In Depth

SPOOKTOBER! NEGARA KITA JUGA PUNYA TRADISI YANG SEREM-SEREM

Nggak cuma ‘Barat’ dengan Halloween-nya, Indonesia juga punya beberapa perayaan adat yang erat kaitannya sama ‘kematian’, Civs.

title

FROYONION.COMTanggal 31 Oktober tiap tahunnya, negara-negara di berbagai belahan dunia memperingati Halloween, Civs.

Karena pesatnya arus informasi dan perkembangan teknologi yang terjadi, anak-anak muda di negara kita juga mulai semakin banyak yang aware dan ikut ngerayain Halloween.

Banyak juga tempat nongkrong sampai tempat wisata keluarga yang mulai menyadari momen Halloween sebagai salah satu alat promosi ‘ampuh’ bagi mereka. Apalagi tempat kayak bar dan diskotek, pasti akhir bulan Oktober tempat-tempat ini bakalan punya tema Halloween dengan berbagai pengunjung yang pake dresscode yang unik-unik.

Sebenernya, perayaan Halloween itu udah melenceng jauh dari makna aslinya, Civs. Halloween itu adalah kependekan dari All Hallows Evening / All Hallows Day, yang berarti ‘Hari Raya Orang Kudus’.

Perayaan ini didedikasikan untuk mengenang orang yang udah meninggal dunia, termasuk para kudus, santo, martir, dan arwah orang beriman. Tapi sekarang, Halloween lebih erat kaitannya sama ‘trick or treat’ dan dresscode ‘mengerikan’-nya aja. Nggak ada arti lebih dari sebuah perayaan Halloween, selain bersosialisasi sama temen-temen dan asik-asikan aja.

Nah, di luar budaya Halloween, Indonesia juga punya perayaan atau tradisi unik yang berhubungan dengan kematian, Civs. Di antaranya, ada yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan, dan Lamandau, Kalimantan Tengah.

MA’NENE, ‘MENDANDANI’ MAYAT

Ritual adat yang ada di daerah Toraja ini menurut gue cukup ekstrim, Civs. Dari namanya, Ma’nene berarti mengganti pakaian ‘mayat’, di mana proses adatnya diawali dengan berkunjung ke Patane yang berarti pemakaman leluhur. 

Credit: Sijori Images, thesun.co.uk

Kemudian, makam leluhur digali dan mayatnya diberi pakaian yang baru. Nggak cuma baju dan celana aja, terkadang sampe ke kacamata dan topi pun dipasangkan ke mayat leluhur di sana. Bahkan terkadang, makanan ataupun barang kesukaan dari jenazah juga ikut disematkan kepada jenazah. Tentunya, mayat yang didandani sebelumnya udah didoakan dan dibersihkan juga.

Nggak cuma keluarga inti aja yang biasanya dateng ke festival ini. Wisatawan domestik dan juga mancanegara pasti selalu ada untuk menyaksikan upacara yang menarik dan ekstrim ini, Civs.

Semua yang mengikuti perayaan ini juga nggak boleh menunjukkan rasa sedih lho, Civs. Keluarga yang ditinggalkan harus berbahagia dan ‘wajib’ untuk tersenyum. Cara ini dianggap jadi salah satu bentuk penghormatan terhadap mereka yang sudah lebih dulu meninggalkan dunia ini.

Credit: Sijori Images, thesun.co.uk

Festival ini juga dilangsungkan setidaknya setiap 3 tahun sekali. Ma’nene juga diselenggarakan menyesuaikan musim tanam setempat. Biasanya sih digelar sebelum musim tanam, dan hasil penjualan panen bakal digunakan untuk membiayai festival Ma’nene ini.

Ritual ini nggak hanya bersifat religius aja, tapi juga ada unsur promosi terhadap pariwisata Tanah Toraja itu sendiri. Lewat ritual Ma’nene ini juga, tentunya hubungan antar keluarga jenazah yang didandani pun semakin meningkat. Relasi ini yang berusaha dijaga dan ditunjukkan oleh warga Toraja, bahwa hubungan antara leluhur dan generasi baru tidak akan pernah terpisah bahkan oleh kematian, Civs.

‘BABUKUNG’, TARIAN ADAT KEMATIAN DAYAK TOMUN

Kalo yang satu ini merupakan sebuah ritual ‘Tarian Adat’ yang menggunakan topeng karakter hewan yang dinamakan ‘Luha’, terus penarinya dinamain sebagai ‘Bukung’.

Credit: lionmag.net

Awalnya, Babukung ini adalah sebuah tarian yang ditujukan untuk menghibur keluarga-keluarga yang sedang berduka, utamanya sih bagi warga Lamandau, Kalimantan Tengah, yang punya kepercayaan Kahiringan

Festival ini sendiri udah diketahui dan didukung oleh Kemenparekraf lho, Civs. Perayaannya juga dilaksanain setiap tahun, dimulai dari tahun 2014. Setelah beberapa waktu, Pemerintah Daerah Lamandau menetapkan Babukung sebagai festival rutin tahunan. Selama ini, Babukung udah sukses jadi sebuah event yang menarik perhatian banyak orang, nggak cuma buat warga lokal aja, tapi juga buat wisatawan dari luar negeri.

Dan di tahun 2021 ini, Festival Babukung diadakan secara virtual, Civs. Acara di tahun ini tetep di-gas karena di tahun lalu Festival Babukung sempat batal digelar karena adanya pandemi Covid-19.

Nah, jadi nggak cuma Halloween aja nih yang biasanya dirayain di kota-kota besar. Berbagai daerah di Indonesia juga ternyata punya budaya seperti ritual ataupun festival yang esensinya untuk menghormati arwah leluhur atau sosok penting di daerah tersebut.

Dan nggak cuma urusan adat aja, nyatanya festival-festival di berbagai daerah ini mampu menjadi stimulus ekonomi kreatif Indonesia, utamanya dari sektor pariwisata. Di masa sulit kayak pandemi ini, seharusnya kebudayaan seperti Babukung dan Ma’nene harus semakin disebarluaskan agar merangsang ekonomi kreatif kita biar bisa bounce back dan kembali kuat.

Nah, kalian sendiri pernah denger atau bahkan ikutan festival yang ‘serem-serem’ nggak nih, Civs? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Garry

Content writer Froyonion, suka belajar hal-hal baru, gaming, dunia kreatif lah pokoknya.