Esensi

FENOMENA ‘OVERPRIDE’ DI TENGAH MASYARAKAT INDONESIA: FLEXING, PAMER KEKAYAAN, PARIS FASHION WEEK

Belum lama ini banyak masyarakat yang mengungkapkan rasa bangga atas pencapaian merek lokal di kancah dunia internasional. Salah satunya mereka-mereka yang katanya ikut event Paris Fashion Week. Ternyata, nggak sedikit pengguna sosial media yang menunjukkan rasa bangga berlebihan atau disebut overpride.

title

Nggak cuma soal fesyen dari merek lokal Indonesia di Paris Fashion Week 2022. Dulu ada juga YouTuber asing mencoba makanan Indonesia atau memakan mie asal Indonesia. Cukup membuat heboh dan akhirnya membuat orang-orang bangga secara berlebihan dalam menyikapi hal tersebut. 

Rasa bangga berlebihan bukan sekali ini saja jadi sorotan. Sebelumnya produser musik asal Perancis, DJ Snake, pernah mengunggah foto mengenakan pakaian batik. Benar saja, kolom komentar Twitter pribadi miliknya dibanjiri cuitan warganet Indonesia.

KENAPA ORANG INDONESIA GAMPANG OVERPRIDE?

Coba berpikir sejenak, sejak kecil kayaknya kita sudah dicekoki untuk memuja berlebihan sampai menyembah kesuksesan, pengakuan, dan kemewahan. Sadar atau nggak, akrab di telinga kita cerita-cerita heroik kan?

Misalnya cerita seseorang yang dulunya nggak punya apa-apa, karena sangat rajin bekerja keras, lalu jadi orang sukses kaya raya, dipuja-puja. Atau seseorang yang dulu jualan kecil-kecilan, terus sekarang hidupnya penuh kemewahan.

Kalau kata praktisi kesehatan mental Tanah Air, Adjie Santosoputro, secara nggak sadar orang-orang terus mengkonsumsi, bahkan dicekoki dan dipaksa dengan berbagai cara agar berulang kali terpapar glorifikasi akan kesuksesan, pengakuan, dan kemewahan.

“Akibatnya, kita pun jadi berlebihan berusaha agar diakui, dianggap sukses, punya kuasa, dan hidup mewah. Usaha itu antara lain: Flexing, pamer kekayaan (entah kaya beneran atau kaya rekayasa), bohong ikut ajang bergengsi,” kata Adjie dalam akun Twitternya @AdjieSanPutro.

Nah tanpa sadar mungkin kita juga menikmati tontonan pameran kekayaan dan kemewahan itu Civs. Kalau kata Adjie, semacam lari dari kenyataan hidup kita yang biasa-biasa saja atau cenderung menyebalkan.

“Saat menonton tayangan tersebut, kita bermimpi dan berkhayal. Dan itu buat kita jadi candu. Kecanduan hidup di dunia fantasi,” katanya.

Satu sisi ada yang berlebihan berusaha agar diakui dan dianggap sukses, hidup mewah. Sisi lain, ada orang-orang yang sangat menikmati pameran kekayaan dan kemewahan itu. Makanya banyak sosial media yang isinya pamer ini itu, karena sangat memancing likes dan views yang berlimpah.

“Padahal penting disadari jika sukses, kaya (apalagi dipamer-pamerkan), kekuasaan, dan kemewahan itu selalu diikuti penderitaan. Makin tinggi gunung, pemandangan makin indah, tapi jurangnya juga makin terjal dan curam,” kata Adjie.

OVERPRIDE TERJADI KARENA ADA RASA INGIN DIAKUI

Psikolog dari Solo Hening Widyastuti bilang fenomena overpride ini terjadi karena adanya rasa ingin diakui. Artinya, mereka ingin eksistensi atau keberadaannya diketahui oleh dunia luar. Padahal, overpride justru bisa berdampak pada diri sendiri, maupun orang lain di sekitarnya.

"Pada akhirnya, takutnya tidak terjadi balancing (keseimbangan), dalam artian terlalu bangga malah bahaya. Jadi yang berlebihan itu tidak bagus," kata Hening melansir Kompas.com.

Hening bilang setiap pujian yang diberikan orang lain, nggak selalu ungkapan yang jujur. Bisa jadi cuma sekadar basa-basi belaka agar menyenangkan orang-orang tersebut.

"Rasa bangga terhadap pencapaian diri itu perlu atau terhadap sesuatu hal. Sebagai penghargaan kita terhadap sesuatu hal termasuk pencapaian diri misal prestasi atau hasil karya," ujar Hening.

OVERPRIDE MENGHAMBAT LO BERKEMBANG

Tetapi bangga secara berlebihan terhadap sesuatu juga nggak baik. Kata Hening, rasa bangga yang berlebihan bisa mengubah perilaku seseorang. Misalnya, sikap overpride akan mengubah seseorang menjadi sombong, merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Sikap ini akan sangat mengganggu orang sekitar, karena merasa bangga begitu tinggi.

Selain itu, membuat seseorang sulit menerima masukan atau pendapat. Biasanya orang yang overpride dapat membuat seseorang jadi mudah menolak masukan atau kritik membangun dari orang lain Civs.

Sikap yang terlalu bangga juga buat seseorang gampang memandang sesuatu jadi lebih rendah lalu muncul sikap diskriminasi. Hal ini membuat orang lain jadi merasa diremehkan yang akhirnya justru membuat salah perselisihan.

Terakhir, overpride bikin seseorang selalu gusar dan kurang bersyukur. Perasaan bangga yang berlebihan juga jadi penyebab merasa selalu gusar. Karena terlalu banyak ambisi yang harus dicapai, sehingga selalu diburu egois. Ini juga jadi penyebab kurang bersyukur pada pencapaian diri sendiri.

"Dampaknya bisa dikucilkan dari komunitas dan masyarakat. Bukannya semakin maju dan berkembang malah stuck dan tidak ada perubahan," jelas Hening.

Rasa bangga boleh diungkapkan, tetapi tetap untuk selalu berhati-hati dengan bangga diri yang berlebihan. Perlu adanya kontrol diri, kalau nggak nanti kelewatan. Tetap bersyukur, bahagia dan bangga secukupnya ya, Civs! (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Abdurrahman Rabbani

Cuma buruh tinta yang banyak cita-cita.