
Zaman sekarang masih percaya jin biar dagangan rame? Nyatanya masih ada aja pedagang yang diduga cari jalan pintas dengan pasang penglaris. Beragam mitos beredar dari yang aneh sampai menjijikkan!
FROYONION.COM - Dunia usaha emang jadi dunia yang penuh tantangan. Selain butuh mental dan ketekunan, seorang pengusaha juga harus pinter cari cara biar usahanya bisa sustain. Masalah sepi pelanggan jadi momok tersendiri buat para pedagang, belum lagi persaingan dengan pedagang lain. Jika kondisi ini dibiarin terus-terusan usaha terancam merugi hingga bangkrut. Daripada bersabar dan melewati semua prosesnya secara perlahan, para pedagang yang frustasi ini akhirnya memilih jalan pintas yang wow, serem broo..
Para dedemit, jin, dan sebangsanya dipercaya jadi tim marketing atau koki ghaib yang bisa mendatangkan pelanggan dalam waktu singkat. Bisa gitu ya, lulusan S3 Marketing sama chef profesional mah kalah Civs. Cara dan ajiannya yang gue tau sih beragam banget, sebagian sampai bikin geleng-geleng kepala.
Ngomong-ngomong soal penglaris dagangan, gue pribadi punya cerita tersendiri soal fenomena ini. Dulu gue pernah nemenin ibu gue jadi pedagang musiman di kaki lima. Suatu hari ada satu pedagang yang jual barang-barang klenik atau barang-barang yang berhubungan dengan praktik perdukunan.
Pedagang itu jualan di mobil pick up dan dengan lantang nawarin barang jualannya ke orang-orang yang ngelilingin mobil itu. Karena penasaran dia jual apa, gue ikut dengerin penjelasannya dari jauh.
Dia nunjukin satu barang yang yang dibungkus kain hitam berbentuk kotak, kira-kira bentuknya kaya kalung yang dipake Si Pitung. Katanya sih kalau disimpan di tempat usaha, bisa bikin usaha jadi rame. Ya, mungkin itu salah satu contoh jimat penglaris yang dijual secara terbuka ya Civs.
Cerita lain datang langsung dari sepupu perempuan gue yang punya kelebihan bisa liat hal-hal gaib. Dia pernah cerita kalau dia liat ada “mbak-mbak pucat” yang ga bisa gue liat sedang melambai-lambaikan tangan di depan satu toko material, katanya ngajak biar orang-orang pada beli di toko itu.
Meskipun kedengarannya nggak logis, tapi praktik kaya gini emang udah cukup terkenal di tengah masyarakat kita. Dikutip dari beragam sumber, banyak mitos soal ciri-ciri pedagang yang pake penglaris. Contohnya kaya di bawah ini:
1. Makanan jadi nggak enak jika dibawa pulang
Ciri yang pertama terjadi pada kasus pedagang yang berjualan makanan. Konon katanya makanan jadi ga enak kalau dibungkus dan dimakan di rumah. Padahal jika dimakan langsung di tempat, makanan itu terasa sangat enak. Mitosnya hal ini terjadi karena kekuatan penglarisnya hilang jika melewati perempatan atau jembatan. Beberapa juga mengatakan rasa makanan akan berubah tidak enak bila pelanggan berdoa sebelum memakannya.
2. Tempatnya kotor
Biasanya tempat yang disinyalir memakai praktik ini tidak memperhatikan kebersihan dan kehigienisan. Konon ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi si pelaku usaha agar praktik penglarisannya lancar.
BACA JUGA: MEMBONGKAR MITOS-MITOS YANG ADA DI INDUSTRI KREATIF
3. Membuang-buang bahan makanan
Mitosnya pedagang yang memakai penglaris suka dengan sengaja buang-buang makanan yang diolahnya. Hingga akhirnya bahan makanan tersebut banyak berceceran di gerobak atau lantai. Banyak yang menduga bahwa bahan makanan yang terbuang itu dimaksudkan untuk memberi makan sang jin penglaris, serem juga ya Civs.
4. Diolah langsung pemilik
Kalau kalian pernah liat film-film horor soal penglarisan, ini adalah salah satu persyaratan yang harus dilakukan. Sang pemilik harus turun tangan langsung membuat olahan makanan. Tak jarang beberapa cara menjijikkan dilakukannya. Kaya kasus yang sempat viral yang memperlihatkan pedagang bakso terekam meludahi mangkuk dagangannya, atau pelanggan yang menemukan celana dalam yang ikut direbus di dasar panci kuah bakso. Sungguh terlalu..
5. Tempat usaha ramai luar biasa
Bila dilihat secara kasat mata, tempat usahanya ramai bukan main, tapi ramainya ga wajar jika dibandingkan dengan toko lainnya. Pendapat ini disampaikan oleh Om Hao, sosok yang terkenal di Kisah Tanah Jawa sekaligus seorang retrokogniser.
Praktik penglarisan ini seolah udah jadi rahasia umum, penggunaan “jasanya” tentu tidak gratis. Ada konsekuensi yang harus dibayar oleh sang pelaku. Pedagang dengan penglaris harus getol menyediakan atau melakukan persyaratan yang telah disepakati di awal.
Jika dia gagal, maka jin yang dipeliharanya akan marah dan meminta tanggung jawab. Menurut mitos yang beredar praktik itu meminta berbagai hal mulai dari sesajen, tumbal hewan bahkan manusia. Definisi dibutakan oleh harta, hanya demi kekayaan sesaat nyawa orang terdekat pun rela digadaikan.
Terlepas dari pernyataan di atas, belum ada penjelasan ilmiah yang bisa membuktikan kebenarannya. Semua hanyalah mitos yang berkembang di kalangan masyarakat yang mengingatkan kita untuk selalu menjaga keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meningkatkan ibadah. Yang terpenting selalu biasakan berdoa sebelum makan dan cermat ketika membeli sesuatu.
Nah dibandingkan melakukan hal-hal di luar nalar yang sudah pasti melanggar ajaran agama manapun, sebaiknya kita melakukan pengembangan usaha dengan cara yang lebih rasional aja deh, Civs.
Mempelajari teknik marketing yang tepat dan membuat fasilitas yang nyaman di tempat usaha bisa menjadi alternatif mengundang pelanggan untuk datang. Melakukan evaluasi dan peningkatan terhadap kualitas dan rasa produk secara berkala lebih bisa membuat pelanggan tetap loyal pada produk kita.
Sebuah kesuksesan itu nggak bisa diraih dengan cara yang instan, Civs. Orang mie instan aja masih butuh diproses hehe. Bersabar dan selalu bersifat jujur, maka hati akan tenang, cuan pun datang. (*/)