Stories

NDORO KAKUNG: “MENULIS BLOG HARUS ‘FUN’ DAN RELEVAN”

Wicaksono atau lebih dikenal dengan persona “Ndoro Kakung” di media sosial ngobrol bareng soal perkembangan blogging dan bagaimana blogging di tengah popularitas Instagram, TikTok dan kebangkitan Artificial Intellegence (AI). Bisakah blogging tetap bertahan?

title

FROYONION.COM - Buat kalian yang masuk generasi Z (kelahiran 2000 ke atas) dan Alpha (kelahiran 2010 ke atas), blogging mungkin terdengar asing. Kalian lebih akrab dengan media sosial Twitter, Instagram, atau TikTok yang sangat populer karena bisa mewadahi konten jenis audiovisual.

Tapi jauh sebelum era media sosial dimulai yang ditandai dengan munculnya MySpace dan Facebook tahun 2003-2004, sudah ada blog yang menjadi platform komunikasi yang populer di kalangan anak muda saat itu.

Di hari blogger nasional kali ini, gue (Akhlis, disingkat A untuk seterusnya) ngobrol bareng Wicaksono (disingkat W) yang di media sosial sebagai @ndorokakung. Kini dikenal sebagai penasihat di Maverick Communication, beliau mengawali karier sebagai wartawan dan menduduki sejumlah posisi penting di sejumlah media besar dari majalah Mode Indonesia, Media Indonesia, Koran Tempo sampai Plasa MSN dan Beritagar.

Berikut cuplikan obrolannya buat kalian, Civs…

A: Bagaimana awal mula bisa terjun ke dunia blogging?”

W: “Sebelum tahun 2004, saya bekerja di salah satu majalah berita mingguan sebagai redaktur teknologi dan sains. Karena ia berkutat di bidang itu, saya akrab dengan perkembangan di dalam dunia digital saat blogging mulai diadopsi oleh orang Indonesia.

Blogging sendiri sudah mulai muncul tahun 1994 di AS. Salah satu blogger yang tercatat paling awal muncul ialah penulis lepas Justin Hall. Saat blogging sudah dikenal luas di AS, barulah menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia.

Blogging bisa masuk ke Indonesia berkat jasa para geek dan WNI yang tinggal di luar negeri (diaspora) yang mulai menulis blog. Awal 2000-an saya saksikan sudah mulai mencuat beberapa nama orang Indonesia yang menekuni kegiatan blogging.  

Kalau ada yang baru di dunia digital, saya coba pake. Dan kalau merasa nyaman, saya teruskan. Karena itulah saya punya banyak akun di tiap platform media sosial  baru sejak kemunculannya pertama kali.

Saya juga coba bikin blog dengan tujuan ingin mendokumentasikan tulisan saya yang tidak sempat di media tempat saya bekerja. Saat itu saya buat blog di 2 platform: Blogdrive dan Blogspot (Blogger.com). 

Di 2003 barulah muncul istilah ‘blogger’ dan setahun berikutnya muncul platform WordPress yang kemudian menjadi salah satu platform pilihan dalam dunia blogging hingga detik ini. Kemudian saya putuskan menulis blog di WordPress saja karena fitur-fiturnya lebih komplit, antarmuka pengguna dan pengalaman penggunaannya lebih baik dari platform-platform lain yang sudah ada di tahun 2005. Domain yang dari dulu sudah saya miliki untuk blog saya ndorokakung.com itulah yang kemudian bertahan sampai sekarang.

Saat itu, orang-orang menggunakan blog sebagai sarana untuk mencari informasi, mengaktualisasikan diri, berbagi konten.”

A: “Lalu bagaimana bisa terlibat dalam Pesta Blogger pertama di tahun 2007?”

W: “Tahun 2007 saya diajak beberapa teman untuk mengadakan Pesta Blogger Nasional yang pertama. Saat itu kami menunjuk Enda Nasution sebagai ketuanya. Dia sendiri seorang blogger yang mulai ngeblog saat ia tinggal di Bangkok. Dia lebih muda dari saya jadi saya sarankan memilih Enda. Di Pesta Blogger jilid 2 tahun berikutnya, saya barulah ganti dipilih menjadi ketua. 

Sempat Pesta Blogger berganti nama menjadi ON OFF di tahun 2011 dengan harapan bisa menjadi event yang lebih inklusif. Di sini kami yang hadir tidak cuma bahas blog tapi juga membahas soal startup, UKM, dan sebagainya.”

A: “Bagaimana ceritanya bisa dicanangkan Hari Blogger Nasional?”

W: “Penentuan Hari Blogger Nasional tanggal 27 Oktober di tahun 2007 sendiri bersifat spontan. Tidak ada rencana sebelumnya. Hari itu masuk akhir pekan sehingga memungkinkan bagi semua tamu undangan termasuk para blogger saat itu untuk berkunjung ke Jakarta. 

Menkominfo RI saat itu Muhammad Nuh juga diundang untuk membuka Pesta Blogger di tahun 2007. Pas itu, kepikiran juga, bagaimana kalau hari ini selain pak menteri membuka Pesta Blogger juga sekalian ditetapkan pencanangan Hari Blogger Nasional. Beliau juga setuju dan akhirnya diumumkanlah hari tersebut ke publik.

Pikir saya saat itu, pasti ini bakal jadi momen bersejarah bagi para blogger nasional. Momen ini merepresentasikan momentum kebangkitan dunia digital di Indonesia. Saat itu dunia digital tanah air masih didominasi Facebook dan blog saja.”

A: “Bagaimana kondisi blogging di Indonesia saat ini? Apakah konten-konten blog Indonesia makin baik dan variatif?”

W: “Dari masa awal perkembangan blogging di tanah air, semangat para blogger untuk membuat konten sangat tinggi. Mereka menghindari tulisan hasil ‘copas’.

Seiring berjalannya waktu, tercipta peluang mencari uang dari blog tapi dengan banyaknya jumlah blogger dan tuntutan untuk memproduksi sebanyak mungkin konten, orang jadi terpikir untuk ‘copas’ aja. Nah muncullah fenomena blog copas. Tapi masih ada juga sampai sekarang blogger-blogger yang membuat konten orisinal.

A: “Kini teknologi Artificial Intelligence (AI) makin berkembang. Apakah blog bisa bertahan?”

W: “AI memang punya dampak bagi blog. Dengan bantuan AI, kini kita bisa membuat esai dengan mengetikkan kata kunci tertentu. Misalnya saya ingin menulis artikel tentang blogger dan memasukkan kata ‘blogger’ ke kolom AI itu. Dari kata kunci itu, AI akan menghasilkan tulisan. Jadi terbayang betapa mudahnya sekarang membuat konten tulisan.

Dengan kemajuan teknologi, kini muncul juga Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) yang bahkan sudah bisa membuat artikel dengan hanya diberikan beberapa kata kunci. AI tersebut akan menghasilkan sebuah tulisan/ artikel yang sekilas mirip dengan hasil tulisan manusia.

Saya sering ditanya mengenai resep bertahan dari awal 2000-an sampai sekarang. Sebenarnya kuncinya ada pada konten. Mediumnya bisa apa saja, yang penting kontennya. Kita harus memahami media sosial sebagai sebuah cara berkomunikasi dengan orang lain di platform digital. Jadi sekali lagi kuncinya bukan pada kemasan, tapi konten/ pesan.”

A: “Bagaimana dengan TikTok? Bisakah menggeser blog?”

W: “TikTok meskipun memang didominasi konten jenis video tapi masih ada unsur teks di dalamnya seperti caption, tagar dan teks dalam video. Jadi memang sangat berbeda dengan blog yang lebih dominan unsur teks daripada unsur visual, audio, dan video.

Kunci agar bisa bertahan lama, mempertahankan eksistensi di media sosial apapun baik itu blog hingga Instagram menurutnya adalah tujuan beraktivitas di media sosial. 

Orang-orang yang cuma iseng, nggak tahu mau ngapain, pasti tidak akan bertahan lama. Tapi mereka yang sejak awal sudah punya tujuan bisa lebih bertahan lama karena mereka juga punya strategi.

Ada 2 kunci utama agar bisa bertahan di jagat media sosial: menyenangkan (fun) dan relevan (relevant). 

Di era yang didominasi TikTok dan Instagram ini, blog masih bisa eksis karena masih ada kebutuhan orang untuk mengonsumsi konten teks. Selain itu, ada jenis konten yang bisa disampaikan lebih efektif jika dikemas dalam bahasa tulis, bukan bahasa gerak seperti video TikTok atau reels di Instagram.

Ada juga orang yang lebih nyaman menyampaikan suatu pesan melalui bahasa tulis. Orang-orang seperti ini biasanya mereka yang termasuk generasi baby boomers dan geriatric millennials.

Semua platform yang bahkan sekarang sudah dianggap jadul atau kuno pun masih bisa relevan karena masih ada kebutuhan untuk itu. Katakanlah koran, yang menurutnya masih bisa bertahan di era digital ini meskipun memang popularitasnya menurun. Hingga detik ini koran masih terbit karena masih ada orang yang merasa nyaman membaca berita yang dicetak di kertas. Dan para pembaca koran biasanya bukan tipe orang yang merasa harus membagikan komentar atau opini mereka soal suatu isu.

A: “Sebagian masyarakat mengeluhkan penurunan kemampuan menulis anak-anak muda generasi Z dan Alpha dibanding generasi sebelumnya. Bisakah blogging membantu mereka bisa menulis lebih baik?”

W: “Mereka sudah akrab dengan platform media sosial yang bukan platform menulis. Penyebab lainnya ialah karena anak-anak muda ini  juga tidak diajari menulis di sekolah.

Masalah yang dihadapi oleh mereka yang tumbuh sebagai generasi Z dan Alpha adalah mereka tidak diajari juga menulis untuk tujuan-tujuan yang aplikatif, misalnya menulis pesan email, menulis SMS/ pesan WhatsApp, dan sebagainya.

Itulah mungkin mengapa orang-orang Indonesia lebih mahir berhitung daripada mengarang.

Sebagai pengecualian adalah anak-anak yang memang orang tuanya memiliki profesi yang berkaitan dengan literasi. Tapi kalau orang tuanya tidak begitu suka menulis, bisa jadi anak-anak mereka berisiko kurang mahir menulis.

Agar anak-anak muda mau kembali belajar menulis, kita harus mengingat prinsip FUN dan RELEVANT. 

Jadikan kegiatan menulis sebagai sesuatu yang menyenangkan (fun). Kalau ada yang menulis belum bagus, janganlah ditertawakan. Justru harus dihargai. Karena dengan dihargai, mereka akan merasa butuh atau perlu menulis lagi.

Untuk membuat menulis menyenangkan, strategi gamification bisa dicoba. Dengan membuat aktivitas menulis seperti permainan, diharapkan generasi Z dan Alpha yang kurang akrab dengan budaya menulis akan lebih tertarik. 

Selain itu, masyarakat juga perlu diajak bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak muda untuk menulis. 

Masyarakat kita cenderung untuk tidak menoleransi kesalahan. Padahal manusia bukan malaikat. Salah sedikit saja, dihajar, di-bully.

Hal ini agar anak-anak muda tidak merasa terintimidasi untuk berkarya, tidak hanya dalam dunia blogging, menulis tapi juga dalam dunia kreatif pada umumnya.

A: “Bagaimana blog dalam beberapa tahun mendatang?”

W: “Blog akan berubah sesuai kebutuhan pengguna. Misalnya bisa jadi akan muncul fitur blogging dengan suara, yang membantu mengubah input berupa suara menjadi tulisan/ artikel blog. Ini bisa membantu mereka yang malas atau tak punya banyak waktu untuk mengetik untuk bisa menulis blog.

Bisa saja Kecerdasan Buatan dipakai untuk menulis blog tapi belum ada platform yang mengembangkannya sampai sekarang.”

Nah bagaimana, Civs? Tertarik ngembangin ide ini? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Akhlis

Editor in-chief website yang lagi lo baca