
Name dropping pasti pernah kita lakukan biar kelihatan keren atau mengintimidasi. Tapi apakah sebegitu insecure sampe harus bawa nama orang lain yang dianggap powerful?
FROYONION.COM - Lo pernah gak, lagi dalam perdebatan sama orang lain, terus salah satu dari kalian tiba-tiba mengeluarkan kata-kata, “bapak gue tentara!” atau “Om gue pak lurah, tau!” atau “awas lo ya, emak gue komite sekolah!” dan sejenisnya?
Nah ini lah yang disebut name dropping. Singkatnya name dropping merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah tindakan menyebutkan nama orang terkenal atau orang yang memiliki posisi penting dalam suatu konteks tertentu, demi menunjukkan bahwa mereka memiliki hubungan atau koneksi dengan orang itu.
Name dropping sendiri dilakukan demi berbagai tujuan misalnya meningkatkan citra diri, menunjukkan kepentingan, menunjukkan kekuasaan, menunjukkan kredibilitas, menarik perhatian hingga melakukan intimidasi.
Contohnya name dropping yang dilakukan oleh anak sulung dari Pangeran William dan Kate Middleton, Pangeran George. Jadi, ceritanya saat itu Pangeran George terlibat perkelahian sama teman-temannya dan ia pun ‘memperingati’ teman-temannya soal siapa bapaknya.
“My father will be King, you better watch out!”
Yah, namanya juga anak-anak, cara mereka berantem masih lucu-lucunya dan menggemaskan. Gue rasa kita semua pernah begitu, sih. Apalagi kalo bokap lo calon raja, kan sayang banget kalo seisi dunia gak tau, haha.
BACA JUGA: PERDEBATAN ‘MIDDLE CLASS’ JAKARTA MALAH BIKIN NETIZEN BEREBUT JADI ‘SI PALING MIDDLE CLASS’
Tapi name dropping sebenernya nggak dilakukan dalam perdebatan aja kok. Kadang, name dropping juga dilakukan untuk mempererat hubungan sama orang lain. MIsalnya lo dari kampus A terus rekan kerja lo dari kampus B. Nah, ceritanya lo ingin membangun hubungan pertemanan nih sama rekan kerja lo. Lo bisa memulai percakapan dengan name dropping.
“Eh lo dari kampus B, ya?”
“Iya.”
“Temen gue juga ada yang dari kampus B, lo kenal si C gak? Dia jurusan teknik juga.”
“Oh iya, kenal. Itu temen lo? wah gila dia molor mulu kalo di kelas.”
“Haha, emang pelor dia….”
Yah kira-kira seperti itulah. Ini adalah salah satu contoh saat name dropping yang digunakan untuk menjalin hubungan.
Kok iso?
Ya karena name dropping bisa digunakan untuk membangun interaksi dengan mencari sebuah topik yang lo dan ‘temen ngobrol’ lo pahami. Nah, berangkat dari topik yang sama-sama dipahami inilah terjadi percakapan yang berlanjut.
Intinya sih name dropping dilakukan seseorang untuk mengambil keuntungan dalam situasi sosial tertentu.
Terus emang kenapa kalo name dropping dipake saat lagi berdebat dan adu argumen?
Kalo kata gue sih, lebih baik lo hindari. Soalnya gini, saat melakukan name dropping dalam suatu perdebatan, kita cenderung untuk bawa nama orang yang kita anggap powerful dengan maksud tertentu.
Nah menurut gue, setidaknya ada dua alasan yang mendasari yaitu untuk mengintimidasi atau menunjukkan kredibilitas (yang bisa jadi kosong).
Sebagai seseorang yang mendukung perdebatan dan berargumen secara sehat, gue kadang melihat orang yang melakukan name dropping karena merasa insecure. Mereka barangkali nggak percaya dengan kapabilitas dan bobot argumen mereka dalam perdebatan sampe-sampe harus bawa nama orang lain yang berpengaruh agar lawannya merasa powerless.
Lebih jelasnya berikut alasan kenapa gue berasumsi orang yang sering melakukan name dropping dalam perdebatan itu insecure.
Yap, seperti yang udah gue bilang tadi, penggunaan name dropping salah satu tujuannya untuk mengintimidasi lawan bicara. Hal ini karena orang yang menggunakan name dropping memperlihatkan koneksinya ke orang-orang yang powerful agar terlihat lebih berpengaruh karena punya kenalan orang penting.
Kasarnya sih untuk mengungkapkan ‘jangan macam-macam sama gue, lo bakal gue bikin susah’ gitu secara tersirat biar lo menciut.
Padahal ya, kita juga gak tau dia beneran deket atau cuma sekedar kenal aja. Barangkali orang yang bersangkutan juga nggak kenal-kenal amat sama dia. Hahaha.
Nah, efeknya ke lo (sebagai lawan debatnya) akan merasa tidak sebanding atau tidak memiliki koneksi yang cukup powerful seperti dia, sehingga lo merasa nggak nyaman atau kehilangan kepercayaan diri dalam beradu argumen sama dia.
Kalo lo terpengaruh karena penggunaan name dropping dalam perdebatan, lo akan dibuat tunduk ke dia sehingga lo tidak lagi mempertahankan argumen atau pendapat lo. Buruknya lagi, pada akhirnya kalian nggak mendapatkan kata sepakat atau pencapaian apapun dalam perdebatan itu.
Kenapa gue bilang kredibilitas semu? Ya karena kita gak tau itu beneran atau palsu, coy. Tidak ada jaminan dan kepastian kalo si A kenal sama pejabat C, maka si A punya kemampuan atau kapabilitas akan suatu hal. Dan parahnya lagi, mungkin si pejabat C juga gak kenal-kenal amat sama A.
Nah penggunaan name dropping dalam perdebatan bertujuan agar orang lain lebih percaya akan argumen yang dibawakan karena dia memiliki koneksi dengan orang yang berpengaruh. Jadi secara tidak langsung, kita jadi mempercayai kredibilitasnya.
Padahal, justru sebaliknya. Kalo lo nemu orang yang kaya gini, harusnya lo pertanyakan kredibilitas dan kepercayaan dirinya. Soalnya, mereka yang terlalu menggembar-gemborkan koneksinya alih-alih pencapaiannya yang kredibel malah menunjukkan kalo dia nggak kredibel banget.
Jadi yah, hemat gue penggunaan name dropping dalam perdebatan malah menunjukkan rasa insecure orang tersebut. Apalagi kalau digunakan terus menerus dan berkesinambungan. Satu hal yang perlu lo tahu ya, penggunaan name dropping dalam perdebatan juga bisa termasuk dalam bentuk manipulasi.
Gue harap dengan ini lo jadi lebih aware soal penggunaan name dropping. Name dropping mirip kaya dua mata pisau, bisa bermanfaat atau merugikan. Tergantung lo menggunakannya untuk apa. Kalo ada yang pakai ini untuk perdebatan, gue harap lo bisa sadar kalo name dropping mungkin digunakan untuk memanipulasi lo. At least kalo lo udah sadar sedari awal, maka akan lebih mudah buat lo menanganinya. (*/)