuat. (*/)