Esensi

MENGGALI MINDFULNESS DARI ADJIE SANTOSOPUTRO SEBAGAI UPAYA UNTUK SEHAT MENTAL DAN BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI

Dalam sesi Putcast Live Ruang Diri dan Kini di Festival Mojok 2023, Adjie Santosoputro membagikan pengetahuannya mengenai mindfulness. Praktisnya mindfulness adalah pendekatan yang bisa dilakukan agar seseorang bisa sehat mental, berdamai dengan diri sendiri, dan pulih dari luka batin.

title

FROYONION.COM - Di kalangan Generasi Z, isu mengenai kesehatan mental kerap sekali diperbincangkan. Sangking seringnya tak jarang membuat Generasi Z di judge oleh generasi sebelumnya. Padahal kalau mau fair, masalah kesehatan mental sebenarnya sudah ada di masing-masing generasi. 

Hanya saja kalau menurut Adjie Santosoputro dalam sesi "Putcast Live Ruang Diri dan Kini" di Festival Mojok 2023, orang-orang sebelum Generasi Z cenderung abai, berbeda dengan Generasi Z yang tidak sedikit menanggapinya secara lebay. 

Kenapa hal itu terjadi lantaran era ini penyebaran informasi terutama di sosial media mengalir dengan begitu deras. Praktisnya membuat Generasi Z rentan mengalami gangguan kesehatan mental. 

Bahkan dalam artikel di Suara.com ada informasi bahwa pengidap gangguan kesehatan mental di Indonesia dari tahun ke tahun angkanya terus meningkat. Kebanyakan ada yang di tahap depresi hingga keinginan untuk bunuh diri. Dan di prediksi akan ada 3,24 juta orang yang mengalami gangguan kesehatan mental pada tahun 2024 nanti. 

Tentu hal itu tidak bisa kita anggap sepele. Adjie Santosoputro pun mengatakan sebelum mengalami ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa), ada gejala ODMK (Orang Dalam Masalah Kejiwaan) terlebih dulu. Barangkali banyak diantara kita yang sedang mengalami gejala ini. 

“ODMK itu biasanya terjadi karena ada trauma di masa lalu. Pengalaman menyakitkan di masa lalu yang terus kita bawa sebagai luka batin di masa sekarang,” kata Adjie Santosoputro pada Minggu, (08/10).

Putcast Live di Taman Komunikasi Kanisius, Yogyakarta
Suasana penonton Putcast Live di Taman Komunikasi Kanisius, Yogyakarta pada Minggu, 08 Oktober 2023. (Foto: Dokumentasi penulis)

Dalam acara yang digelar di Taman Komunikasi Kanisius Yogyakarta itu, Adjie turut mengatakan tanda seseorang yang mengalami ODMK adalah hanyut dalam rasa kemalasan, malas berelasi dengan orang sekitar, terlalu baper menanggapi berbagai hal, memiliki rasa insecure yang tinggi, dan lain sebangsanya. 

Pun ketika keadaan itu menyerang, relatif banyak orang gagap dalam menanganinya, bahkan walau usianya sudah di taraf dewasa. Sehingga menurut Adjie ada dua hal yang bisa dilakukan ketika seseorang terjangkit masalah mental. Pertama adalah dengan memperbanyak literatur, entah membaca buku atau mencari solusi di berbagai platform yang ada. Kemudian yang kedua, lekas memberanikan diri untuk pergi ke orang-orang yang profesional di bidangnya, seperti psikolog atau psikiater. 

Selain dua hal itu, ada pentingnya juga untuk kita belajar berbagai pendekatan dalam menghadapi masalah kesehatan mental. Menurut Adjie ada dua model pendekatan. Pertama gaya barat, di mana ketika kita sedih, kita disuruh memakai energi kesedihan itu untuk berkarya. 

“Kalau kamu patah hati gunakan dirimu untuk bikin puisi. Makanya kalau ke barat itu banyak patung. Mungkin orang-orang barat zaman dulu kalau galau ya memahat dan jadilah patung. Itu pendekatan barat,” ungkap Adjie. 

Tapi Adjie sendiri justru mengkritisi cara itu. Sebab ia menyampaikan, ada seorang teman yang mengunakan energi patah hati itu untuk berkarya. Membuatnya terlihat sudah berdamai dengan luka batin dan patah hatinya. Padahal kenyataan tidak. Orang tersebut belum memproses luka hatinya dan terburu-buru untuk menjadikan patah hatinya untuk berkarya.

“Apa akibatnya? Karena dia sudah melakukan itu bertahun-tahun, akhirnya dia sedang mengembang-biakan monster yang ada pada dirinya. Di atas panggung kelihatan karyanya sudah berdamai tapi di bawah panggung menjadi monster yang nggak karu-karuan. Agresif kepada pasangannya. Agresif kepada teman-temannya,” terang Adjie.

“Dan ini sebabnya kenapa banyak artis yang di atas panggung kelihatan orangnya ramah dsb tapi dibalik itu keluarganya ambyar, relasi dengan orang sekitarnya nggak baik, cenderung menyakiti diri sendiri. Karena dia sudah tergesa-gesa menggunakan kesedihan untuk berkarya sementara dirinya belum memproses luka batinnya,” imbuhnya.

MINDFULNESS SEBAGAI JEMBATAN UNTUK PULIH DARI LUKA BATIN

Karena tidak begitu cocok dengan pendekatan gaya barat, Adjie yang merupakan lulusan psikologi UGM melakukan pendekatan dengan cara mindfulness yang boleh dikata menjadi model pendekatan ala Timur.  Bagi yang belum tahu, definisi mindfulness adalah keterampilan dasar manusia untuk hadir sepenuhnya serta sadar di mana ia berada.

“Melalui mindfulness, kalau semisal sedih, kamu diajak bukan untuk menyalurkan energi sedihmu menjadi karya, tapi gunakan energi untuk masuk ke kesedihan itu. Gunakan kesedihan sebagai jembatan menemukan dirimu sejati. Karena di mindfulness kita diajak untuk mencabut akar kesedihan itu,” papar Ajie. 

Testimoni yang diberikan oleh Adjie bahwa melalui mindfulness-lah hidupnya bisa terselamatkan. Menjadi pribadi yang lebih baik dari masa kelam yang pernah menyelimutinya. Pun katanya setiap hari ia melakukan mindfulness itu melalui meditasi. 

“Saya setiap hari berlatih untuk duduk diam, pejamkan mata, lalu meditasi. Saya melatih keterampilan untuk berelasi dengan pikiran dan perasaan saya. Dan ketika melakukan itu ada ingatan masa lalu yang mengganggu, saya tidak berusaha untuk melawan dan tidak berlatih untuk kalah dengan itu. Saya hanya menyadari saja, pikiran hanya pikiran. Ingatan hanyalah ingatan, bukan kenyataan. Jadi kita menjadi orang yang akan lepas dari ingatan itu dan menuju ke sisi pulih dari luka batin,” terangnya. 

Sisi pulih ini juga bisa dikatakan sebagai bentuk untuk berdamai dengan diri sendiri. Sebab bahayanya ketika orang belum berdamai dengan diri sendiri, ada kecenderungan untuk melukai orang lain. Hal itu disebabkan karena ada trauma respon yang dimilikinya. 

Adjie juga mengatakan kalau mindfulness berbeda dengan mengubah pikiran untuk selalu berpikir positif, seperti layaknya omongan motivator pada umumnya. Sebab ketika demikian, kita justru malah men-judge dan bersifat agresif kepada pikiran kita. Sementara tidak semua hal tergantung dengan apa yang kita pikirkan. 

“Kenyataan hidup nggak peduli perasaan kita. Jangan terlalu sombong kenyataan ini akan nurutin pikiran kita. Sebab kita hanyalah makhluk yang sangat kecil. Makanya untuk menjaga agar kita tidak hanyut dalam pikiran kita harus melatih kesadaran melalui mindfulness,” pungkasnya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Khoirul Atfifudin

Masih berkuliah di Universitas Mercu Buana, Yogyakarta. Saat ini sedang memiliki ketertarikan pada dunia musik dan tulis-menulis.