In Depth

JANGAN COBA-COBA UNTUK SELF-DIAGNOSE

Sudah berapa banyak istilah asing mengenai isu kesehatan mental yang baru kalian ketahui? Adakah yang menurutmu sesuai dengan yang kamu rasakan?

title

FROYONION.COM – Istilah mental health atau kesehatan mental akhir-akhir ini banyak banget dibahas di mana-mana, bahkan sama orang yang bukan ahli di bidangnya sekalipun. Sebelum bahas lebih jauh, kita cari tau dulu yuk, apa sih kesehatan mental dan self diagnose itu.

Dikutip dari buku berjudul Mental Hygiene, kesehatan mental melibatkan beberapa aspek, termasuk bagaimana cara individu berpikir, merasakan dan menjalani kehidupannya sehari-hari. Selanjutnya kesehatan mental berkaitan dengan cara individu memandang diri sendiri dan orang lain. Terakhir, kesehatan mental mencakup kemampuan seseorang untuk mengevaluasi berbagai alternatif solusi dan membuat keputusan terhadap situasi yang dihadapi. Intinya, kesehatan mental tuh, kondisi saat seseorang sadar dan menghindar dari gejala gangguan maupun penyakit jiwa.

Kenapa sekarang banyak orang yang bahas isu ini?

Ya itu bagus, artinya anak muda jaman sekarang sudah sadar dengan isu tersebut dan mulai menjaga kestabilan mental dan emosionalnya. Beberapa juga mulai sadar bahwa pola asuh atau pola didik yang diterapkan orang tuanya dulu keliru, jadinya banyak orang yang mulai belajar tentang masalah kesehatan mental ini dengan tujuan tidak mengulang kesalahan yang sama untuk generasi berikutnya.

Penyebab lain kenapa mulai banyak orang yang bahas isu ini salah satunya seiring dengan perkembangan teknologi yang buat arus informasi bisa datang dari arah mana aja. Cuma dengan sentuh-sentuh gadget, kita bisa lihat pencapaian orang lain, atau bahkan keterpurukan orang lain.

Apakah ini juga berdampak sama kesehatan mental? Cukup berdampak. Banyak orang jadi terobsesi untuk sempurna. Apalagi kalo ngeliat influencer yang hobi pamer harta, dan anak pengusaha yang bilang kalau kita juga bisa sukses tanpa privilege.

Dengan perkembangan teknologi juga berpotensi menyebabkan munculnya masalah lain, salah satunya perundungan. Banyak kasus bullying di dunia maya yang nggak jarang bahkan sampai berakhir korbannya bunuh diri, karena nggak sanggup menerima bullying tersebut.

Tapi dari kejadian-kejadian di atas, ada lagi nih yang lebih parah, yaitu self-diagnose. Baru liat satu istilah dan pengertiannya, langsung ngecap diri sendiri mengidap gangguan kesehatan mental tersebut. Emangnya boleh ya?

Diagnosa atas suatu gejala itu harus dibuktikan dan diputuskan oleh ahlinya langsung bro, sis. Nggak bisa berdasarkan diagnosis diri sendiri bermodalkan pengertian dari internet. Bahkan kalo udah dateng ke ahlinya pun, nggak bisa cuma satu kali konsultasi. Bakal ada konsultasi dan pemantauan lanjutan untuk memastikan apakah benar kamu tuh mengidap suatu kelainan tertentu.

Belum lagi nih, kalo misalnya kamu self-diagnose di dunia maya, tempat berkumpulnya banyak orang, dan pasti bakal diliat banyak orang. Secara nggak langsung, mereka yang membaca postingan itu bakal mengamini. Udah pada tahu dong ya, ada ungkapan "ucapan adalah doa". Yang aslinya itu cuma pikiran kamu doang, eh akhirnya malah kejadian.

Gimana dong tuh? Sini aku kasih tau dampak lain kalau kamu keseringan self-diagnose.

1. KAMU MEYAKINI HAL ITU BENAR TERJADI

Setelah kamu mengecap dirimu mengidap gangguan itu, kamu akan berusaha mencocok-cocokkan gejalanya dengan dirimu, padahal sebenernya kamu nggak begitu. Kamu juga bisa mengalami kecemasan yang berlebihan karena selalu mencoba menyamakan gejala yang kamu ketahui dengan gejala yang kamu rasakan.

2. SELF-DIAGNOSE MEMBUAT PENANGANAN JADI NGGAK TEPAT

Dari dampak pertama, dampak lain dari self-diagnose yang muncul adalah kurangnya kepercayaan kamu terhadap para ahli di bidang tersebut. Kamu menolak gejala yang mereka tanyakan, dan hanya meyakini apa yang menurut kamu benar. Hal ini bisa ngebuat pembuatan keputusan oleh ahli menjadi terhambat.

3. KETERGANTUNGAN DENGAN INFORMASI DARING

Contohnya, kalo kamu ngerasa sering pusing, kamu langsung cari penyebabnya, kemungkinan dampaknya, dan meyakini apapun hasil yang muncul di internet. Walaupun sebenarnya nggak separah itu, tapi kamu terlanjur mengalami kecemasan berlebih dan menganggap hal itu benar.

4. MENGONSUMSI OBAT YANG SALAH

Kemungkinan lainnya, kamu akan mencoba mengonsumsi obat-obatan sembarangan, yang bakal semakin memperburuk keadaan. 

Ada beberapa kiat yang bisa kamu lakukan untuk nggak buru-buru self-diagnose terhadap suatu gejala yang kamu rasakan. Yang pertama, kamu bisa menganggap pengetahuan tentang masalah kesehatan mental yang kamu terima hanya sebagai informasi, bukan meyakini bahwa kamu juga mengalami.

Kedua, memahami gejala. Kamu bisa menyimpan informasi tentang gejala-gejala itu sebagai alat bantu ketika nanti kamu mencoba konsultasi dengan para ahli.

Ketiga, sekali-kali coba batasi penggunaan internet. Ketergantungan dengan informasi yang ada di internet bisa ngebuat kamu semakin cemas dan mendorong kamu untuk melakukan self-diagnose yang salah.

Keempat, kenali batasan dirimu. Kamu mungkin punya minat dalam bidang psikologi atau kesehatan mental, tapi bukan berarti kamu punya kemampuan untuk memutuskan diagnosis atas apa yang sebenarnya kamu rasakan.

Selanjutnya, kamu bisa coba konsultasi dengan ahlinya, jauh sebelum kamu merasakan gejalanya. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan? Kamu bisa sharing dengan ahlinya untuk mencegah masalah kesehatan mental dan menemukan masalah yang mungkin terabaikan.

Terakhir, kamu bisa coba cerita ke orang yang kamu percayai. Entah itu keluarga, teman, atau pasangan. Kamu bisa sampaikan kegundahan yang kamu rasakan untuk mengurangi beban atas kecemasan yang kamu rasakan, dan mendapatkan feedback dari perspektif yang berbeda.

Terus gimana kalo kita ngeliat orang lain yang malah melakukan self-diagnose? Kamu bisa coba meyakinkannya bahwa itu nggak benar, mengajak dan menemaninya untuk konsultasi dengan psikolog atau psikiater jika dirasa gejala yang dirasakan sudah cukup serius. Intinya, jangan buru-buru self-diagnose, ya, Civs! Cukup berpikiran positif aja, nanti yang bakal kejadian juga yang baik-baik kok. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Salwa Merta

Mahasiswa yang hobi makan, nonton film, dan nulis apa aja yang lagi dipikirin.