Kreatif

JURUS AMPUH BUAT BISA RIDING THE WAVE POPULARITAS KAYAK MIXUE

Mixue mungkin bisa dibilang jadi brand es krim yang namanya tiba-tiba melejit di akhir tahun 2022 kemarin. Konten-konten viral di medsos ngebantu mereka banget Civs. Dengan ngasih connected experience ke khalayak, jurus ini jadi ampuh. Kira-kira lo bisa nggak ya praktektin itu di brand lo?

title

FROYONION.COM - Di penghujung tahun 2022 kemarin, tiba-tiba menjamur toko es krim populer buat masyarakat di seluruh Indonesia bernama Mixue. Brand asal China ini tiba-tiba seolah menginvasi ratusan ‘ruko kosong’ di Indonesia tanda jeda. 

Semua orang di berbagai platform sosial media juga ngomongin tentang Mixue cuy, mulai dari fyp TikTok sampai trending topic di twitter pasti ada kaitannya sama brand ini. 

Hmm, kalau gue lihat sih ramainya pembukaan outlet di mana-mana ini yang bikin brand ini jadi viral banget dan diperbincangkan banyak orang. 

Awalnya tren ini gegara video orang yang seolah ngerasa kaget sama toko Mixue yang bisa ditemui di berbagai tempat. Akhirnya sound itu banyak dipakai sama orang-orang lain di TikTok sebagai voice over dan akhirnya makin viral. 

"Wah hari yang cerah, tidak mungkin aku menemukan logo Mixue disini. Waaagh, nani?? Mixue," begitu kira-kira ucapan di video yang viral. 

Tapi nggak sampe di situ aja cuy, popularitasnya juga didukung sama banyak meme kocak seputar brand ini. Ada yang nyebut maskot Mixue sebagai malaikat pencabut ruko kosong hingga unggahan-unggahan lain yang secara sukarela diposting sama netizen gegara tren lucu ini. 

Lo sadar nggak, dengan maraknya konten tersebut bakal membuat brand awareness terhadap Mixue itu terus meningkat. Sederhananya, makin sering dibicarakan maka bakal makin banyak orang yang tahu soal toko es krim ini. 

Yang nggak tahu, bakal mulai cari tahu. Makin ngetop kalau ada outlet Mixue di dekat orang-orang itu, sehingga mereka mulai mendatangi toko tersebut buat cari tahu secara langsung dan dapetin experience yang banyak dibicarakan orang-orang.

BACA JUGA: YUK BELAJAR FILOSOFI HIDUP ALA MIXUE

Konten viral jadi salah satu jurus marketing paling ampuh sekarang ini. Sebagai brand, lo nggak perlu ngeluarin cost buat bikin iklan yang mahal atau nge-hire top influencer buat dapetin engagement dari masyarakat. 

Di dunia marketing, teknik ini disebut sebagai connected experience. Sederhananya, tren yang timbul diantara para konsumen produk lo bakal ngerasa saling relate dengan pengalaman apa yang dirasakan orang lain. 

Cara ini makin lazim dan biasa dipakai setelah maraknya penggunaan sosial media gegara orang kini makin mudah buat share pengalaman mereka ke yang lainnya. Kayak apa yang kejadian sama Mixue dan mungkin beberapa brand lain yang lo tahu, misalnya: Corkcicle, Mie Gacoan, dan banyak lainnya lagi. 

GARA-GARA FOMO

Connected experience makin gampang diraih sekarang ini gara-gara banyak orang sekarang yang takut ketinggalan zaman dan moment alias Fear of Missing Out (FOMO). Istilah ini mungkin sering lo dengerin di sosmed ya Civs.

Nah, kalau menurut pakar marketing dari Inventure Consulting, Yuswohady FOMO ini persis kayak apa yang terjadi di kasus viralnya konten Mixue guys. Banyak orang yang kemakan dan dibikin penasaran tentang apa itu rasanya Mixue dari medsos. 

"FOMO itu tercipta kebanyakan bukan by design, tapi by accident atau secara organik dan natural. Ini kan misalnya kenapa Mixue jadi viral, karena orang beli terus ngerasa enak dan murah jadi di-share ke media sosial," kata Yuswohady saat berbincang, Jumat (30/12).

Tapi hal ini sebenarnya juga bisa jadi masalah menurut doi. Soalnya brand nggak bisa memprediksi apakah antusias yang dilontarkan para konsumen terhadap produk yang mereka jual bakal menghasilkan reaksi yang positif atau negatif. Di kasus Mixue untung aja banyak orang yang demen sama layanan mereka. 

Kalau memang reaksi yang timbul negatif di medsos dan jadi viral. Justru connected experience itu bakal berubah jadi sebuah krisis yang harus diatasi sama brand tersebut, kan? 

Balik lagi ke FOMO di masyarakat, nih. 

Setelah dapat keuntungan, apakah lo harus diem-diem aja tanpa melakukan tindakan selanjutnya? Kata Yuswohady, justru popularitas brand lo ini harus jadi warning dan ancang-ancang buat lo ambil tindakan lebih lanjut secara lebih inovatif dan kreatif. 

Banyak contoh brand yang dapat popularitas gara-gara hype di awal, tapi akhirnya gak bisa sustain dan walhasil ditinggalkan sama masyarakat. Di kasus Mixue ini, hype tersebut nantinya bisa meredup dan bahaya buat brand. Apalagi, sekarang ini bisnis Mixue seolah-olah jadi investasi balik modal yang paling ampuh buat banyak orang.

Franchisenya laku di mana-mana dan outletnya juga makin banyak seiring berjalannya waktu. Kalau ngerujuk ke rumus ekonomi, makin banyak supply tapi nggak diikuti sama demand yang oke maka bakal jadi amsyong tuh nanti bisnisnya.

"Kayak misalnya Citayam Fashion Week, dulu heboh banget tapi sekarang nggak ada sama sekali, itu FOMO. Kuncinya menurut saya inovasi, karena saya yakin brand Mixue bakal terkoreksi ketika hype-nya turun. Tapi bukan berarti nggak bisa sustainable, kan?" jelas doi. 

LIFE CYCLE PRODUCT

Harus disadari juga, dengan makin mudahnya suatu brand atau produk menjadi viral gara-gara medsos menyebabkan redupnya popularitas itu juga makin gampang Civs. Nama dari siklus ini biasa disebut sebagai life cycle product

Dalam hal ini, perusahaan biasanya harus teliti dalam memantau pergerakan produk mereka di kalangan para konsumen. Apa yang menjadi keresahan konsumen, produk yang tidak sesuai, hingga apa yang dikeluhkan semuanya harus dipantau sehingga mendapat evaluasi terus menerus. 

Yus menjelaskan kalau ciri umum dari kaum milenial dan gen z yang mendominasi internet zaman sekarang ini membuat life cycle product sekarang jadi sangat berumur pendek. Mungkin lo bakal sulit nemuin brand yang punya kekuatan untuk waktu yang lama macam coca cola atau McDonald's. 

"Sekarang ini kemewahan betul satu brand bisa demikian panjang, sustainable. Jadi sekarang life cyclenya jadi pendek," jelas doi.

Makanya, kalau kata Yus, penting sekarang ini buat pengembangan produk a.k.a product development dan inovasinya terus dikembangkan seiring berjalannya waktu. Nah, marketing campaign juga punya peran penting buat terus bikin suatu brand jadi tetap relevan dengan apa yang dibutuhkan atau diharapkan masyarakat cuy. 

Jadi kalau nanti produk tersebut sudah fit dan dikonsumsi terus menerus oleh masyarakat, nggak akan mudah terpengaruh kalau hypenya sudah mulai menurun. Memang sih, kalau kayak produk es krim Mixue itu punya pasar konsumen yang lebih sempit daripada barang-barang konsumsi primer lain.

Tapi bukan artinya mereka nggak akan bisa bertahan setelah hype produknya mengalami koreksi. 

Nah, kira-kira lo nangkep nggak apa hikmah yang bisa diambil dari popularitas Mixue belakangaan ini? Lo bisa kok riding the wave dari konten-konten viral yang dibuat oleh netizen tentang produk yang lo jual.

Selama hype itu positif dan secara organik diperbincangkan masyarakat banyak, pasti bakal cuan banget deh brand yang lo kembangin itu. Tapi, jangan sampai lupa juga buat maintain popularitas itu dengan ide-ide kreatif sehingga nggak bakal kegerus zaman. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Michael Josua

Cuma mantan wartawan yang sekarang hijrah jadi pekerja kantoran, suka motret sama nulis. Udah itu aja, sih!