Stories

PRISKA BARU SEGU DAN JALAN HIDUPNYA YANG ANEH

Priska Baru Segu, tanpa tahu kepastian tujuan ke Jogja, dalam perjalanannya pergi dia disodorkan langsung oleh hidup dengan arah yang muncul begitu saja yang sebelumnya tidak ada di pikirannya.

title

FROYONION.COM - Seorang perempuan di Nusa Tenggara Timur, suatu hari sekitar lima tahun lalu—karena sepertinya ingin sekali pergi dari rumah, ketika minta izin ke ibunya untuk merantau dan si Ibu nggak mengizinkannya, perempuan itu memilih kabur. Anehnya dia kabur tanpa tujuan yang jelas. Mungkin kabur sudah merupakan tujuan baginya ketika nggak mendapat izin merantau dari Ibunya. Pikir dia mungkin intinya pergi dulu dari rumah—tujuan bisa datang belakangan. 

Dan memang tujuannya datang belakangan.

Dia pergi naik kapal dari NTT sampai pulau Jawa, lalu turun di Surabaya. Waktu itu tahun 2017, dia melihat poster besar di Surabaya audisi SUCI 7 dan, karena memang suka stand up comedy sejak lama dan merasa bisa melucu dan sering melakukannya di depan teman-temannya waktu di sekolah, akhirnya dia memutuskan mengikuti audisi itu, dan tidak lolos.

Pandji Pragiwaksono, yang waktu itu adalah jurinya, menyarankannya untuk bergabung ke komunitas stand up di Surabaya atau di Malang. Pandji bilang sebenarnya perempuan itu memang punya bakat melucu: tinggal pelajari teori stand up comedy dan berbagai tekniknya.

Dengan alasan ada saudara yang kuliah di Malang karena khawatir saudaranya nanti akan bilang ke Ibunya bahwa dia ada di Malang lalu takut disuruh pulang, juga dengan alasan hidup di Surabaya itu lumayan mahal, dia memutuskan untuk mencari komunitas stand up di Jogja saja, dengan bantuan seorang teman SMA yang kuliah di sana–dia juga menginap di kosan temannya itu.

Dan memang waktu dia kabur, Jogja adalah kota yang akan dia tuju, tapi dengan tujuan yang memang nggak begitu jelas. Ketika akhirnya ikut audisi SUCI di Surabaya, itu membuatnya menjadi ada tujuan yang jelas.

"Stand up membuat saya jadi ada tujuan," katanya.

Lihatlah, betapa bisa anehnya jalan hidup seseorang. Lazimnya kita punya tujuan yang pasti, yang sudah terdefinisi dengan jelas, tapi hidup ini misteri dan kadang punya kecenderungan yang aneh dalam memunculkan arah lain yang nggak disangka-sangka yang awalnya tidak ada dalam tujuan kita.

Priska Baru Segu—nama perempuan itu, tanpa tahu kepastian tujuan ke Jogja, dalam perjalanannya pergi dia disodorkan langsung oleh hidup dengan arah yang muncul begitu saja yang sebelumnya tidak ada di pikirannya. Hidup telah spontan memberi Priska inspirasi, untuk mengikut audisi stand up comedy di Surabaya, dan dia telah membiarkan saja hidup mengalir ke mana pun membawanya pergi.

Dan, menurut persepsi intuitif saya, dia pastilah orang yang memiliki kehadiran kesadaran: orang yang sadar dengan segala sesuatu yang terjadi di benaknya, orang yang sadar dengan bisikan dan desakan di batinnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. Ketika dia tidak mendapat izin untuk merantau dari ibunya dan memilih kabur, menurut saya itu adalah bukti dari desakan yang terjadi di batinnya.

Saya pikir "desakan batin" ini adalah fenomena universal, tentu dengan jenis desakan yang berbeda-beda, tergantung kehidupan akan mengarahkanmu ke mana pada suatu momen. Saya pernah empat tahun lalu—waktu masih bekerja di Semarang, dan waktu itu saya habis pulang dari Tegal lima hari dan berangkat lagi ke Semarang naik kereta, dan, ketika baru keluar dari stasiun, saya mendengar desakan di dalam diri saya—waktu itu malam hari sekitar pukul sebelas: "Jangan kembali ke kosanmu dan tinggalkan pekerjaanmu sekarang di Semarang."

Dan saya mengikutinya—apa saya gila?—tanpa tujuan yang jelas. Saya memutuskan menginap di hotel di dekat stasiun untuk satu malam, lalu besoknya menambah lagi untuk satu malam, sampai akhirnya, pada sore hari, saya mendapat panggilan kerja di Jakarta—tanpa saya tahu akan mendapat panggilan ini, dan saya langsung berangkat ke Jakarta dengan kereta dini hari.

Sebelumnya, waktu pulang ke Tegal lima hari, saya memang sudah melamar kerja di beberapa kota—termasuk Jakarta, dan sebelumnya juga memang sudah berpikir untuk meninggalkan pekerjaan di Semarang.

Saya seperti seorang tokoh gila dalam cerita Sufi yang aneh yang pernah saya baca. Suatu hari, ketika si tokoh baru saja pulang kerja dan sedang berjalan melewati taman di dekat rumahnya, ada seorang misterius yang muncul tiba-tiba di hadapannya dan berkata: "Tinggalkan pekerjaanmu dan temui aku di tepi sungai tiga hari lagi."

Lalu si Misterius itu menghilang. 

Setelah tiga hari, dia menemui si Misterius itu di tepi sungai dan sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Dengan enteng si Misterius berkata, "Lepaskan pakaianmu dan masuklah ke sungai. Mungkin seseorang akan menyelamatkanmu."

Arus sungainya begitu kuat, dan dia tetap terjun ke sungai, lalu terseret sampai jauh, sampai akhirnya ada seorang nelayan yang menolongnya dan membawanya ke gubuk di tepi sungai tempat si nelayan tinggal. Dia tinggal di gubuk itu selama beberapa bulan dan membantu pekerjaan si nelayan. Sampai akhirnya, pada suatu subuh, si Misterius muncul lagi dan berkata: "Bangunlah sekarang dan tinggalkan nelayan ini."

Ceritanya masih agak panjang dan si Misterius terus saja muncul. Setelah pergi meninggalkan si nelayan, dia bertemu seorang petani, lalu bekerja ikut petani selama dua tahun, dan si Misterius muncul lagi dan menyuruhnya pergi ke kota yang jauh dan menjadi seorang pedagang selama tiga tahun di kota yang jauh itu, dan seterusnya. Intinya dia melakukan apapun yang diperintahkan oleh si Misterius itu.

Tapi, jangan kita pahami cerita ini secara harfiah. Cerita itu, menurut saya, hanyalah perumpamaan dari situasi tertentu di batin kita. Cerita aneh itu mencoba menyampaikan ke kita tentang suatu fenomena batin, atau tentang seorang misterius yang tinggal di dalam diri kita yang oleh para Sufi disebut sebagai pemandu batin kita.

Atau mencoba menyampaikan ke kita tentang hidup—yang dalam segala cara, dalam kecenderungannya yang kadang memang aneh, memberi kita desakan tertentu pada suatu momen. Mungkin hidup sedang mendesakmu untuk keluar dari pekerjaan, atau sedang mendesakmu untuk memutuskan suatu hubungan, atau sedang mendesakmu untuk pergi dari rumah, dan sebagainya.

Saya rasa ini juga tentang keberanian dalam menentukan hidup kita sendiri, apapun risikonya, apapun halangannya.

Saya mengagumi keberanian Priska dalam menentukan hidupnya sendiri. Dia begitu berani mengikuti desakannya untuk pergi dari rumah bahkan dengan tujuan yang nggak jelas dan tanpa restu Ibunya.

Ayahnya sudah meninggal, dan meninggal ketika Priska lagi merantau di Jakarta—itu kali pertamanya Priska merantau dengan izin orang tua, yaitu tahun 2014 ketika lulus SMA. Belum setahun Priska merantau, dia mendapat kabar Ayahnya meninggal, lalu dia pulang dan bingung, karena merasa masih butuh sosok Ayah sebagai tulang punggung keluarga.

Barangkali merasa tidak berpenghasilan selama di rumah, dan merasa bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya, juga merasa seperti tidak bisa terus-terusan di rumah, dia lalu minta izin ke ibunya untuk merantau lagi pada tahun 2017. Ibunya nggak mengizinkannya karena khawatir dengan keadaan Priska yang jadi sakit-sakitan dan badannya menjadi begitu kurus sejak Ayahnya meninggal.

Tapi sepertinya Priska tidak peduli dan akhirnya kabur dengan ketidakpastian tujuan hidup yang menyertainya. Dia sepertinya hanya mempercayakan saja dirinya kepada hidup dengan segala misterinya, dengan segala kemungkinan-kemungkinan anehnya, dengan segala belokan-belokannya yang dadakan, yang mungkin tidak perlu terlalu dipikirkan, tapi cukup dijalaninya saja.

Dan saya rasa hidup telah membawanya pergi ke tempat di mana dia seharusnya berada, juga ke pengalaman-pengalaman yang harus dia alami: seperti bekerja di toko hijab di Jogja selama dua tahun, main di film Imperfect (2019) yang disutradarai Ernest Prakasa, main di film Julid Oh Julid (2020). Dan sekarang dia tergabung dalam kelompok komedi Majelis Lucu Indonesia dan tinggal di Jakarta, sebagai aktris dan stand up comedian profesional dengan materi-materinya yang sensitif dan menyenangkan dan lucu. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Akim Mahesa

Founder akun jasa curhat @curehead.id, freelance copywriter, dan penulis buku "Selain Berengsek Hidup Ini Penuh Hal Paradoks