
Lo pasti tahu banyak festival musik yang belakangan digelar setelah dua tahun tertahan pandemi kan, Civs? Nah, acara-acara ini kerap sangat dinanti oleh penikmat musik bukan cuma buat senang-senang aja tapi bisa menjadi sarana berekspresi dengan bebas.
FROYONION.COM - Industri musik yang bisa dinikmati lewat konser secara langsung udah idup lagi setelah terhalang hampir dua tahun gara-gara pandemi nih, Civs. Menurut gue, saat-saat ini paling dinanti banyak penikmat musik di Indonesia.
Gimana enggak, selama dilanda Covid-19 kan kita cuma bisa nikmatin musik itu dari layar kaca atau terhalang dunia virtual. Jarang kita bisa nikmatin momen sing along dan joget bareng temen-temen kita kayak waktu ngonser sebelum pandemi.
Seolah tanpa jeda, jelang tahun 2022 berakhir ini banyak festival musik seru yang sudah dan akan digelar di Jakarta ataupun kota-kota besar lainnya. Sebut aja mungkin festival yang banyak dibicarain belakangan ini: Pestapora, Synchronize Fest, hingga We The Fest.
Keseruan festival musik itu --menurut beberapa orang-- juga tergambar dari apa-apa saja yang trending di media sosial beberapa hari terakhir. Mulai dari komedian, orang kantoran, penyanyi beneran, sampai tongkrongan pinggir jalan datang dan nikmatin suasana festival dengan caranya masing-masing.
Satu hal yang gue lihat adalah musik bukan cuma sebagai seni dan budaya aja, tapi bisa jadi sarana kita buat ekspresiin keadaan ataupun luapin emosi. Hal itu gue rasa terlihat banget lewat banyak video ataupun pengalaman yang gue saksiin sendiri pas datang ke festival musik.
Jangan kaget kalau mungkin lo lihat ada anak muda yang ikut lompat-lompat pas Nadin Amizah nyanyiin lagu “Beranjak Dewasa” dari atas panggung. Atau ada orang yang sebegitu sedihnya sampai keluar air mata saat dengerin momen Yura Yunita nyanyiin lagu “Tutur Batinnya” dari atas panggung.
Momen lain juga bisa kelihatan banget ketika crowd asyik dan banyak orang dengan bebasnya berjoget ria pas Feel Koplo memainkan musiknya. Pertanyaannya sekarang adalah, kenapa musik benar-benar bisa relate dengan kita yang menikmatinya?
Banyak studi di luar negeri sebenarnya yang menunjukkan kalau mendengarkan musik berdampak pada pikiran dan otak kita. Dari beberapa sumber yang gue baca, penelitian soal ini sudah dilakukan sejak 1950 lalu dimana ada keuntungan yang dilakukan dari terapi musik bagi pasien rumah sakit di Eropa dan Amerika Serikat.
Nggak bisa dipungkiri juga kalau musik itu seringkali digunakan untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya lewat nada-nada yang dirajut.
Banyak penjelasan saintifik yang mengungkap alasan kenapa musik dapat berdampak pada emosi kita. Salah satu yang sangat berguna, misalnya adalah untuk mengurangi tingkat stress yang dialami.
Lo harus tahu, ketika stress pikiran di otak kita akan terdampak pada hormon yang ditimbulkan. Hal itu bisa menyebabkan gangguan pada kondisi fisik hingga jantung berdetak semakin cepat, atau tekanan darah menjadi tinggi.
Tapi lewat mendengarkan musik, otak kita mendapat stimulus yang besar sehingga bisa mempengaruhi kondisi-kondisi tersebut, lho!
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dawn Kent dari Liberty University di Virginia, Amerika Serikat mengungkapkan kalau musik yang kita dengarkan dapat memengaruhi sistem saraf di tubuh manusia. Bahkan ada ilmu khusus tersendiri yang mendalami hal tersebut bernama, neuromusicology.
Secara sederhana, musik yang kita dengar masuk lewat telinga dan bereaksi terhadap otak kita sehingga mengaktifkan beberapa fungsi kognitif lainnya. Nah tapi, jumlah area otak yang diaktifkan oleh musik berbeda-beda tiap orang.
Hal itu akan sangat bergantung pada pengalaman pribadi lo dengan musik itu sendiri. Nggak cuma itu, jenis musik yang didengarkan juga akan menghasilkan perasaan atau emosi yang berbeda juga.
Nah, makanya kan kadang kita suka bikin playlist yang beda-beda sesuai dengan kebutuhan. Misalnya lo lagi fokus kerja, kan nggak mungkin dengerin lagu dengan genre metal atau rock.
Pernyataan itu juga selaras dengan tulisan yang dimuat buletin psikologi jurnal Universitas Gajah Mada (UGM). Dimana, melalui musik kita bisa merasa senang, sedih, termotivasi bahkan hingga menjadi tenang. Tapi hal-hal itu terjadi dengan bagaimana kita mempersepsikan musik itu sendiri.
Kondisi saat kita mendengarkan musik itu juga berpengaruh terhadap output yang akan dihasilkan saat mendengarkan musik.
Tapi, yang pasti musik itu bersifat universal dan bisa dinikmati semua orang. Terkadang kita dapat menggoyangkan tubuh mengikuti lagu yang menghentak, atau sekadar menyenandungkan lagu tersebut meski nggak hafal liriknya.
Cara nikmatin musik pun makin berkembang setiap waktunya. Kalau lo perhatiin, belakangan ini banyak banyak pemandu karaoke yang juga ikutan main di festival musik. Konsep karaoke massal ini mungkin sudah ramai dilakukan sejak 3 tahun lalu dibalik gemerlap bar atau kelab di ibu kota.
Cara ini menggeser stigma berkaraoke yang biasa cuma terbatas untuk kalangan circle pertemanan aja, hingga sekarang meluas jadi kegiatan massal yang dinikmati bersama-sama.
Siapa mungkin yang nggak tahu Oomleo, namanya kemudian lekat dengan embel-embel “berkaraoke”. Cara menikmati nyanyi bersama ini mungkin bisa dibilang populer gara-gara pria dengan nama lahir Narpati Awangga ini. Popularitasnya yang semakin melesat membuat dia banyak berkolaborasi dengan penyanyi ataupun artis ternama buat mandu karaoke.
Memang mungkin suara mereka nggak sebagus penyanyi asli, tapi satu keahlian mereka yang menurut gue sangat penting adalah membuat suasana jadi menyenangkan. Nah, dateng ke acara karaoke massal seperti ini mungkin bisa jadi salah satu rekomendasi gue buat lo yang mau berekspresi atau luapin emosi sesaat.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, Dosen Permusikan Institut Seni Indonesia (ISI) Djohan Salim pada 2019 lalu pernah mengatakan kalau selalu ada keinginan orang untuk menjadi pusat perhatian dan bisa tampil eksis.
Banyaknya beban pikiran dan tuntutan lainnya membuat psikologi orang itu perlu kegiatan positif untuk menyalurkan energinya. Nah, kata dia, karaoke massal itu memang bisa jadi ajang bagi siapapun buat unjuk gigi tanpa harus takut dihakimi.
Lewat lagu yang dinyanyikan sendiri, mereka bisa menyelipkan curahan hati ataupun keluh kesah yang dialami dengan mudah. Sekalipun suara sumbang, pengunjung lain yang terbawa suasana akan tetap asyik bernyanyi.
Masih banyak cara yang bisa kita lakuin buat menikmati musik. Balik lagi ke pernyataan yang di atas, kita harus ingat kalau musik itu sarana universal yang bisa dinikmatin siapa saja. Beda orang, beda preferensi.
So, kalau menurut lo gimana cara paling ampuh buat nikmatin musik dan salurin ekspresi lo?
BACA JUGA: 6 HAL YANG (MUNGKIN) TIDAK ADA DI FESTIVAL LAIN, TAPI DI SYNCHRONIZE FEST 2022 ADA