Esensi

FILTER BUBBLE: ‘KACAMATA KUDA’ YANG HARUS DIWASPADAI WARGANET

Secara nggak sadar, algoritma internet bisa menimbulkan perpecahan loh! Lo semua harus tau dan waspada nih, Civs!

title

FROYONION.COM - Guys, pastinya kalian sering dong mencari informasi atau hiburan di Internet?  Apa aja yang biasanya kalian lihat atau cari?

Kalian merasa gak ketika menonton mencari sesuatu di berbagai platform Internet maka di kemudian waktu kalian akan mendapat rekomendasi hal-hal yang berhubungan dengan apa yang kalian cari. Contohnya, ketika kalian mencari hal yang berhubungan sepakbola, maka rekomendasi yang muncul pasti berhubungan dengan sepakbola.

Kenapa itu bisa terjadi? Karena setiap rekam jejak aktivitas kita akan direkam secara otomatis oleh Artificial Intelligence (AI). Dari data tersebut AI akan menganalisis apa saja yang kalian minati sehingga mereka akan memberikan hal hal yang berhubungan. Tentu saja ini terjadi agar kita sebagai pengguna semakin betah dan berlama-lama di platform tersebut sehingga semakin banyak website atau video (contoh: YouTube) yang kita klik dan itu akan semakin menguntungkan mereka.

Tentu ini sah-sah saja mengingat sekarang kebanyakan platform Internet adalah perusahaan swasta dan sudah sewajarnya mereka mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Bahkan jika dilihat dari luar, ini akan nampak seperti simbiosis mutualisme karena pengguna pun akan mendapatkan hiburan sesuai dengan yang mereka mau. Namun jika kita bahas lebih dalam, banyak dampak berbahaya yang timbul dari sistem atau algoritma ini.

BAHAYA ALGORITMA

Internet yang digadang-gadang akan menjadi dunia yang luas dan bebas justru memiliki algoritma yang dapat membuat penggunanya terkotak-kotakkan dengan dunianya masing-masing. Pengguna Internet akan terus bersinggungan dengan hal-hal yang mereka sukai dan orang-orang yang sama dengannya, dan membuat mereka  jarang bertemu dengan hal yang mereka tidak sukai dan orang yang tak sepaham dengannya. Gambaran ini lazim disebut sebagai Filter Bubble.

Istilah filter bubble sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Eli Pariser dalam bukunya yang berjudul ‘The Filter Bubble: What the Internet is Hiding From You yang terbit pada tahun 2011. Dalam buku tersebut, Eli menjelaskan bahwa Internet tidak lagi menjadi ruang yang bebas dan mandiri, tetapi telah menjadi begitu dikendalikan dan dipersonalisasi secara komersial sehingga mulai mengendalikan hidup kita.

Filter bubble dapat berperan besar dalam menentukan sudut pandang seseorang. Dalam kasus pemilu kemarin misalnya, jika seseorang menyukai suatu paslon (pasangan calon) pasti ia akan mencari tahu seluk beluk tentang paslon tersebut di internet. Mulai dari program kerjanya, kegiatannya, bahkan hingga seluk beluk tentang kehidupan pribadinya. Karena algoritma tersebut, yang tadinya ia hanya ingin mencari tau secukupnya saja malah terjerumus untuk mencari lebih dalam tentang paslon tersebut. Beragam website dan video yang disodorkan oleh AI terus ia buka dan membuat ia menyelam semakin dalam.

Namun sayangnya, berbagai informasi yang orang tersebut dapat hanya dalam satu sudut pandang saja yaitu sudut pandang kebaikan sang paslon. Rasa kesukaannya terhadap si calon akan semakin menggebu-gebu karena itulah informasi yang dia dapat, tanpa mengecek apakah informasi tersebut kredibel atau tidak. Hal ini pun mendorong terjadinya fanatisme. Yang tadinya ia hanya menyukai suatu paslon tetapi tidak membenci paslon lainnya, hal ini akan berubah seiring dengan munculnya rasa fanatik. 

Orang tersebut akan merasa bahwa dirinyalah yang paling benar berdasarkan sudut pandangnya, dan akan melihat orang yang berbeda pilihan dengannya sebagai orang yang bodoh. Dari sinilah akan muncul berbagai konflik dan polarisasi yang semakin tajam. Itulah mengapa saat pemilu kemarin munculah istilah ‘cebong’ dan ‘kampret’. Kata tersebut berkonotasi negatif dan diciptakan oleh kelompok pendukung suatu paslon untuk mengecap pendukung paslon lainnya.Perselisihan pun terjadi dan menimbulkan perpecahan antar  masyarakat.

Secara tidak langsung Filter Bubble berperan besar dalam menyebabkan perpecahan tersebut. Ini juga yang mengakibatkan menjamurnya hoaks karena para penyebar akan selalu menyebarkan berita yang sepaham dengannya tanpa peduli kebenaran berita tersebut. Perdebatan tidak sehat akhirnya sering dijumpai dalam berbagai sosial media karena terbatasnya sudut pandang yang mereka miliki. 

Pada akhirnya, ego sebagai sifat alamiah manusia selalu dikedepankan dalam melihat hal-hal yang tak sepaham dengannya. Tak ada lagi perbincangan yang sehat karena jika sudah terjebak dalam lingakaran setan tersebut, mereka akan buta dengan fakta dan logika dan akan terus membela pendiriannya. Bayangkan betapa berbahayanya jika ada ribuan atau bahkan jutaan orang yang terjerumus seperti dalam kasus tadi.
 

BAGAIMANA CEGAH FILTER BUBBLE?

Kita bisa mencegah hal ini dimulai dari diri kita sendiri sebagai pengguna, cobalah untuk mencari hal-hal yang tidak kalian sukai dan lihatlah sesuatu dari berbagai perspektif. Jika terjadi konflik, berusahalah untuk memahami sudut pandang dari kedua belah pihak sebelum memutuskan apa yang akan kalian perbuat. Periksalah informasi yang didapat sebisa mungkin tidak hanya dari satu sumber dan pikirkan baik-baik sebelum menyebarkannya. Juga beranikan diri untuk meluruskan informasi jika ada teman atau keluarga yang menyebarkan hoaks.

Jika kita tak buka kacamata kuda kita sendiri, maka selamanya kita akan terjebak dalam lingkaran setan tersebut. (*/)

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Rayhan

Pelajar SMA penggemar olahraga, gaming, anime, dan dunia kreatif