Kreatif

PERAN STUNTMAN DALAM PRODUKSI FILM DI INDONESIA

Banyak yang mengira kalau stuntman cuma digunakan pada film action. Padahal stuntman juga digunakan pada film drama sebagai pemeran pengganti.

title

FROYONION.COM - Produksi sebuah film tentu membutuhkan banyak peran, salah satunya yaitu stuntman. Kebanyakan orang mengira peran stuntman hanya sebagai pengganti samsak dalam scene pertarungan. Padahal stuntman memiliki arti yang lebih luas, dia dapat menggantikan peran apapun dalam sebuah produksi film. 

Dalam beberapa film Hollywood, stuntman juga digunakan pada film bergenre dewasa dalam adegan panas, seperti film Fifty Shades of Grey, dan film lainnya.

Froyonion berbincang bersama Joti Renaldo (27) atau yang biasa dipanggil Ko Joti. Dia berperan sebagai stuntman dalam film The Night Comes for Us karya sutradara Timo Tjahjanto. Dan baru-baru ini, dia diundang untuk turut bergabung dalam produksi web series Serigala Terakhir season 2.

Dalam film The Night Comes for Us, Ko Joti berperan sebagai polisi di scene terakhir-terakhir saat Joe taslim melakukan pertarungan di area meja billiar. “Kebanyakan orang taunya stuntman cuma berantem,” kata Ko Joti. 

Ko Joti menjelaskan bahwa stuntman juga bertugas sebagai pemeran pengganti dalam film. Bisa juga sebagai pemeran pengganti untuk adegan berbahaya. 

PERAN STUNTMAN

Dalam industri film di Indonesia, stuntman biasanya bergerak di bawah asisten sutradara, bersama dengan action director, talent coordinator dan fight choreographer. Action director bertugas seperti sutradara, tapi khusus untuk adegan Action. Lalu stuntman adalah orang yang melakukan adegan berbahaya, sesuai brief dan latihan untuk adegan yang akan mereka lakukan.

Stunt coordinator berperan dalam menjaga safety sebuah adegan berbahaya, baik adegan fight, maupun adegan berbahaya lainnya. Dia juga mengatur teknis adegan berdasarkan arahan art director. 

Stunt Coordinator bertugas menjaga safety bagi para talent stuntman,” kata Ko Joti. “Tugasnya Stunt Coordinator sendiri berhubungan dengan nyawa.”

Menurut Ko Joti, menjadi stuntman merupakan salah satu pekerjaan yang bisa dibilang gampang sekaligus susah. “Gampang masuk jadi stuntman, tapi susah untuk menjadi profesional,” kata Ko Joti. 

Dia mengaku bahwa pengalamannya 7 tahun menggeluti dunia stuntman pun rasanya masih kurang. Ko Joti menilai bahwa masing banyak yang lebih hebat, dan dirinya masih butuh latihan supaya dapat menyaingi mereka.

Industri film merupakan lapangan pekerjaan yang cukup prospektif bagi anak muda, kata Ko Joti. Anak muda juga boleh banget belajar perfilman dari buku atau YouTube. Bisa juga dengan memulai proyek film pendek dan perbanyak relasi.

“Bagi anak muda yang mau masuk ke dunia perfilman, kalian boleh coba untuk bikin film sendiri dulu. Ini bisa bantu anak muda supaya pas masuk dunia kerja, jadi udah enggak kagok,” ujar Joti.

AWAL MULA MENJADI STUNTMAN

Ko Joti pun kerap tergabung dalam berbagai produksi film. Mulai dari film pendek, web series, juga iklan komersial seperti iklan Netflix. Sewaktu berperan sebagai stuntman di film The Night Comes for Us, saat itu dia masih kuliah semester 6. Dia turut ambil peran dalam film Benyamin Biang Kerok part 1 dan 2 sebagai polisi.

Stuntman Joti Rendaldo (kanan) bersama dengan sutradara Hanung Bramantyo (tengah) melakukan foto bersama.
Stuntman Joti Rendaldo (kanan) bersama dengan sutradara Hanung Bramantyo (tengah) melakukan foto bersama. (Sumber: Instagram @jotireinaldo)

Ko Joti mengenal dunia stuntman sejak 2014 ketika di bangku kuliah. Dia tertarik dengan peran stuntman dan bergabung dengan komunitas Ultimate Stunt Fighters x Spectre (USF). Ko Joti menceritakan, bahwa komunitas Ultimate Stunt Fighters turut membantu anak-anak perfilman di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) khususnya di bagian action.

Output dari komunitas USF masih berupa proyek film pendek. Untuk dapat bergabung ke dalam komunitas USF, peserta harus melewati berbagai tes. Indikator keberhasilan dalam tes tersebut adalah koreografi, cara aksi dan reaksi, serta kedisiplinan. Lo bisa coba bergabung dengan USF dengan menghubungi media sosial Instagram atau channel YouTube USF.

Ko Joti baru saja menyelesaikan proses produksi film Satria Dewa: Gatotkaca karya sutradara Hanung Bramantyo. Dalam produksi film tersebut, dia berperan sebagai armory, bukan fighter. “Proses film kemarin sangat melelahkan, tapi gue yakin kalau hasil akhirnya bakal bagus,” kata Ko Joti. “Ditunggu aja!” (*/)

BACA JUGA: PERAN CLAPPER DALAM PRODUKSI FILM DAN TIPS BERGABUNG DENGAN INDUSTRI PERFILMAN

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Fadhil

Content writer Froyonion, suka pameran seni dan museum, sesekali naik gunung