Esensi

ROKOK SEBAGAI JEMBATAN PERGAULAN DAN PELEPAS EMOSI NEGATIF?

Rokok emang nggak baik buat kesehatan. Tapi, dampak negatif itu bukan berarti menjadikan rokok nggak punya sisi positif sama sekali.

title

Kegiatan merokok sudah menjadi hal lumrah terjadi di masyarakat. Berapa banyak sih, orang di sekitar kalian yang menjadi perokok aktif. Gue yakin, pasti banyak banget. Entah kenapa ya, setiap kali gue melihat orang yang merokok, rasanya kayak santai banget. Gue bukan seorang perokok, jadinya gue nggak tahu apa yang dirasakan oleh seseorang ketika merokok. Kita semua pasti udah tau lah ya, dampak negatif dari merokok, dan pastinya udah banyak juga yang bahas tentang itu. Tapi, setiap kali gue melihat temen merokok di hadapan gue dan melihat ekspresinya setelah hisapan pertama, aura mereka langsung berubah menjadi lebih santai dan rileks. 

Selain itu, gue merasa kalau orang yang merokok lebih mudah bergaul di lingkungan masyarakat. Kalian juga merasa kayak gitu nggak sih? Dari observasi lapangan yang gue amati dari perilaku kehidupan teman-teman gue, rata-rata mereka yang merokok lebih mudah mendapatkan teman, setidaknya dalam lingkaran perokok. Nah, ini dia sebenarnya yang bikin gue penasaran. Apakah ada ya pengaruh media rokok dalam hal berinteraksi sosial. Apakah mungkin ini juga salah satu dampak positif dari merokok? Selama ini, yang sering dihighlight dari perokok adalah sisi negatif mereka aja, dan menurut gue kegiatan ini nggak cuma menimbulkan dampak negatif aja kok.

Berangkat dari rasa penasaran itu, akhirnya gue memutuskan menjelajahi dunia internet untuk mencari karya tulis ilmiah yang membahas tentang perilaku merokok. Dari karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Septi Deri Aditias dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA GAYA HIDUP ANAK USIA REMAJA DI DESA SUKASARI KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR, menjelaskan bahwa salah satu alasan merokok dilakukan oleh remaja yaitu untuk mengurangi keadaan yang dapat menimbulkan perasaan negatif dan adanya kenaikan emosi, seperti tegang, cemas, dan sebagainya. Hal ini juga seakan diamini oleh salah satu remaja yang diwawancari oleh penulis karya ilmiah ini yang mengatakan jika tidak merokok kepalanya bisa pecah ketika sedang pusing memikirkan sesuatu.  

Selain itu Septi Deri Aditias juga menjelaskan bahwa seseorang yang merokok bertujuan untuk mendapatkan perasaan yang positif di dalam dirinya, merokok juga dapat menimbulkan rasa bangga karena dianggap sebagai lambang kedewasaan. Dari penjelasan ini gue mulai memahami kenapa temen gue yang merokok terlihat lebih rileks setelah hisapan pertama rokoknya.

Skripsi yang ditulis oleh Septi Deri Aditias juga menjelaskan, bahwa merokok dapat mempererat pergaulan antar teman, terutama jika teman kita juga merokok. Menurut gue, ini adalah pernyataan yang tepat. Kenapa? Karena gue juga mengamati perilaku teman-teman gue yang merokok. Bagaimana mereka bersosialisasi, bagaimana mereka berkomunikasi, dan lain sebagainya. 

Dari observasi yang gue lakukan, hasilnya berbanding lurus dengan pernyataan penulis karya ilmiah tersebut. Kalau gue boleh hubungin sama teori sotoy atau hipotesis gue, seseorang yang merokok bertemu dengan perokok lain akan lebih mudah bergaul karena memiliki minat dan atau media yang sama dalam proses bersosialisasi mereka, yaitu rokok. Dalam berinteraksi sosial, tentu akan lebih mudah dijalani jika terdapat kesamaan minat di dalamnya. 

Itu dia hal yang gue temukan dari rasa penasaran yang tiba-tiba muncul di kepala. Dari hasil pencarian ini, gue jadi tahu ternyata merokok juga punya dampak positif. Khususnya dalam urusan pelepasan emosi negatif dan dalam proses bersosialisasi. Meskipun gue yakin, rokok hanya salah satu medianya aja, dan masih banyak media lainnya yang mungkin akan lebih positif (?).  Sangat bagus kalau kalian yang merokok bisa mengganti media tersebut menjadi lebih positif, karena tidak bisa kita pungkiri bahwa dampak negatif dari rokok juga lebih banyak lagi. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Yazid Risman

Kalo memenuhi ekspetasi orang terlalu berat, minimal memenuhi ekspetasi diri sendiri dulu aja.