In Depth

MAKIN BANYAK COWOK BERCITA-CITA JADI BAPAK RUMAH TANGGA

Akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang fenomena yang menarik perhatian, seperti makin banyak cowok yang bercita-cita untuk menjadi bapak rumah tangga. Tren sesaat ataukah sebuah perubahan sosial?

title

FROYONION.COM - Dalam masyarakat yang lebih tradisional, laki-laki dan perempuan dalam keluarga sering kali terbagi secara kaku. Laki-laki punya peran menjadi tulang punggung keluarga dengan fokus pada pekerjaan di luar rumah. 

Sementara itu, perempuan dianggap sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab untuk mengurus rumah dan anak-anak. Namun, seiring berjalannya waktu, fenomena ini memberi ruang bagi perubahan yang lebih terbuka. Misalnya beberapa perubahan sosial yang menjadi pemicu fenomena bapak rumah tangga ini.

Pertama, semakin banyak perempuan yang punya peran aktif di dunia kerja. Kesetaraan gender dan perjuangan perempuan untuk mencapai kesuksesan profesional membuka pintu bagi laki-laki untuk lebih aktif mengambil peran di dalam rumah tangga.

BACA JUGA: COWOK YANG SUDAH MENIKAH MALAH JUSTRU BANYAK DISUKAI CEWEK! EMANG IYA?

Kedua, anggapan bahwa pekerjaan domestik dan merawat anak adalah tugas perempuan semakin dipertanyakan. Banyak laki-laki sadar kalo perannya dalam keluarga adalah tanggung jawab bersama dan kebahagiaan dan keseimbangan keluarga bukan hanya tanggung jawab satu pihak.

UNTUNGNYA JADI BAPAK RUMAH TANGGA

Lebih banyak cowok sekarang mulai melihat manfaat menjadi bapak rumah tangga. Salah satu keuntungan utamanya adalah mendapatkan ikatan emosional yang lebih kuat dengan pasangan. 

Menjadi bapak rumah tangga juga memberi kesempatan untuk mendukung pasangan dalam karier dan aspirasi mereka. Dengan membagi tanggung jawab rumah tangga, pasangan dapat saling membantu dan mengurangi beban tugas.

TAPI ADA TANTANGANNYA KALAU JADI BAPAK RUMAH TANGGA 

Meskipun semakin banyak laki-laki yang tertarik dengan peran ini, ada stigma sosial yang masih terkait dengan menjadi bapak rumah tangga. Beberapa orang mungkin meremehkan atau meragukan pilihan hidup mereka, yang dapat menyebabkan tekanan psikologis.

Dalam beberapa kasus, faktor ekonomi juga dapat menjadi hambatan. Beberapa keluarga mungkin mengalami kesulitan dalam mengandalkan satu sumber pendapatan, terutama jika pria memutuskan untuk tidak bekerja di luar rumah.

Dengan alasan di balik perubahan ini, beberapa pria berjiwa emansipasi berhasil diwawancarai tentang hal ini. Mereka tak ingin disebutkan namanya, jadi penulis gunakan nama samaran. Di usianya yang terbilang muda, mereka bercita-cita ingin menjadi bapak rumah tangga.

Mereka adalah Pambudi (30 tahun) seorang Manajer Pemasaran, Aldo (28 tahun) seorang Pengusaha Muda dan Rizky (33 tahun) seorang Kontraktor.

Diawali dengan sebuah pertanyaan:

Menurut pandangan kalian, bapak rumah tangga itu seperti apa sih?

Pambudi: "Menurut gue, bapak rumah tangga adalah seorang bapak yang aktif ngurusin rumah dan keluarga, nggak cuma fokus pada pekerjaan di luar. Dia berbagi tanggung jawab dengan istri dalam mengasuh anak, memasak, dan menjaga kebersihan rumah, oke banget pokoknya,” ujarnya saat ditanyai di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (22/7/2023).

Aldo: "Gue setuju dengan Pambudi. Buat gue, bapak rumah tangga adalah sosok ayah yang mendukung aspirasi karier istri, bahkan mungkin lebih baik lagi dalam mengatur rumah tangga, sehingga istri bisa meraih kesuksesan tanpa beban."

Rizky: "Bapak rumah tangga adalah pria modern yang berusaha mengubah stereotip lama tentang peran gender. Dia berperan sebagai ayah yang aktif dalam mendukung perkembangan anak-anaknya dan menciptakan lingkungan harmonis di rumah."

Apa yang mendorong kalian bercita-cita menjadi bapak rumah tangga?

Pambudi: "Gue mulai sadar pentingnya orang tua hadir di rumah, apalagi pas nanti gue punya anak. Gue pengen ngasih dukungan penuh kepada istri dan melihat anak-anak tumbuh dengan penuh kasih sayang."

Aldo: "Kalo gue lebih ke sadar kalo peran ayah nggak cuma terbatas pada pekerjaan. Gue ingin istri saya memiliki kesempatan untuk mengejar karier yang dia impikan, dan gue bisa berkontribusi di rumah."

Rizky: "Sebenernya dari awal, gue percaya sama kesetaraan gender. Kenapa mesti terpaku pada norma lama yang membagi peran begitu kaku? Jadi, cita-cita menjadi bapak rumah tangga itu wajar bagi gue."

Kepikiran nggak tantangan yang nantinya bakal kalian hadapi?

Budi: "Gue menghadapi keraguan aja dari beberapa kerabat dan teman. Mereka ragu sama keputusan gue dan bertanya kenapa gue nggak fokus sama karier saja."

Aldo: "Tantangan terbesar bagi gue adalah melepaskan ego. Biarin istri jadi tulang punggung keluarga membutuhkan ketegasan dan rasa percaya diri yang kuat."

Rizky: "Bener sih kata Aldo. Gue juga menghadapi stereotip yang menyatakan bahwa laki-laki harus bekerja dan menghidupi keluarga. Memang butuh waktu untuk buktiin bahwa peran bapak rumah tangga bisa sama berartinya."

Terakhir nih, ada pesan nggak buat cowok di sana yang lagi mempertimbangkan jadi bapak rumah tangga?

Pambudi: "Jangan takut buat mencoba. Bapak rumah tangga bukanlah kelemahan, tapi kekuatan dalam membangun keluarga yang bahagia."

Aldo: "Jadi bapak rumah tangga nggak cuma tentang siapa yang bisa hasilin uang lebih banyak. Ini tentang rasa cinta dan pengorbanan untuk keluarga."

Rizky: "Kalian punya potensi untuk mengubah paradigma lama. Jadilah diri kalian sendiri dan bangun keluarga bahagia dengan caranya masing-masing."

Nah, apa kalian para cowok bercita-cita jadi bapak rumah tangga? (*/) (Photo credit: Ketut Subiyanto)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Abdurrahman Rabbani

Cuma buruh tinta yang banyak cita-cita.