Esensi

MUNGKIN YANG LO TAHU SOAL IKIGAI SELAMA INI KELIRU

Ikigai jadi salah satu konsep memandang hidup yang penting ala orang-orang Okinawa, Jepang. Tapi, katanya sih konsep ini cukup misleading di zaman sekarang. So, mari kita kupas bareng, Civs!

title

FROYONION.COMNew Year, New Me’, adalah salah satu pernyataan yang mungkin paling ‘kosong’ tapi juga paling sering dicetuskan banyak orang tiap mau tahun baruan. Bulan Januari biasanya jadi ajang buat berlomba-lomba supaya terlihat makin ‘beda’ dan lebih positif dari tahun sebelumnya. Padahal, perubahan nggak terpatok tanggal di kalender, dan ngelakuin hal-hal positif nggak perlu nunggu tanggal 1 Januari dulu.

Apalagi di zaman sekarang, di tengah-tengah kuatnya arus globalisasi, semakin banyak juga tekanan dari ‘masyarakat’ supaya kita bisa terlihat sempurna dan sukses, baik dari sisi finansial dan mental. Kita jadi sering bandingin diri sama orang lain, seakan-akan lo nggak bisa dianggap sukses kalo belom jadi kayak anak tetangga sebelah rumah yang baru lulus tes CPNS.

Alhasil, hidup kita cuma untuk menjaga ekspektasi dari orang lain. Nggak bisa berkembang dan cari sumber kebahagiaan juga tujuan hidup yang pasti beda-beda tiap individunya. 

Di umur yang sekarang, pernah nggak sih kalian ngeliat ke ‘dalam’ diri dan hati kalian sendiri? Pernah nggak untuk nanya ke diri sendiri, “Hal-hal apa sih yang gue pengen di hidup gue?”. 

Dari sekian banyak cara memandang hidup, mungkin Jepang jadi salah satu negara yang masyarakatnya selalu punya cara kecil untuk nemuin ‘bahagia’ bahkan di kondisi sulit sekalipun. Salah satunya dengan Ikigai.

Ikigai adalah alasan yang membuatmu rela bangun pagi-pagi.”

Kalimat ini sering banget gue liat dari beberapa artikel dan sumber lainnya tentang Ikigai. Beberapa kali juga disebutin bahwa Ikigai adalah kunci buat nemuin tujuan hidup manusia lewat ‘kebahagiaan’, Civs. Bahkan, hal terkecil kayak minum teh pagi-pagi, atau bangun tidur dan sekilas baca koran, itu juga bisa termasuk Ikigai, se-simpel itu.

Istilah Ikigai menurut orang Jepang sih lebih menjurus ke praktiknya sehari-hari, bukan definisi terhadap ‘ideologi’ hidup itu sendiri, kayak istilah Stoicism atau Essentialism di negara-negara barat.

Menurut salah satu sumber yang gue baca, istilah Ikigai yang kebanyakan orang jaman sekarang mungkin pernah denger ternyata cukup misleading dan nggak akurat. Ada 4 pilar utama di dalam diagram Ikigai menurut media-media mainstream.

 

Sumber: https://savvytokyo.com/

 

Framework ini nggak sepenuhnya akurat dan sesuai sama nilai yang dijunjung orang-orang Jepang. Di negara-negara barat, elemen Ikigai harus saling berkaitan, di mana hal yang lo kerjakan harus lo sukailo jago di situdibutuhkan masyarakat, dan harus bisa jadi cuan.

Kata ‘Ikigai’ ini bisa dengan mudahnya dilontarkan di media-media tanpa mungkin tau arti yang sebenarnya. Konsep hidup Ikigai nggak selalu harus kayak diagram di atas. Dan yang terpenting, Ikigai nggak selalu berada di tengah-tengah lingkaran elemen itu.

Artinya, tiap orang punya prioritas yang beda dalam hidup. Mungkin aja, kita sebenernya cuma bingung menempatkan porsi yang pas dalam setiap kegiatan sehari-hari kita. Ukuran elemennya juga nggak harus sejajar dan punya volume yang sama.

Contohnyalet's say lo suka jadi volunteer untuk urusan kemanusiaan, kayak bagi-bagi nasi bungkus, atau galang dana untuk korban bencana. Tentunya lo suka dengan kegiatan itu, lo ngerti channel dan media apa yang bisa lo manfaatin untuk bisa jadi volunteer, dan tentunya, masyarakat dunia butuh lebih banyak orang kayak lo. Tapi, apakah dengan jadi volunteer lo bisa dibayar sama pemerintah, gitu? Nggak juga.

Dan kalo gue bilang hal yang lo lakukan itu adalah Ikigai, maka gue juga nggak salah. Karena lo seneng ngejalaninnya, dan lo bahagia dengan melakukan itu.

Your Ikigai isn't always something you need to make money from.

Kebahagiaan kecil yang lo dapatkan dari kegiatan-kegiatan ini adalah kebahagiaan sesungguhnya yang lo bisa rasakan, dan itu private buat hidup lo seorang. Uang bakal jadi hal yang paling ‘nggak penting’ yang bisa lo dapetin, selagi lo merasa elemen-elemen lainnya udah cukup bikin lo bahagia dan ngerti tentang tujuan hidup lo.

Ken Mogineuroscientist dari Jepang bilang kalo Ikigai bisa jadi hal kecil yang bikin hari lo berjalan seperti semestinya. Di sisi lain, Ikigai bisa jadi hal besar yang merubah hidup lo, tujuan yang besar, kayak pergi ke Mars atau jadi Perdana Menteri di sebuah negara.

Menurut Ken, Ikigai tuh bisa jadi hal kecil dan hal besar dalam sebuah spektrum. Dan kompleksitas Ikigai itu sendiri sama dengan kompleksitas dalam hidup kita masing-masing, Civs.

“Kamu bisa menghargai kebahagiaan kecil dalam hidup, dan ini yang terpenting. Ikigai itu private di dalam diri kita,” Kata Ken.

Kalo kita tarik ke belakang, pemikiran Ikigai berasal dari salah satu prefektur di Jepang, yaitu Okinawa. Di salah satu kampung di sana, namanya Ogimi, jadi salah satu daerah dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia dan juga jadi ‘rumah’ buat para centenarians (orang dengan umur 100 tahun) dengan rasio tertinggi di dunia (dari 100.000 penduduk, ada 68 orang centenarians).

Jadi, bisa ditarik kesimpulan kalo hidup yang bahagia erat kaitannya sama umur yang panjang, mengingat Ikigai juga lahir dari tempat itu. 

Masyarakat Ogimi bilang, kalo rahasia umur panjang adalah tetap aktif berkegiatan dan juga jangan cemas ataupun stress berlebihan. Ibu-ibu di sana juga masih aktif berkebun dan panen buah-buahan dan sayuran sendiri, menjaga tubuh tetep fit dan juga pikiran yang nggak terbebani sama suatu hal.

Mengingat kebanyakan dari kita di zaman sekarang hidup dengan tuntutan berlebih, dan juga makanan yang kurang sehat, maka kita juga harus bisa lebih perhatian sama diri sendiri. Mulai buat sering aktif olahraga, dan jangan terlalu stress dalam kerjaan. Kalo tuntutan kerjaan lo emang berat, sebisa mungkin lo seimbangin sama hal lain yang bisa membawa kebahagiaan buat lo.

Balik lagi, Ikigai nggak melulu harus punya elemen yang saling berkaitan. Semua orang punya waktu dan porsi prioritasnya masing-masing. Yang terpenting, hal yang lo lakukan bisa memercik kebahagiaan dalam diri lo dan juga lingkungan sekitar. Bahagia nggak mesti berasal dari hal yang besar dan pencapaian yang masif, hal kecil juga bisa cukup bikin lo bahagia, asal lo juga bisa memandang segala sesuatunya dengan lebih baik.

Jadi, apa lo tertarik buat ‘ngulik’ lebih dalam tentang Ikigai dalam diri lo, Civs? (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Garry

Content writer Froyonion, suka belajar hal-hal baru, gaming, dunia kreatif lah pokoknya.