Esensi

KEBENCIAN JAUH LEBIH LAMA KETIMBANG CINTA

Kebencian tampaknya memiliki umur yang sangat panjang. Sementara cinta tampaknya justru sebaliknya. Mungkin begitulah adanya.

title

FROYONION.COM - Kebencian, tampaknya jauh lebih lama ketimbang cinta. Cinta itu cuma sesaat. Apa kamu pernah mengamati ini?

Kamu jatuh cinta sama seseorang, lalu mulai pacaran dengannya, dan di awal hubungan, kamu dibanjiri oleh euforia cinta yang begitu gairah atau romansa yang begitu intens. Kamu begitu romantis pada saat-saat itu, dan kamu menjadi seperti seorang penyair, dan kamu mulai mengatakan hal-hal romantis dan beraroma puisi.

Mungkin kamu akan berkata-kata seperti penyair Amerika Kahlil Gibran: "Satu saat, kamu akan bertanya kepadaku: manakah yang lebih penting, hidupku atau hidupmu? Aku akan berkata hidupku, dan kau akan pergi begitu saja tanpa tahu bahwa kaulah hidupku."

Atau seperti penyair Inggris Alfred Tennyson: "Jika aku mendapatkan bunga setiap kali aku mikirin kamu, aku bisa selamanya berjalan di hamparan taman bunga."

Atau seperti penulis asal Inggris A.A. Milne: "Jika kau diberi usia seratu tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, jadi aku tidak akan hidup tanpamu." 

Dan sebagainya.

Kamu bisa mengatakan hal-hal romantis seperti itu, saat kamu lagi mabuk oleh koktail dari euforia cinta yang begitu membara. Kemabukan itu juga membuatmu seperti terbang dan melambung tinggi, membuatmu seolah-olah tidak lagi menapak di bumi, seolah-olah ada sayap yang muncul di balik punggungmu.

Tapi suatu hari, sayap itu akan patah—pasti akan patah, dan kamu akan jatuh lagi ke bumi. Atau malahan, kamu mungkin akan jatuh ke selokan atau comberan.

Cinta yang penuh gairah itu, yang membuatmu terbang, akan memudar seiring waktu. Kamu akan berjalan lagi di bumi, dan menyadari, bahwa cinta yang penuh gairah itu, atau romansa yang begiu intens itu, ternyata cuma sesaat.

"Romansa yang intens," mengutip today.com, "memiliki tanggal kedaluwarsanya untuk semua orang." Dan Dr. Fred Nour berkata, "Harapkan gairah untuk bertahan dua hingga tiga tahun paling banyak."

Dr. Fred Nour adalah seorang ahli saraf di Mission Viejo, California, dan penulis buku True Love: How to Use Science to Understand Love. Dan segala sesuatu yang berkaitan dengan cinta—termasuk romansa, katanya, itu terjadi di otak, dan diprogram agar cukup pendek untuk kita semua.

Menurutnya, ini semua adalah tentang bahan kimia di otak, campuran kuat yang diatur oleh alam untuk membuatmu berkembang biak, melahirkan anak yang sehat dan merawatnya sampai si anak dewasa.

Saya sudah bilang di awal bahwa kebencian tampaknya jauh lebih lama ketimbang cinta. Saya pernah membaca di sebuah buku satu kasus unik dan menarik, tentang kebencian, yang bahkan berlangsung selama beberapa generasi yang terjadi antar dua tetangga yang saling bermusuhan.

Buku itu berjudul From Personality to Individuality, karya seorang mistikus India bernama Osho, sebuah buku yang penuh dengan makna dalam kenangan pribadinya yang nakal dan lucu. 

"Di lingkungan rumah saya," katanya, "tetangga adalah musuh terbaik. Di mana lagi kamu bisa menemukan musuh yang lebih baik daripada tetanggamu? Kamu tidak perlu pergi jauh untuk mencari musuh, kamu bisa menemukannya tepat di samping rumahmu."

Jadi ceritanya, selama beberapa generasi, tetangga di samping rumah dia telah menjadi musuh keluarganya. Dia telah dilarang oleh orang tuanya di masa kecilnya untuk jangan pergi ke rumah tetangga dan bermain dengan anak-anak mereka.

Kepada orang tuanya, Osho kecil berkata, "Aku bukan bagian dari permusuhan kalian. Aku akan pergi ke rumah tetangga dan bermain dengan anak-anak mereka."

Tetangga itu memiliki jenis sumur khusus di rumahnya, dengan anak tangga di dalamnya yang disebut bawdi, dan Osho kecil yang nakal punya ide untuk turun ke dalam sumur tetangga dan mandi di sana.

Dia berkata kepada Ayahnya, "Sumur yang kamu miliki hanyalah sumur biasa, tidak ada bawdi di dalamnya, tetapi di sumur tetangga ada."

Setelah beberapa kali bermain di rumah tetangga, suatu hari, dia bilang ke ayahnya lagi, "Aku tidak tertarik sama sekali pada permusuhanmu dengan mereka. Mereka adalah orang-orang baik, kenapa aku harus bermusuhan juga dengan mereka? Dan aku tidak tahu juga, disebabkan oleh apa nenek moyangmu dan nenek moyang mereka menjadi musuh."

Kapanpun dia pergi ke rumah tetangga, mereka selalu menyambutnya dengan antusias dan gembira, karena alasan sederhana bahwa mereka tidak dapat mempercayai ini: bahwa selama berabad-abad mereka bermusuhan dengan keluarganya, belum ada satupun dari keluarga Osho yang berani datang ke rumah mereka, begitu juga sebaliknya.

BACA JUGA: KONTEN PORNOGRAFI SEMAKIN ‘BERJAYA’ KARENA VPN, APA DAMPAKNYA DI MASYARAKAT?

Osho kecil telah mendobrak tembok permusuhan mereka, dan berkata ke si tetangga, "Aku tidak dapat memahami kecerdasan seperti apa yang kalian dan keluargaku miliki. Kalian bahkan tidak tahu nama-nama orang yang memulai permusuhan dan kebencian ini. Aku datang untuk memberi tahu kalian bahwa ini adalah kebodohan belaka untuk memperpanjang kebencian ini begitu lama."

"Tidak ada yang bisa mencegahku pergi ke sana," kata Osho kepada ayahnya. "Mereka telah menerima dan menyambuktku dengan baik, dan bahkan mereka berkata, 'Kami selalu ingin menghancurkan permusuhan ini, tapi siapa yang harus mengambil inisiatif?' Aku pikir siapa pun yang memiliki kecerdasan lebih harus mengambil inisiatif, orang bodoh akan tertinggal."

Sekarang, Ayahnya tidak lagi bisa melarangnya untuk jangan pergi ke sana, karena semakin dia dilarang, dia akan semakin berada di sana.

"Jika kamu terlalu melarangku," katanya, "Aku akan mulai tidur dan makan di sana, dan mereka betul-betul mengundangku untuk itu."

"Oke," kata Ayahnya. "Tapi tolong, jangan makan apa pun yang ditawarkan oleh mereka. Mereka adalah musuh dan mereka dapat meracunimu."

"Persetan. Lupakan saja semuanya. Aku lebih mengenal mereka daripada kamu dan nenek moyangmu. Aku pergi ke sana setiap hari, dan mereka sangat baik. Mereka bahkan tidak mencegahku untuk melompat ke dalam sumur mereka, hanya untuk alasan sederhana bahwa setelah beberapa generasi aku adalah orang pertama dari keluarga musuh yang berani datang ke rumah mereka untuk menghancurkan permusuhan bodoh ini."

"Dan jangan khawatir aku diracuni," lanjut Osho. "Karena aku sudah makan sesuatu dari mereka. Aku belum memberitahumu soal ini, karena aku tahu inilah yang akan kamu katakan. Jadi, pertama-tama aku harus makan dulu, untuk memastikan tidak ada racun, dan memang tidak ada racun. Sekarang aku akan mengundang anak-anak mereka ke rumahmu, dan aku harap kamu setidaknya bersikap sopan."

Ketika anak-anak dari tetangga itu datang ke rumah Osho, tentu saja keluarganya baik kepada mereka. Karena bagaimana kamu bisa melawan anak-anak kecil ini yang baru datang ke dunia dan melibatkan mereka ke dalam kebencianmu yang bodoh dan panjang itu, yang bahkan tidak ada urusannya sama sekali dengan mereka? 

Tetapi, kebencian memang tampaknya berumur sangat panjang. Sementara cinta tampaknya justru sebaliknya. Mungkin begitulah adanya. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Akim Mahesa

Founder akun jasa curhat @curehead.id, freelance copywriter, dan penulis buku "Selain Berengsek Hidup Ini Penuh Hal Paradoks