In Depth

MENJADIKAN PATAH HATI SEBAGAI AKTUALISASI DIRI

Sudah semestinya patah hati tidak melulu diratapi. Tapi karenanya bisa dijadikani bahan aktualisasi diri. Seperti halnya Ranting Mangga yang melakukan creative journaling dan Ali Ma’ruf yang membukukan tulisan-tulisan di sosmednya.

title

FROYONION.COM - Tidak bisa tidak, anak muda rawan dengan yang namanya patah hati. Dari mulai hubungan asmara yang gagal, cita-cita yang berantakan, hewan kesayangan yang meninggal, menanggung permasalahan keluarga, dan lain sebagainya. Pun banyaknya kasus patah hati sudah semestinya semua pihak aware

Tapi sayang hal yang seharusnya diperhatikan itu tidak selalu diterapkan. Seperti yang disampaikan oleh Ali Ma’ruf dalam acara “Merayakan Patah Hati” yang diadakan oleh Mojok x By.U, ia menyoroti bagaimana patah hati masih kurang menjadi sorotan. 

“Aku habis baca beberapa buku, semuanya mengatakan hal yang sama, kalau patah hati atau kehilangan itu sakitnya luar biasa. Bahkan bisa mengakibatkan kematian. Tapi perhatian kita terhadap itu sedikit. Kantor-kantor sudah banyak yang memberikan cuti haid, tapi nggak memberikan cuti patah hati. Padahal itu penting. Karena ketika patah hati perkerjaan bisa jadi berantakan,” kata Ali pada Sabtu, 24 Juni 2023 di Kancane Coffee & Tea Bar Sleman, Yogyakarta. 

Diskusi oleh Ali Ma’ruf, Ranting Mangga, Zahwa Islami, dan ELya Ra Fanani di acara “Merayakan Patah Hati” yang diadakan oleh Mojok x By.U pada Sabtu, 24 Juni 2023. Sumber: Dokumentasi pribadi. 

Ali Ma’ruf memang vokal dalam menyuarakan berbagai fenomena patah hati. Karena menurut pengakuannya, ia cukup lama untuk bisa berdamai dengan patah hati. Sampai-sampai dirinya kerap membagikan pengalamannya di media sosial. Dari tulisan-tulisan di medsos itulah, akhirnya Ali ditawari oleh Buku Mojok agar tulisannya dibukukan. Dan singkatnya pada 2019 terbitlah buku Perihal Cinta Kita Semua Pemula.

“Buku itu isinya tentang kegelisahanku soal cinta.  Ada juga hubungan yang tidak selesai dengan mantanku yang akhirnya berlarut-larut. Banyak hal yang mengakar di kepala. Kepala jadi berisik. Nah untuk menangkal itu aku share di medsos dan akhirnya Buku Mojok menawarkan agar menerbitkan buku itu,” katanya. 

Buku Perihal Cinta Kita Semua Pemula laris di pasaran. Bahkan pernah juga diangkat menjadi film pada 2021. Pun buku itu semacam menjadi ajang aktualisasi diri Ali Ma’ruf yang pada akhirnya bisa membuatnya berdamai dengan masa lalu. 

“Setelah berdamai, mantanku menikah, semuanya enteng. Jadi bisa dibercandain. Dan kalau membaca buku itu banyak hal bercanda. Karena tragedi ketika sudah terlewati akhirnya jadi komedi,” tutur Ali. 

Hal itu pun turut dikonfirmasi oleh Ranting Mangga, narasumber di acara yang sama, bahwa patah hati itu justru menjadi hal yang penting. Karena dengannya kita jadi bisa punya pengalaman. Jadi ada hal yang bisa diceritakan dan ditertawakan kemudian hari. Bahkan lebih pentingnya lagi dari situ bisa menumbuhkan rasa kepekaan dan toleransi. 

“Ke depannya kita jadi bisa memiliki kepekaan dan toleransi yang lebih. Kayak misal ada teman yang patah hati terus cerita, kita tidak menyepelekan dan akan paham karena pernah di fase itu. Jadi nggak mudah menghakimi ketika ada seseorang yang curhat,” kata Ranting Mangga pada Sabtu, 24 Juni 2023 di Kancane Coffee & Tea Bar Sleman, Yogyakarta. 

AKTUALISASI DIRI MELALUI CREATIVE JOURNALING 

Jika Ali melakukan aktualisasi diri dari patah hati dengan membagikan pengalaman di sosmed lalu menjadi buku, tidak jauh berbeda dengan Ranting mangga yang melakukan creative journaling. Creative journaling di sini berangkat dari skill yang memang sudah dimiliki oleh Ranting Mangga sebelumnya. 

“Saya sendiri bersyukur mempunyai dunia journaling, sehingga ketika patah hati pun larinya bisa kesitu dan menjadi tulisan. Di mana tulisan-tulisan itu akhirnya menjadi buku yang baru saja saya terbitkan. Buku itu adalah kumpulan tulisan-tulisan saya ketika patah hati,” ujar Ranting Mangga. 

Buku yang dimaksud Ranting Mangga adalah buku yang berjudul Memori-memori yang Cecer di Setapak Jalan. Awal mula buku itu bisa terbit, lantaran Ranting ditawari oleh sebuah penerbit. Tapi hal yang lebih mendasarinya lagi adalah ia tergugah lantaran DM di Instagram-nya. 

“Dulu itu kayak malu, karena ada beberapa hal yang tidak bisa terlihat di sosmed Ranting Mangga. Karena bener-bener kalo dibaca lagi menyedihkan. Jadi agak ragu-ragu mau menerbitkan buku ini atau tidak. Tapi karena DM itu akhirnya saya mau untuk menerbitkan,”  imbuh Ranting. 

Melalui buku Memori-memori yang Cecer di Setapak Jalan, Ranting juga ingin menjadi teman bagi para pembacanya. Karena dirinya meyakini bahwa semua orang pernah patah hati. Pun alih-alih menyalahkan mantannya, ia justru berterima kasih kepadanya. Sebab kalau ia tidak pernah di fase patah hati, tidak akan bisa ia menulis buku itu dan duduk menjadi pemateri dalam sesi diskusi di acara “Merayakan Patah Hati”. 

Perlu menjadi catatan juga bahwa poin yang disampaikan Ranting ketika kita berada di fase patah hati ini salah satu hal untuk mengantisipasi adalah dengan journaling. Sebab bagi Ranting, patah hati termasuk hal yang tidak bisa kita perkiraan, sehingga journaling adalah teman dan bisa menjadi solusi atas hal itu.

Pun lebih jauh lagi, Ranting merasa hidupnya lebih baik dan memperoleh banyak manfaat melalui journaling. Ia jadi bisa lebih mengenali diri sendiri. Bahkan ketika dihadapkan di suatu permasalahan Ia tidak melulu menyalahkan diri sendiri dan orang lain, tapi menjadikannya semacam cerita yang hanya mampir saja.  

“Simpelnya journaling itu adalah wadah untuk perasaan kalian sendiri. Karena definisi journaling yang saya sederhanakan adalah menumpahkan segala perasaan dan pikiran ke dalam notebook. Dan itu bukan hanya bentuk tulisan, bisa berbentuk gambar, yang suka menempel ya silahkan, dan itu sangat bisa menuntun kalian untuk bisa menyelesaikan masalah,” ungkap Ranting.  (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Khoirul Atfifudin

Masih berkuliah di Universitas Mercu Buana, Yogyakarta. Saat ini sedang memiliki ketertarikan pada dunia musik dan tulis-menulis.