Esensi

KENAPA DI JEPANG JARANG ANGKAT HANDPHONE UNTUK REKAM KONSER? SEDANGKAN INDONESIA KEBALIKANNYA

Apakah kalian pernah bertanya-tanya mengapa di Jepang jarang ada yang mengangkat handphone untuk merekam konser? Mari kita temukan jawabannya dan bandingkan dengan Indonesia!

title

FROYONION.COM - Jepang dan Indonesia, dua negara dengan budaya yang berbeda, termasuk dalam hal konser musik. Jika kalian pernah menghadiri konser di kedua negara ini, kalian mungkin telah memperhatikan perbedaan menarik dalam kebiasaan penggemar terkait dengan penggunaan handphone

Di Jepang, jarang sekali melihat orang-orang mengangkat handphone mereka untuk merekam konser, sedangkan di Indonesia, malah justru kebalikannya yang terjadi. Lantas, mengapa hal ini terjadi? Apa yang menyebabkan perbedaan ini? Mari kita telusuri lebih dalam.

BUDAYA MENGHORMATI PARA ARTIS DI JEPANG

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan penggunaan handphone dalam konser di Jepang adalah budaya menghormati para artis. 

Di Jepang, para penggemar cenderung sangat menghormati para musisi atau idola mereka. Mereka menghargai waktu dan usaha yang telah diberikan oleh para artis untuk memberikan penampilan terbaik di atas panggung. Karena itu, mereka cenderung memilih untuk tidak mengangkat handphone mereka dalam konser.

Merekam Konser
Mengangkat handphone ketika konser untuk merekam musisi. (Sumber: Matador Network)

Bagi penggemar di Jepang, menghadiri konser adalah momen yang sangat berharga dan mereka ingin sepenuhnya menikmati pengalaman tersebut.  Mereka ingin terlibat sepenuhnya dengan suasana konser, merasakan musik langsung, dan melihat penampilan secara langsung tanpa gangguan apapun. 

Dengan tidak mengangkat handphone, mereka dapat fokus sepenuhnya pada penampilan para artis dan memberikan apresiasi mereka dengan tepat. Selain itu, di Jepang terdapat aturan ketat dalam beberapa konser yang melarang penggunaan handphone atau merekam selama pertunjukan. 

Ini merupakan kebijakan yang diterapkan untuk menjaga pengalaman konser tetap terjaga dan memastikan para penggemar benar-benar terlibat dalam momen tersebut. Kebijakan ini juga bertujuan untuk melindungi hak cipta dan kekayaan intelektual para artis.

BACA JUGA: DIUNDI, ANTI-ORDAL, DAN BEBAS CALO (BEDANYA BELI TIKET DI JEPANG DAN NEGARA +62)

BUDAYA INTERAKSI DAN KEBEBASAN DI KONSER INDONESIA

Di sisi lain, di Indonesia terdapat kecenderungan yang berbeda dalam hal penggunaan handphone dalam konser musik. Budaya interaksi yang kuat dan kebebasan dalam berekspresi menjadi faktor utama di balik fenomena ini. 

Konser di Indonesia sering kali menjadi momen di mana penggemar dapat berinteraksi langsung dengan para artis favorit mereka. Hal ini dapat terlihat dari seringnya artis berinteraksi dengan penonton, seperti memberikan kesempatan untuk menyanyi bersama atau berfoto bersama.

Penggunaan handphone dalam konser di Indonesia juga dapat dilihat sebagai cara penggemar untuk merayakan momen tersebut dan berbagi dengan orang lain. 

Merekam video atau mengambil foto dalam konser merupakan cara bagi penggemar untuk mengabadikan momen yang berharga dan dapat dibagikan di media sosial. 

Dalam budaya digital yang semakin berkembang, berbagi pengalaman melalui media sosial menjadi hal yang umum dilakukan oleh banyak orang, termasuk di konser musik.

Selain itu, perbedaan ini juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan struktur konser di Jepang dan Indonesia. Di Jepang, konser seringkali diatur dengan sangat rapi dan terjadwal dengan baik. 

Ada bagian-bagian tertentu di mana penonton diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan artis, seperti saat teriakan atau memberikan respon khusus pada lagu-lagu tertentu. 

Namun, di luar waktu-waktu tersebut, penonton cenderung lebih tenang dan fokus pada penampilan. Di Indonesia, konser sering kali memiliki suasana yang lebih energik dan interaktif sepanjang waktu, dengan banyak momen spontan yang melibatkan partisipasi penggemar.

PERBEDAAN DALAM ETIKA KONSER DAN NORMA SOSIAL

Selain faktor budaya, perbedaan dalam etika konser dan norma sosial juga mempengaruhi kebiasaan penggunaan handphone dalam konser di Jepang dan Indonesia. 

Di Jepang, terdapat norma sosial yang kuat yang mendorong individu untuk menghormati dan tidak mengganggu orang lain di sekitar mereka. Mengangkat handphone di konser dianggap sebagai tindakan yang mengganggu orang lain, termasuk para artis dan penonton di sekitarnya.

Di sisi lain, di Indonesia, norma sosial yang lebih longgar terkait dengan penggunaan handphone dalam konser. Penggemar di Indonesia cenderung lebih toleran terhadap penggunaan handphone oleh orang lain di sekitar mereka. Mereka memahami bahwa penggunaan handphone dalam konser bukanlah tindakan yang secara signifikan mengganggu pengalaman orang lain.

Selain itu, perbedaan dalam etika konser juga memainkan peran penting dalam hal ini. Di Jepang, ada ekspektasi yang tinggi terhadap kualitas dan tingkat profesionalisme dalam konser. Para penonton di Jepang berharap untuk mendapatkan pengalaman yang sempurna dan tak terganggu. 

Di sisi lain, di Indonesia, konser seringkali dipandang sebagai ajang untuk bersenang-senang dan menikmati momen bersama. Terlepas dari kualitas produksi atau tingkat profesionalisme, yang terpenting bagi penggemar di Indonesia adalah merasakan koneksi emosional dengan artis dan pengalaman positif secara keseluruhan.

BACA JUGA: KENAPA SUDUT KOTA JEPANG TETAP BERSIH MESKIPUN JARANG ADA KOTAK SAMPAH?

Perbedaan dalam kebiasaan penggunaan handphone dalam konser di Jepang dan Indonesia dapat dijelaskan oleh faktor budaya, norma sosial, dan etika konser yang berbeda di kedua negara. 

Di Jepang, budaya menghormati para artis, keinginan untuk sepenuhnya menikmati konser, dan kebijakan larangan penggunaan handphone mempengaruhi kebiasaan penonton dalam hal ini. 

Di sisi lain, di Indonesia, budaya interaksi yang kuat, kebebasan berekspresi, dan perbedaan etika konser mempengaruhi kecenderungan penggunaan handphone dalam konser.

Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu pendekatan yang benar atau salah dalam hal ini. Kebiasaan penggunaan handphone dalam konser merupakan refleksi dari budaya dan norma sosial masing-masing negara. Penting bagi kita untuk menghargai dan menghormati perbedaan ini, serta menghargai keunikan dan keindahan dari setiap pengalaman konser di berbagai belahan dunia. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Muhamad Hendra Prasetya

Budak startup nyambi freelance