Esensi

TAK BANYAK GEN-Z TAHU, ENGKLEK BERASAL DARI ROMAWI

Selama ini kita cuma tahu engklek sebagai jenis permainan tradisional. Siapa sangka jika dirunut lagi sejarahnya ada kaitan dengan Romawi.

title

FROYONION.COM - Risiko sejarah yang diingat sebagai oral tradition, waktu pasti permainan engklek tidak pernah benar-benar dapat diketahui. Dalam situs hopscotch.id diketahui bahwa permainan engklek berasal dari Romawi. 

Ketika itu tentara romawi mulai melatih keseimbangan dan kekokohan badan dengan berdiri bertumpu satu kaki, lalu mereka mulai melompat-lompat. Proses melompat-lompat itu kemudian ditiru oleh anak-anak pada zaman itu sehingga muncullah istilah hop dan scotch yang berarti ‘melompat – memotong’.

Kalau dirunut lagi tentang bagaimana permainan itu kemudian masuk ke nusantara, maka kita harus melihat bagaimana perjalanan King Arthur. Raja pertama Inggris Raya itu bukanlah berasal dari tanah Inggris. Ia merupakan salah satu ksatria romawi, seorang bangsawan yang juga datang ke Inggris untuk mengajarkan agama Kristen. 

Namun demikian, raja yang kemudian dikenal dengan konsep knight of round table itu mulai mencintai Inggris Raya, terlebih setelah melihat penindasan yang dilakukan oleh bangsa Romawi.

Seperti para penjajah yang datang ke Indonesia, bangsa Romawi datang ke Inggris dengan topeng perdamaian, namun ada maksud lain yang dipendam. Pertama, mereka ingin memperkuat pasukan perang untuk melawan Yunani. 

Kedua, mereka ingin memperluas kekuasaan demi sebuah de facto kekuatan suatu negara. Namun, adanya pemaksaan dan kekerasan dalam proses pemerolehan dua hal itu memantik pertentangan dalam diri King Arthur yang kemudian membuatnya meninggalkan peradaban Romawi dan hidup di Inggris sebagai raja pertama di negara yang sampai sekarang dianggap sebagai adikuasa secara simbolis, bahkan ditakuti oleh Amerika.

Dalam proses akulturasi yang dilakukan oleh King Arthur terhadap Inggris itu, permainan hopscotch dari Romawi pun mulai dimainkan oleh anak-anak Inggris Raya. Melalui perjalanan dasar ini, kedatangan Inggris ke nusantara ditandai oleh Raffles menjadi salah satu kemungkinan munculnya permainan ini di Indonesia.

Selain oleh sebab hal itu, kemungkinan lain juga bisa dimunculkan melalui kedatangan Belanda. Pada masanya, Romawi dan Yunani adalah cerminan dua negara para dewa yang memberi pengaruh bahkan kepada kelahiran The Dutchman (julukan untuk masyarakat Belanda sebelum modernisasi). Tak heran apabila permainan semacam hopscotch kemudian ikut tersebar ke Belanda.

Kemungkinan ini lebih bisa dimaklumi penyebarannya yang luas di Indonesia. Dalam potret yang ada, banyak bangsawan Belanda yang bermain dengan anak-anak penguasa nusantara. Setelah adanya penyetaraan strata secara simbolis, terutama melalui pergerakan nasional, yang dimulai oleh Ki Hajar Dewantara dan R.A. Kartini, permainan engklek pun mulai dikenal oleh anak-anak Indonesia sebagai gim tradisional.

Melalui perjalanan historis yang panjang itu, permainan engklek menjadi sebuah metode yang bukan hanya menyenangkan bagi anak-anak tetapi mengolah kebugaran tubuh. Berdiri dengan satu kaki dan melompat-lompat kemudian adalah sebuah latihan keseimbangan motorik. Fungsi ini juga digunakan oleh ahli-ahli beladiri Indonesia.

Kalau diperhatikan dengan seksama, beberapa kuda-kuda persilatan Indonesia mempersiapkan kekokohan tubuh. Lutut kaki satunya diangkat sejajar dengan dada. Kesejajaran ini menjadi permulaan dari kekuatan tendangan. Hal ini kemudian menjadi cerminan tak langsung yang membuat anak-anak pemain engklek telah belajar ilmu beladiri sambil bersuka-cita.

Gerakan lain yang bisa diperhatikan dalam ilmu silat yang serupa dengan permainan engklek adalah keseimbangan gerak. Mereka yang berlatih silat biasa melakukan pemanasan lompatan kaki, ada yang menggunakan sepasang, atau sebelah kaki dengan tujuan tertentu. 

Lompatan itu dilakukan untuk melakukan gerakan berputar yang membuat salah satu kaki harus siap menumpu sebelum menjatuhkan diri ke tanah.

Semua pola keseimbangan itu kemudian mampu terserap dengan alami ke dalam tubuh anak-anak yang terbiasa memainkannya. Adanya keseimbangan gerak juga melahirkan keseimbangan kognitif, terutama ketika anak-anak memutuskan untuk melompati sebuah petak yang menjadi wilayah orang lain. Kecepatan dalam melangkah dan mengambil keputusan pun diuji di sini.

Anak yang terbiasa mengolah semua hal itu secara tidak langsung akan melatih pola berpikir cepat dan tepat, terutama dalam kondisi-kondisi pengambilan keputusan. Semua yang dilatih di usia dini akan membekas dengan kuat dalam pikiran dan dapat mempengaruhi secara positif di masa depan. 

Namun, seseorang yang tidak terlatih melakukan kegiatan sederhana ini akan kesulitan untuk mengambil keputusan dan bertindak spontan dengan tepat. Permainan engklek bisa menjadi metode yang baik untuk mentransformasikan gerakan dalam tindakan kognitif.

Namun demikian, bukan berarti engklek adalah satu-satunya permainan yang menghasilkan pola positif itu. Ada banyak sekali permainan tradisional yang bisa menjadi metode pengajaran kognitif dan motorik. 

Hanya saja, berkaca pada metode militer dan sejarah bela diri bangsa Indonesia, permainan engklek secara tidak langsung menjadi sebuah metode pertahanan diri yang menggunakan kaki sebagai pondasi kekuatan tubuh.

Dengan pengetahun ini, kita tidak boleh menganggap engklek sebagai permainan tradisional yang berasal dari Indonesia. Permainan ini seperti halnya tradisi lisan yang berkembang dalam pertumbuhan arus intelektual dunia, telah menjadi kekayaan umum dalam wujud permainan tradisional. Setiap negara dan bangsa memiliki gaya bermainnya yang beragam, penamaan yang juga berbeda, bahkan peraturan yang juga secara bebas dikembangkan. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Hamdan Mukafi

Selamanya penulis