Esensi

KENAPA GEN Z SUKA BANGET MENCIPTAKAN ISTILAH BARU?

Lo pasti sering ngeliat Gen Z menggunakan istilah-istilah seperti “slay queen”, “spill the tea”, dan lain sebagainya. Tapi pernah ga sih lo kepo, kenapa Gen Z doyan banget bikin istilah-istilah baru?

title

FROYONION.COM - Setiap kali gua scrolling media sosial seperti Twitter atau TikTok, gua seringkali menemukan istilah-istilah baru dari setiap konten atau postingan yang gua liat. Istilah baru semacam ini biasanya diucapkan oleh Gen Z.

Mulai dari istilah-istilah yang merupakan sebuah singkatan seperti TBL yang merupakan singkatan dari “Takut Banget Loh”, atau kata ganti untuk menggantikan kata lain dengan makna yang sama seperti slay, sampai istilah-istilah baru yang memiliki fungsi tertentu seperti love language, red flags, dan lain sebagainya.

Istilah gaul atau bahasa gaul ini biasa disebut dengan slang. Slang sendiri adalah istilah atau bahasa gaul yang seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga lama-kelamaan menjadi budaya atau kebiasaan dalam komunikasi sehari-hari. 

Dan mungkin lo sepakat, nyatanya istilah-istilah baru atau slang ini seringkali dibentuk oleh Gen Z dan juga seringkali digunakan oleh Gen Z itu sendiri. Dan nyatanya, ga cuma Gen Z aja yang mulai menggunakan slang dalam komunikasi mereka sehari-hari, tapi para orang-orang yang berasal dari generasi sebelum Gen Z pun mulai menggunakan slang buatan Gen Z dalam kehidupan mereka. 

Dengan intensitas pertambahan slang yang setiap waktunya semakin bertambah, gua pun bertanya-tanya kenapa akhirnya para Gen Z seringkali membuat istilah baru dalam berkomunikasi sehari-hari?

BACA JUGA: KENAPA GEN Z SUKA NONTON BOKEP

GLOBALISASI DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI

Salah satu aspek utama akhirnya para Gen Z ini menciptakan slang atau istilah-istilah baru adalah globalisasi. Kita sama-sama tahu, salah satu dampak dari globalisasi adalah memudahkan suatu budaya dari luar untuk masuk ke Indonesia dan juga diterima oleh masyarakat Indonesia. 

Dan dalam hal ini, beberapa slangs yang populer di Indonesia nyatanya merupakan budaya atau bahasa komunikasi yang emang populer di luar negeri. 

Nyatanya banyak slang yang berkembang di Indonesia adalah slang yang emang populer di luar negeri. Mulai dari slay, spill the tea, love language, red flags, dan lain sebagainya. Slang tersebut bisa masuk ke masyarakat Indonesia, melalui perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat, dan media sosial adalah buktinya. 

Melalui media sosial, masyarakat Indonesia terutama Gen Z yang erat dengan media sosial, menyerap slang-slang tersebut untuk mereka tiru dan mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan bermula dari percakapan menggunakan slang di media sosial, perlahan slang pun digunakan dalam komunikasi sehari-hari di dunia nyata. 

Beberapa slang yang merupakan serapan dari bahasa asing seperti “literally” atau “which is” misalnya. Pada awalnya istilah tersebut memang lebih sering digunakan dalam diskusi di media sosial, namun seiring berjalannya waktu, istilah tersebut mulai sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari dan dianggap sebagai bahasa “Jaksel”.

Dari sini kita bisa sepakat, bahwa globalisasi dan media sosial menjadi salah satu alasan kenapa akhirnya para Gen Z ini suka banget menggunakan atau menciptakan slang untuk komunikasi sehari-hari. 

LEBIH SIMPEL DAN JUGA DIANGGAP LEBIH UNIVERSAL 

Alasan lain kenapa akhirnya Gen Z suka menggunakan dan menciptakan slang adalah karena slang dianggap lebih simpel digunakan dalam komunikasi sehari-hari. 

Nyatanya dibandingkan menggunakan bahasa formal dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung lebih nyaman untuk menggunakan bahasa informal dan juga istilah slang dalam berkomunikasi. 

Dari jurnal berjudul “Language Development of slang in the Younger Generation in the Digital Era” karya Marieta Bona Devita. Nyatanya bahasa slang terus berkembang dan juga makin sering digunakan karena slang dianggap lebih mudah untuk digunakan dan juga lebih mudah untuk dimengerti oleh orang Indonesia. 

Hal ini bisa terjadi karena, populasi dari masyarakat Indonesia sekarang mayoritas merupakan anak muda yang biasa dan akrab dengan penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari mereka. 

Dan sebagaimana yang kita tahu, media sosial merupakan sebuah dunia dimana semua orang dari penjuru dunia akan bertemu. Sehingga, penggunaan slang yang notabenenya merupakan bahasa campuran dari berbagai bahasa akan lebih memudahkan anak-anak muda ini untuk berkomunikasi di media sosial.

Selain itu juga, komunikasi dengan menggunakan bahasa slang juga kini ga cuma dibatasi di media sosial aja. Penggunaan bahasa slang dalam komunikasi fisik pun sudah menjadi kebiasaan bagi anak muda Indonesia, dibandingkan dengan penggunaan bahasa formal maupun bahasa baku. Karena balik lagi, bahasa slang merupakan bahasa yang lebih mudah dimengerti dalam kehidupan sehari-hari. 

Di lain sisi, penggunaan slang dalam kehidupan sehari-hari, bisa dibilang udah ga memiliki batasan usia. Di beberapa kesempatan, nyatanya gua seringkali melihat anak muda yang berkomunikasi dengan bahasa slang dengan orang yang lebih tua. Meskipun begitu, ga semua orang yang lebih tua ini bisa menerima anak muda berkomunikasi menggunakan bahasa slang dengan mereka. 

KAPAN KITA BISA MENGGUNAKAN BAHASA SLANG?

Melanjutkan dari poin sebelumnya, nyatanya belum semua orang dapat menerima penggunaan bahasa slang dalam komunikasi sehari-hari. Beberapa generasi yang jauh lebih tua cenderung lebih ingin berkomunikasi dengan anak muda menggunakan bahasa formal yang sopan dan juga baku. 

Jadi, mungkin ada baiknya lo menggunakan bahasa slang ke orang-orang yang seumuran atau lebih muda dari lo. Pun, jika lo ingin menggunakan bahasa slang ke orang yang lebih tua, ada baiknya lo menggunakannya kepada orang yang emang lo kenal secara dekat dan juga ga memperdulikan gaya bahasa dalam berkomunikasi.

Selain itu, dalam konteks akademis, ada baiknya lo tidak menggunakan bahasa slang dalam penulisan esai ataupun artikel jurnal. Karena balik lagi, dunia akademis ga bisa lo samakan dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa istilah akademis emang lebih baik menggunakan bahasa formal yang sudah menjadi kesepakatan bersama. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Radhytia Rizal Yusuf

Mahasiswa semester akhir yang hobi menonton anime dan memiliki ketertarikan dalam berbagai budaya populer seperti, anime, J-pop, K-Pop