In Depth

FILM PENDEK DAN INSTALASI SENI ‘ANA & THE RED WINGS’ LAWAN STIGMA MENSTRUASI

Menstruasi rupanya masih menimbulkan berbagai stigma dan mitos di tengah masyarakat. Melalui film pendek dan instalasi seni, Softex perangi stigma dan mitos menstruasi di Indonesia Timur dengan judul ‘Ana & The Red Wings’.

title

FROYONION.COM - Berbicara tentang pubertas, siswa-siswi SD di perkotaan lebih bisa mengangkat dagu untuk menghadapi perubahan pada tubuh mereka. Seperti menstruasi pada perempuan contohnya. 

Pasalnya edukasi seks sudah menjadi salah satu fasilitas bahkan kurikulum yang diterapkan pada sekolah-sekolah dasar di kota-kota besar. Didukung dengan pemahaman orang tua murid yang juga selaras, anak-anak perempuan di perkotaan bisa lebih siap saat harus menapaki masa peralihan menjadi perempuan dewasa.

Tapi lain cerita dengan anak-anak perempuan di Indonesia Timur. 

Menurut data yang dihimpun oleh UNICEF, 1 dari 4 remaja perempuan di timur Indonesia tidak pernah tahu tentang apa itu menstruasi. Nggak heran kalau pengetahuan mereka akan tubuhnya sendiri sangat sedikit–membuat remaja-remaja perempuan yang duduk di bangku kelas 5 atau 6 SD ini kaget melihat alat kelaminnya berdarah. 

Belum lagi banyaknya stigma dan mitos tentang menstruasi yang berdampak negatif bagi kehidupan sosial mereka. Alhasil, banyak remaja perempuan yang putus sekolah setelah mengalami menstruasi. 

Prihatin akan fakta ini, Softex kembali melanjutkan kampanye sosial dalam mendukung UNICEF Indonesia melalui #DariSaudari lewat film pendek dan instalasi seni Ana & The Red Wings. 

Terinspirasi dari kisah seorang remaja perempuan di Sumba, Nusa Tenggara Timur, film pendek ini menceritakan tentang keterbatasan yang dihadapi Ana setelah ia mengalami menstruasi.

“Coba kita bayangkan, betapa banyak mitos dan stigma yang beredar di lingkungan Ana sampai-sampai hidupnya berubah 180 derajat setelah menstruasi. Dia nggak bisa masuk sekolah, merasa malu karena diejek teman-temannya, lebih lagi dia nggak punya akses ke pembalut sebagai hal esensial saat menstruasi. Oleh sebab itulah kita coba angkat cerita ini lewat film pendek dan instalasi seni,” tutur Ekayani Go, Head of Marketing FEM & FMC PT Softex Indonesia pada konferensi pers siang ini (10/3). 

Dari kiri, Febrina Herlambang (Head of Communication and Government Affairs PT Softex Indonesia), Kadir Gunduz (Presiden Direktur PT Softex Indonesia), Gregor Henneka (Direktur Penggalangan Dana dan Kemitraan UNICEF Indonesia), Ekayani Go (Head of Marketing FEM & FMC PT Softex Indonesia), Shanna Shannon (Founder Yayasan Shanna Shannon Indonesia Banget), dan Muhammad Zainal (WASH Specialist UNICEF Indonesia). Foto: (Froyonion/Grace Angel)

Film pendek Ana & The Red Wings diunggah di kanal YouTube Kimberly-Clark Softex pada Rabu lalu (8/3) dan mencapai 1,8 juta penonton hingga Jumat (10/3) ini. Eka optimis film pendek ini dapat menjadi media komunikasi yang efektif untuk mengedukasi masyarakat luas tentang pentingnya Manajemen Kesehatan Menstruasi (MKM). 

Menyambung semangat Softex melalui Kimberly-Clark Foundation, UNICEF Indonesia akan memanfaatkan dana bantuan sebesar Rp15 miliar yang diberikan untuk melanjutkan program penyediaan akses fasilitas air bersih, sanitasi, hingga kesetaraan gender khususnya di Indonesia Timur. 

“Sebanyak lebih dari 60% ibu di Indonesia tidak memberikan edukasi tentang menstruasi kepada anak-anak perempuannya. Kalaupun mengedukasi, mereka akan menambahkan mitos-mitos seputar menstruasi yang ‘miring’. Ini kan harus segera diluruskan. Maka kami juga bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memberikan edukasi yang sesuai perihal menstruasi, tidak hanya bagi remaja perempuan, tapi juga bagi para orang tua,” tutur Muhammad Zainal, WASH Specialist UNICEF Indonesia. 

Selain film pendek, Softex juga menggandeng dua seniman perempuan untuk terlibat dalam instalasi seni Ana & The Red Wings yang dapat dinikmati hingga Minggu, 12 Maret 2023 di Ground Atrium Sarinah. 

Kedua seniman tersebut adalah Ika Vantiani dan Rachel Ajeng. Mengangkat sayap merah sebagai tanda kedewasaan, kedua seniman muda ini ingin memberikan pesan tersendiri tentang menstruasi. 

“Sebagai perempuan dewasa yang sudah mengalami menstruasi, kita bisa memberikan pandangan kita kepada adik-adik di Indonesia Timur tentang kiat-kiat menghadapinya. Pesan ini bisa diselipkan di antara bulu-bulu sayap,” jelas Ika sambil memamerkan karya sayap merahnya yang berukuran lebih dari 1 meter. 

Karya Ika Vantiani dalam pameran instalasi seni Ana & The Red Wings. (Foto: Froyonion/Grace Angel)

Di sisi lain, Rachel mengambil sudut pandang remaja perempuan di Indonesia Timur. Baginya, bangku sekolah yang bersayap merah menggambarkan fase pendewasaan yang seharusnya menjadi proses yang indah. 

Karya Rachel Ajeng pada pameran instalasi seni Ana & The Red Wings. (Foto: Froyonion/Grace Angel)

Melalui film pendek dan karya seni ini, kita sebagai bagian dari masyarakat luas turut didorong untuk mendukung para perempuan, khususnya remaja, untuk dapat menghadapi fase pendewasaan mereka dengan berani. 

Perempuan mengalami, laki-laki mendukung. Kita bisa ingat ini untuk mendukung para remaja perempuan di luar sana,” tutup Muhammad Zainal. (*/) 

  • whatsapp
  • twitter
  • facebook
  • remix
Penulis

Grace Angel

Bercita-cita menjadi seperti Najwa Shihab. Member of The Archipelago Singers.