In Depth

MENGOBROL SOAL POLITIK HINGGA BUDAYA MASA KINI DI PUTCAST LIVE ON STAGE

Putcast menampilkan 4 sesi dalam acara tersebut yang membicarakan tentang Kebudayaan, Politik, Desa, dan Komedi. Nah obrolan apa saja yang mereka bahas bisa kalian simak di tulisan ini!

title

FROYONION.COM - Bagi yang mengikuti Mojok.co, terutama di YouTube-nya, tentu sangat familiar dengan acara bertajuk Putcast (Puthut EA Podcast). Sebuah acara yang dipandu oleh Kepala Suku Mojok, Puthut EA dengan menghadirkan narasumber di berbagai bidang keilmuan. Namun berbeda dari biasanya, pada Rabu, 28 Maret 2023 justru diadakan secara live di Balakosa Coffee & Co, Yogyakarta dengan tajuk “Putcast Live On Stage 4 Jam++ Nonstop”. 

Setidaknya acara tersebut diadakan sebagai perayaan ulang tahun Puthut EA yang ke 46 tahun, ulang tahun Mojok yang jatuh pada 1 Ramadan jika mengacu pada kalender Hijriyah, dan perayaan 200 episode Putcast yang selalu tayang di YouTube.

Terbilang acara ini sangat menarik. Mengingat ada 4 sesi yang disuguhkan dengan mengangkat topik yang berbeda satu sama lain; “Mengingat Kembali Tradisi dan Budaya Bangsa”, “Politik Hukum dan Kedaulatan Rakyat”, “Masa Depan Desa”, dan “Pasar Komedi”. Pun patut diapresiasi bahwa Puthut EA berhasil memandu keempat-empatnya secara optimal. 

Dan jangan salah, untuk mengantisipasi para pengunjung yang bosan, pihak penyelenggara melalui MC memberikan ice breaking/quiz dengan hadiah berupa buku-buku terbitan Buku Mojok. Tak luput juga turut menampilkan tiga Standup Indo Jogja. 

BERLANGSUNGNYA ACARA PUTCAST LIVE ON STAGE

Sekitar pukul 19.00 WIB lebih, Doel Kembar selaku MC membuka jalannya acara lalu setelahnya mempersilahkan Pemimpin Redaksi Mojok.co, Agung Purwandono untuk memberikan sambutan. Kemudian, sembari menunggu kesiapan pembahasan di sesi pertama, ada penampilan dari Standup Indo Jogja yakni Andang Ristian.

Setelah Andang selesai mengocok perut audiens, Sesi pertama pun dimulai. Kali ini menghadirkan Irfan Afifi (Budayawan & Pendiri Langgar.co) dan Muhidin M. Dahlan (Pendiri Radio Buku & Warung Arsip) dengan mengangkat tema “Mengingat Kembali Tradisi dan Budaya Bangsa”. Harus diakui bahwa kedua narasumber ini memiliki background yang berbeda. Irfan Afifi lebih fokus menilik sejarah islam, sedangkan pria yang akrab disapa Gus Muh ini lebih fokus ke kajian-kajian yang orientasinya “kekiri-kirian”. 

Namun justru dari situ membuat obrolan menjadi bernas dan kaya akan susut pandang. Intisarinya, Gus Muh mencoba sedikit-banyak membuka sejarah tentang kenapa diskusi kebudayaan di Indonesia menjadi mandek setidaknya setelah tahun 1965. Sedangkan Irfan Afifi lebih banyak memberikan tawaran-tawaran bahwa sebagai bangsa Indonesia kita harus mengenali jati diri sebagai bangsa Indonesia. 

“Kita bangsa yang selalu mengikuti arus. Sehingga kita hanya menjadi konsumen bukan produsen. Kita boleh belajar ilmu dan kebudayaan asing. Tapi kita harus mengenali kebudayaan diri kita sendiri,” tegas pendiri Langgar.co itu. 

Obrolan pun sebenarnya masih bisa diteruskan. Tidak hanya berjam-jam bahkan bisa.  Namun berhubung terkendala waktu, akhirnya harus selesai dan diganti oleh sesi berikutnya. Dan sebelum masuk ke sesi kedua, ada lagi penampilan dari Standup Indo Jogja yakni Miftajhul Ilmy. 

Setelah penampilannya selesai, Puthut EA dan kedua narasumber yakni Zainal Arifin Mochtar (Ketua Departemen Tata Negara FH UGM) dan Suki Ratnasari (Ketua Pusat Bantuan Hukum Peradi Kota Yogyakarta) memasuki ruangan diskusi. Tentu sesuai tema, “Politik Hukum dan Kedaulatan Rakyat”, diskusi ini erat disambungkan dengan pemilu 2024. 

Zainal Arifin Mochtar menjabarkan bahwa di Indonesia partai-partai tidak jelas ideologinya. Tidak ada beda antara ideologi partai Nasdem dengan Gerindra. Tak ayal dari situ setiap pemilu kita hanya disodorkan dengan sosok, bukan ide. Padahal ide atau gagasan dari para calon pemimpin itu yang mesti dijadikan pertimbangan warga Indonesia untuk memilih. 

Bukan hanya itu saja, problem lainnya bahwa Indonesia masih dikuasai oleh oligarki. Walhasil membuat negara ini tidak bisa maju dan berkembang. Bahkan Suki Ratnasari pun turut pesimis jika rakyat Indonesia bisa berdaulat atas dirinya sendiri.

Menariknya di akhir obrolan, Puthut EA memancing dengan pertanyaan lugas apakah Pemilu 2024 akan berjalan sesuai rencana? Nah kedua narasumber sepakat bahwa mereka masih ragu-ragu kalau pemilu 2024 akan berjalan tepat waktu.

Tidak kalah penting juga, ada sesi ketiga setelah yang membicarakan tentang “Masa Depan Desa”. Untuk sesi ini ada dua narasumber yakni Wahyudi Anggoro Hadi (Kepala Desa Panggungharjo) dan Wasingatu Zakiyah (penggagas Desa Anti Politik Uang Sadonoharjo). Tentunya pembahasan mengenai desa menjadi penting lantaran masih banyak yang mengasumsikan bahwa di desa kondisinya selalu berjalan begitu wajar, desa sebagai naungan bagi para pensiun, di desa tidak ada konflik, dan selalu damai. Padahal di balik itu semua desa justru memiliki problem yang cukup pelik. 

Salah satu problem yang dimiliki desa adalah terkait politik uang. Sudah menjadi rahasia umum bahwa praktik tersebut selalu menyelimuti desa di setiap pemilu. Ironinya praktik semacam itu selalu diwajarkan, padahal hal tersebut salah kaprah. Bagaimana negara mau sehat jika masih ada money politik. 

Oleh karenanya penting bagi semuanya saja terutama yang konsen ke dalam desa untuk memberikan perubahan, baik perubahan untuk menangani masalah politik uang maupun perubahan yang lainnya. 

Wasingatu Zakiyah memberikan tawaran jika mau menggapai perubahan dalam desa, ada dua instrumen yang penting, yakni perempuan dan anak muda. Perempuan selalu memiliki peranan yang urgen sekaligus vital bagi semua desa. Merekalah yang sangat dekat dengan keluarganya masing-masing. Dan selain perempuan anak muda juga harus dilibatkan untuk mencapai perubahan yang lebih baik pada suatu desa. 

Waktu hampir menunjukan pergantian hari namun masih ada satu sesi terakhir yang mesti dituntaskan. Adalah perihal “Pasar Komedi” dengan menghadirkan Alit Jabang Bayi (MC Kondang Jogja) dan Mukti Entut (Komedian). Namun sebelum ke sisi ini, ada penampilan dari Pandu Dunia yang sangat membuat audiens terhibur. 

Sesi keempat memang sengaja diletakan di akhir supaya audiens menjadi fresh kembali setelah menyimak obrolan-obrolan sebelumnya yang sarat akan pembahasan yang bernas. Dan benar, di bagian ini kedua narasumber justru mengocok perut penonton. Mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan Puthut EA yang menyinggung soal karier maupun personal dengan amat menghibur. Tak ayal di sesi terakhir ini gelak tawa selalu menyelimuti ruangan di Balakosa Coffee & Co itu. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Khoirul Atfifudin

Masih berkuliah di Universitas Mercu Buana, Yogyakarta. Saat ini sedang memiliki ketertarikan pada dunia musik dan tulis-menulis.