Kreatif

MENYAMBUT TAHUN BARU ISLAM, MASYARAKAT GUNUNG ANYAR SURABAYA ADAKAN KENDUREN & NOBAR PESANTREN

Griya Maos Gunung Anyar bersama dengan masyarakat sekitar menggelar acara kesenian dengan memutar film dokumenter fenomenal yakni Pesantren (2019) untuk menyambut tahun baru hijriyah. 

title

FROYONION.COM - Ada yang tahu kalau di Surabaya ada sebuah gunung? Ya, jika selama ini banyak orang Surabaya yang bergurau dengan gurauan “pengen ngedaki gunung di Gunung Anyar aja yang deket”. 

Ternyata kalimat itu bukan candaan semata dengan gunung fiktif yang hanya sebagai nama salah satu kecamatan di kota Surabaya. Sebuah gunung benar-benar ada di Gunung Anyar dengan nama yang sama.

Sekumpulan pemuda yang hidup dan tumbuh di sekitaran Gunung Anyar membuat sebuah gerakan pelestarian lingkungan di kawasan gunung secara mandiri tanpa campur tangan pemerintah kota.

Selain melestarikan kawasan gunung di Gunung Anyar, para pemuda ini juga membuka ruang membaca dan belajar bersama anak-anak di sekitaran Gunung Anyar. 

Menyambut tahun baru islam 1445 H atau akrab disebut dengan tradisi suroan, para pemuda ini menggelar sebuah acara di lereng gunung Anyar pada kemarin Kamis 13 Juli 2023. Sebuah acara lintas seni yang melibatkan warga sekitar dengan masyarakat luas di Surabaya dan sekitarnya. 

Menggelar pemutaran film dokumenter berjudul Pesantren karya Shalahuddin Siregar yang bercerita tentang kehidupan di dalam pondok pesantren Al-Islamy, Kebon Jambu, Cirebon yang dipimpin oleh seorang perempuan yakni ibu Hj. Masriyah Amva. 

Mengetahui kegiatan sehari-hari para santri yang dididik untuk berpikir kritis, berkesenian, dan memiliki pengetahuan yang sejalan dengan ajaran islam modern, serta berisi kajian yang menarik dan diskusi yang sejuk membuat para penonton yakin bahwa pondok pesantren dapat memberikan harapan baru untuk masa depan yang lebih baik. 

Film ini sudah rilis sejak 24 Mei 2023 di bioskop online dan sebelumnya sudah pernah tayang di bioskop konvensional tetapi menjadi perdebatan banyak pihak yang sampai pada akhirnya harus berhenti tayang. 

Film Pesantren ini telah masuk ke dalam kompetisi XXI Asiatica Film Festival 2020 dan terpilih di International Documentary Film Festival Amsterdam 2019. Film ini juga sudah diputar di Madani International Film Festival dan The University of British Columbia.

BACA JUGA: TREN REMAKE FILM LUAR NEGERI, DEMI KEARIFAN LOKAL ATAU KARENA KEHABISAN IDE?

Tidak hanya memutar film Pesantren melalui Bioskop Online, di acara bertajuk Jejamas Mapag Suro ini juga diisi oleh para seniman yaitu Ki Ompong Sudarsono dan Kaji Bambang. 

Ki Ompong Sudarsono seorang seniman wayang kulit yang memainkan wayang kulitnya secara komunikatif dengan berdialog bersama anak-anak yang menonton serta dalam cerita wayangnya kali ini beliau bercerita tentang doa yang terus menerus tanpa henti dilantunkan terlebih ketika memasuki di tahun baru Hijriyah. 

Kemudian Kaji Bambang adalah grup musik solawat eksperimental yang dapat menjadi bukti bahwa sholawat tidak hanya terkungkung dengan iringan musik rebana tetapi dengan alat musik gitar, biola serta sebuah besi yang berbentuk spiral dapat mengiringi sholawat ditambah dengan penampilan yang atraktif.

Jejamas Mapag Suro ini dimulai pukul 5 sore dengan agenda pelepasan burung perkutut sebagai tanda bahwa kebebasan berekspresi dan pelestarian lingkungan di sekitar gunung Anyar oleh masyarakat sekitar.

Kemudian di akhir acara ada kegiatan makan bersama yang disebut kenduren lalu dilanjut dengan bersalaman semua orang telah hadir dan ditutup dengan bersih-bersih kawasan lereng bersama.

Faiz salah seorang pemuda di Gunung Anyar ini menyampaikan bahwa semua orang yang datang harus ikut makan di kegiatan kenduren karena ini adalah inti dari rangkaian acara, tentang kebersamaan dan saling mengasihi.  

Acara ini diinisiasi oleh Griya Maos Gunung Anyar dan didukung oleh Remaja Masjid Baiturrahim, IPPNU Gunung Anyar, Jamaah Hore Waru, Warung Lereng serta warga sekitar gunung Anyar. 

Melalui media sosial Instagram mereka yakni @gununganyar.id (link https://www.instagram.com/gununganyar.id/) seluruh informasi disiarkan, serta diharapkan gerakan ini menjadi ruang belajar dan bersosialisasi masyarakat Gunung Anyar, Surabaya dan sekitarnya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Imam Luqman

Mahasiswa Sastra Indonesia tingkat akhir di salah satu kampus negeri di Surabaya, anggota masyarakat urban di Surabaya dan aktif di kesenian teater dan film pendek