
Kalian pernah dengar tentang Hikikomori? Itu lho, fenomena orang Jepang yang memilih mengucilkan diri. Gimana ya kalo fenomena ini terjadi di Indonesia?
FROYONION.COM - Hikikomori itu adalah istilah buat anak muda di Jepang yang mengucilkan diri di dalam kamar dan nggak mau ngapa-ngapain selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Mereka bahkan nggak mau bergaul dengan orang lain, nggak mau sekolah, dan cuma mau menghabiskan waktu di dalam kamar. Mereka punya kesulitan dalam berinteraksi sosial dan seringkali dianggap sebagai orang yang menderita gangguan mental.
Namun, ada juga sisi positif dari fenomena hikikomori ini. Kita bisa belajar tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan memahami bahwa setiap orang punya cara dan waktu yang berbeda-beda untuk mengatasi masalah pribadi mereka.
Kita juga bisa belajar untuk lebih menghargai privasi dan kebutuhan pribadi orang lain loh.
Nah, kalau fenomena ini terjadi di Indonesia gimana ya?
Kita sebagai bangsa yang punya budaya yang kuat dalam bergaul dan berkumpul dengan orang lain, mungkin nggak bisa mengerti kenapa ada orang yang bisa hidup sendirian selama bertahun-tahun.
Lagipula, di Indonesia juga ada keterbatasan sumber daya dan infrastruktur yang nggak memungkinkan kita untuk hidup tanpa bergaul sama orang lain. Kayaknya bakal susah deh.
Kalau kata Dhiya (24 tahun), mahasiswa psikologi di salah satu kampus negeri di Depok, Jawa Barat, fenomena hikikomori ini mungkin terjadi tapi nggak secara langsung di Indonesia.
“Kita punya budaya yang berbeda dengan Jepang dan lebih mementingkan kebersamaan dengan orang lain,” ujarnya.
Namun, dia setuju kalo perlu memahami bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi masalah pribadi mereka.
“Kita juga perlu memperhatikan kesehatan mental dan memahami pentingnya menjaga privasi orang lain,” kata Dhiya saat dijumpai beberapa waktu lalu di kawasan Depok, Jawa Barat.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Brilian (23 tahun) seorang mahasiswa asal Bandung. Menurutnya fenomena hikikomori nggak bisa terjadi secara langsung di Indonesia karena bertentangan dengan budaya kita yang menghargai hubungan sosial.
“Namun, gue juga menganggap bahwa fenomena ini bisa jadi sinyal bahwa ada masalah serius dalam masyarakat kalo beneran terjadi, seperti tekanan sosial yang terlalu besar,” ucapnya.
Kata Brilian, memperhatikan kesehatan mental dan memperkuat dukungan sosial diperlukan bagi masyarakat. Tentunya, agar nggak terjebak dalam kondisi seperti hikikomori.
Nah pendapat juga datang dari seorang Psikolog, Ika (30 tahun). Menurutnya, fenomena hikikomori di Jepang memang terkait dengan masalah tekanan sosial dan kesulitan berinteraksi sosial.
Fenomena penarikan sosial menjadi semakin umum di Jepang dalam beberapa tahun terakhir. Ini juga terkait dengan meningkatnya kecemasan, depresi, dan fobia sosial di kalangan warga Jepang.
Kata Ika, ini salah satu penjelasan fenomena hikikomori di Jepang yang disebut-sebut meningkat setelah pandemi Covid-19 melanda.
Namun, perlu dipahami bahwa setiap negara punya konteks dan faktor yang berbeda-beda dalam masalah kesehatan mental.
“Sebagai psikolog, saya berpikir bahwa solusi yang tepat adalah dengan memperkuat dukungan sosial dan memberikan pendidikan mengenai kesehatan mental kepada masyarakat, sehingga mereka bisa lebih siap dalam menghadapi masalah dan tidak terjebak dalam kondisi seperti hikikomori,” jelasnya.
Nah, ada baiknya kalian bisa menemukan keseimbangan antara hidup bersama orang lain dan memenuhi kebutuhan pribadi.
Nggak ada salahnya untuk mengambil waktu untuk sendiri dan merenung, tapi ingat ya bahwa manusia adalah makhluk sosial dan butuh interaksi sosial untuk bertahan hidup. (*/)